Signifikansi Brand personality


Menurut Lamb (2015:67) “Pada faktanya brand personality serupa
dengan karakteristik sifat manusia yang menggambarkan sebuah merek
dengan membedakan sekaligus menempelkan karakteristik sifat
manusia padanya. Lebih lanjut, personality bisa menciptakan suatu
peluang bagi sebuah merek untuk membentuk suatu persepsi tertentu
dalam pikiran konsumen. Banyak marketer yang menggunakan konsep
yang berhubungan dengan kepribadian (self-concept atau self-image).
Ide ini menunjukan bahwa kepemilikan orang berkontribusi serta
merefleksi terhadap identitas mereka, oleh karena itu dikatakan “we
are what we have”. Dengan demikian, untuk memahami perilaku
konsumen, para marketer pertama kali harus memahami hubungan
antara self concept dan kepemilikan konsumen (personality)”.
Menurut Lamb (2015:69) “Suatu produk yang menciptakan dan
mengkomunikasikan suatu brand personality khusus dapat bertahan
dalam persaingan dan bertahan secara bertahun tahun dalam loyalitas.
Analisis atas personality membantu para marketer untuk
mengidentifikasi kelemahan suatu merek yang sedikit dapat membantu
kualitas dari fungsi produk. Proses ini dapat disamakan dengan konsep
Animisme, yaitu suatu praktek dari suatu tradisi dimana masyarakat
mensifati suatu benda mati dengan sifat-sifat yang seolah-olah
membuatnya seperti hidup”

Sejarah konsep Brand personality


Menurut Griffin (2013:72), “Sebuah merek memiliki kepribadian,
yaitu suatu sifat yang secara gradual membentuk watak atau
kepribadian. Merek pada produk barang atau jasa menunjukan seperti
apa sifat atau kepribadian merek tersebut apabila merek itu merupakan
manusia. Para ahli periklanan dan praktisi pemasaran yang pertama
kali memunculkan istilah “brand personality”, sebelum para akademisi
melakukan penelitian dan menerima konsep tersebut. Pada awal tahun
1958, Martineau menggunakan istilah tersebut kepada suatu dimensi
non-material yang membuat sebuah penjualan took menjadi spesial,
yakni tokoh karakternya. King menulis bahwa cara orang-orang
memilih merek mereka adalah seperti mereka memilih teman mereka,
sebagai tambahan dari kemampuan dan karakteristik fisik, mereka
menyukainya seolah merek tersebut adalah manusia. Kemudian
penelitian dari agen periklanan J. Walter Thompson menunjukan
bahwa konsumen cenderung mensifati aspek kepribadian (personality)
terhadap merek dan sering membicarakan tentang aspek ini”.
Menurut Griffin (2013:74), “Brand Personality telah menjadi
perhatian utama dalam periklanan suatu merek pada tahun 1970.
Sejumlah agen di Amerika menggunakannya sebagai prasyarat untuk
segala bentuk komunikasi. Hal ini menjelaskan mengapa ide untuk
memiliki tokoh karakter yang terkenal yang merpresentasikan suatu
merek menjadi tersebar dimana-mana. Cara yang paling mudah untuk
menciptakan suatu karakter adalah untuk memberikan bagi merek
tersebut seorang juru bicara (spokeperson), atau seorang figur utama,
apakah secara nyata atau hanya secara simbolis. Pepsi Cola seringkali
menggunakan metode ini, begitu pula semua merek parfum atau merek
siap pakai lainnya”.
Menurut Griffin (2013:78), “Apabila ditinjau dari aspek identity,
maka brand bukan merupakan nama suatu produk. Brand merupakan
visi yang mendorong diciptakannya produk barang dan jasa dengan
atas nama brand tersebut. Visi tersebut adalah kunci yang diyakini oleh
brand serta nilai intinya disebut dengan identity. Dengan demikian
brand identity adalah suatu keyakinan dan nilai inti dari suatu produk.
Brand Physical atau Physique adalah suatu aspek brand yang terdiri
dari kombinasi fitur yang ditonjolkan oleh produk yaitu fitur yang
seketika muncul dalam pikiran ketika nama merek tersebut disebutkan,
seperti, gambaran konkrit merek, ciri khas kegunaan merek, atau
penampilan fisik merek. Suatu merek harus memiliki kulturnya yang
dimana setiap produknya diperoleh darinya. Kultur dalam pengertian
ini adalah seperangkat nilai yang berkontribusi dalam menciptakan
aspirasi dari suatu merek. Facet kultural merujuk kepada prinsip-
prinsip dasar yang mengatur brand dari aspek (ide) produk dan
komunikasi. Brand merupakan relationship. Merek kadang-kadang
juga memperhatikan transaksi dan pertukaran pada masyarakat, hal ini
benar berlaku secara khusus pada merek yang menawarkan jasa. Aspek
ini sangat penting bagi merek yang bergerak dalam bidang jasa seperti
perbankan. Facet relationship berperan dalam mendefinisikan perilaku
kinerja yang paling dikenal pada merek. Hal ini memberikan implikasi
terhadap perilaku merek, pelayanan yang diberikan, penghubungan
kepada konsumennya. Brand merupakan refleksi konsumen. Ketika
orang-orang ditanya mengenai suatu merek mobil, maka mereka
dengan segera menjawabnya berdasarkan klien yang diterima oleh
merek tersebut, seperti suatu brand khusus untuk kalangan muda,
orangtua, untuk pamer, dan sebagainya. Self-concept atau self-image
adalah sebuah gambaran kepribadian yang kompleks yang dimiliki
setiap orang. Dasar self-concept adalah bahwa kepemilikan benda oleh
seseorang berkontribusi dan merefleksikan identitas mereka, oleh
karena itu dikatakan: “we are what we have” kita adalah apa yang kita
miliki”

Pengertian Brand personality


Menurut Hasan (2014:76), “Brand personality terdiri dari dua kata,
yaitu brand dan personality, dalam hal ini akan dibahas pengertian
setiap kata kemudian gabungan keduanya sehingga dapat diperoleh
sebuah definisi yang komprehensif. Pertama, brand berarti merek dari
dari suatu produk yang dapat dikenal dengan sebuah nama atau sebuah
desain yang khusus. Brand dalam bahasa Indonesia disebut dengan
merek”. Adapun merek menurut Kamus Bahasa Indonesia: tanda yg
dikenakan oleh pengusaha (pabrik, produsen, dan sebagainya) pada
barang-barang yang dihasilkannya sebagai tanda pengenal; cap (tanda)
yg menjadi pengenal untuk menyatakan nama dsb. Suatu brand lebih
daripada sebuah nama atau simbol. Brand merepresentasikan persepsi
dan perasaan konsumen terhadap produk dan dayagunanya, yakni
segala sesuatu yang menyebabkan suatu barang atau jasa bernilai bagi
konsumen. Sebagaimana seorang ahli brand berpengalaman memberi
suatu kesan: “Akhirnya, brand telah mengambil tempat disetiap pikiran
para konsumen”.
Menurut Kotler (2014:67), “Para konsumen melihat brand sebagai
sebagai bagian yang penting dari suatu produk, suatu branding bisa
meningkatkan nilai dari produk. Sebagai contoh, kebanyakan
konsumen akan menyangka bahwa sebuah botol parfum merek Chanel
memiliki kualitas yang tinggi, produk yang mahal. Akan tetapi parfum
yang sama namun dengan botol tanpa merek mungkin akan dianggap
sebagai kualitas rendah, meskipun aroma parfum tersebut serupa.
Brand pula memberikan jaminan atas kepercayaan dan kualitas.
Sebagai contoh, seorang pembeli buku mungkin tidak akan
mempercayakan kartu kreditnya kepada toko buku online yang tidak
dikenal, akan tetapi keraguannya berkurang apabila melakukan
pembelian pada situs Amazon.com sebagai pengalaman yang
mengajarkannya untuk mempercayai brand Amazon tersebut”.
Diantara manfaat dari branding bagi para konsumen, sebagai
berikut:
1) Nama dari suatu brand memberitahu kepada pembeli tentang suatu
kualitas dari produknya. Para pembeli yang selalu membeli merek
yang sama mengetahui bahwa mereka akan mendapatkan kualitas
produk yang serupa setiap mereka membeli;
2) Nama brand pula meningkatkan efisiensi para pembeli, yaitu
dengan pembeli mengunjungi supermarket dan mendapati ribuan
macam produk yang umum (generik);
3) Nama brand membantu mengajak para pembeli kepada produk
yang mungkin bermanfaat bagi mereka

Brand Awareness


Menurut Hasan (2014:42), “brand awareness (kesadaran merek)
merupakan sejauh mana suatu merek dikenal atau tinggal dalam benak
konsumen”. Menurut Kotler (2014:60), adalah menunjukan kesanggupan
konsumen (atau calon pembeli) dalam mengingat kembali (recognize)
atau mengenali (recall) bahwa suatu merek merupakan suatu bagian dari
kategori produk tertentu. Menurut Hasan (2014:43), “Kesadaran dapat
diukur dengan berbagai cara, tergantung pada cara konsumen mengingat
suatu merek, diantaranya”:
a. Pengenalan merek (brand recognition)
Pengenalan merek menggambarkan sejauh mana sebuah nama
merek telah akrab dikenal berdasarkan eksposur masa lalu.
b. Ingatan merek (brand recall)
Ingatan merek mencerminkan nama-nama merek yang diingat oleh
konsumen bila kelas/kategori produk tertentu disebutkan.
c. Merek dominan (dominant brand)
Merek dominan adalah satu-satunya merek yang diingat dan
merupakan tingkat kesadaran merek yang paling tinggi.

Indikator atau Elemen Brand Equity


Menurut Kotler (2014:91), “menjabarkan aset merek yang
berkontribusi pada penciptaan brand equity ke dalam beberapa dimensi
yaitu”:
1) Perceived Quality (Persepsi Kualitas), yaitu penilaian konsumen
terhadap keunggulan atau superiortas produk secara keseluruhan
sehubungan dengan tujuan yang diinginkannya. Oleh sebab itu,
perceived quality didasarkan pada evaluasi subyektif konsumen
terhadap kualitas produk. Konsumen mempersepsikan kulaitas
produk berdasarkan elemen – elemen sebagai berikut :
a) Serviceability, merupakan kemudahan untuk memperbaiki atau
mendapatkan layanan terkait dengan produk.
b) Reliability, merupakan konsistensi kinerja dari suatu produk.
c) Features, merupakan elemen sekunder atau tambahan dari
suatu produk.
d) Performance, merupakan karakteristik operasional utama dari
suatu produk.
e) Conformance with specifications, merupakan keadaan di mana
tidak ada cacat pada produk, dan ada kesesuaian produk dengan
dengan standar kualifikasi.
f) Durability, merupakan nilai ekonomis dari suatu produk.
g) Fit and finish, merupakan kualitas tampilan akhir dari suatu
produk yang tangible, tapi beda halnya dengan produk yang
sifatnya intangible karena kualitas tampilannya bersifat abstrak.
2) Brand Association (Asosiasi Merek), menyangkut segala sesuatu
yang terkait dengan memori terhadap suatu merek. Asosiasi merek
memiliki tingkat kekuatan tertentu dan akan semakin kuat seiring
dengan bertambahnya pengalaman konsumsi atau eksposur dengan
merek spesifik. Asosiasi yang terkait dengan suatu merek,
umumnya dihubungkan dengan berbagai hal berikut :
a) Product attributes (atribut produk), mengasosiasikan atribut
atau karakteristik suatu produk merupakan strategi positioning
yang sering digunakan, asosiasi dapat secara langsung
diterjemahkan dalam alasan pembelian suatu merek.
b) Intangible attributes (atribut tak berwujud), suatu faktor tak
berwujud merupakan atribut umum, seperti halnya persepsi
kualitas, kemajuan teknologi, atau kesan nilai yang
mengikhtisarkan serangkaian atribut yang objektif.
c) Customers benefits (manfaat bagi konsumen), Biasanya
terdapat hubungan antara atribut produk dan manfaat bagi
pelanggan. Terdapat dua manfaat bagi pelanggan, yaitu:
(1) Manfaat rasional (rational benefit) adalah manfaat yang
berkaitan erat dengan suatu atribut produk dari produk yang
dapat menjadi bagian dari proses pengambilan keputusan
yang rasional.
(2) Manfaat psikologis (psychological benefit), seringkali
merupakan konsekuensi ekstrim dalam proses pembentukan
sikap, berkaitan dengan perasaan yang ditimbulkan ketika
membeli atau menggunakan merek tersebut.
d) Relative price (harga relatif), Evaluasi terhadap suatu merek di
sebagian kelas produk ini akan diawali dengan penentuan
posisi merek tersebut dalam satu atau dua dari tingkat harga.
e) Application (penggunaan), Pendekatan ini adalah dengan
mengasosiasikan merek tersebut dengan suatu penggunaan atau
aplikasi tertentu.
f) User/costumer (pengguna/konsumen), Pendekatan ini adalah
dengan mengasosiasikan sebuah merek dengan sebuah tipe
pengguna atau pelanggan dari produk tersebut.
g) Celebrity/person (orang terkenal/khalayak), Mengkaitkan orang
terkenal atau artis dengan sebuah merek dapat mentransfer
asosiasi kuat yang dimiliki oleh orang terkenal ke merek
tersebut.
h) Life style/personality (gaya hidup/kepribadian), Sebuah merek
bisa diilhami oleh para pelanggan merek tersebut dengan aneka
kepribadian dan karakteristik gaya hidup yang hampir sama i.
Product class (kelas produk), Beberapa merek perlu membuat
keputusan positioning yang menentukan dan melibatkan
asosiasi-asosiasi kelas produk.
i) Competitors (para pesaing), Mengetahui pesaing dan berusaha
untuk menyamai atau bahkan mengungguli pesaing.
j) Country/geographic area (Negara/wilayah geografis), Sebuah
negara dapat menjadi simbol yang kuat asalkan memiliki
hubungan yang erat dengan produk, bahan, dan kemampuan

Pengertian Brand Equity


Menurut Alma (2015:6), “Merek merupakan nama, istilah, tanda,
simbol, desain, ataupun kombinasinya yang mengidentifikasikan suatu
produk atau jasa yang dihasilkan oleh suatu perusahaan, identifikasi
tersebut berfungsi untuk membedakannya dengan produk yang
ditawarkan oleh perusahaan pesaing. Lebih jauh, dapat dijelaskan
bahwa merek (brand) merupakan elemen yang penting bagi
perusahaan. Merek dapat berperan sebagai payung representasi produk
barang atau jasa yang ditawarkan, dapat berperan sebagai perusahaan,
dapat berperan sebagai orang, bahkan dapat berperan sebagai Negara”.
Menurut Hasan (2014:65), “Merek erat kaitannya dengan alam
pikir manusia, yang meliputi semua yang eksis dalam pikiran
konsumen terhadap merek seperti perasaan, pengalaman, citra,
persepsi, keyakinan, sikap sehingga dapat dikatakan merek adalah
sesuatu yang sifatnya immaterial, yang dapat mengubah atau
mentransformasi hal yang sifatnya tangible menjadi sesuatu yang
bernilai”.
Menurut Kotler (2014:80), “Ekuitas merupakan seperangkat aset
dan kewajiban terkait dengan merek, yang menambah nilai atau
mengurangi nilai dari sebuah produk dalam hubungannya dengan
konsumen, dengan kata lain ekuitas berarti nilai. Nilai sebuah merek
sebenarnya didapatkan dari kata-kata atau tindakan konsumennya.
Keputusan pembelian konsumen didasarkan pada faktor-faktor yang
menurut mereka penting, semakin banyak faktor yang dinilai penting
maka merek tersebut dapat dikatakan sebagai merek yang bernilai”.
Menurut Kotler (2014:83), “Semakin banyaknya jumlah pesaing di
dalam pasar memicu persaingan di antara merek-merek yang
beroperasi di pasar. Persaingan ini dapat dimenangkan dan membuat
perusahaan tetap bertahan apabila menghasilkan produk yang memiliki
brand equityyang kuat, dan hal ini akan membantu perusahaan untuk
bersaing, merebut, dan menguasai pasar. Menurut Durianto, dkk,
brand equityadalah seperangkat aset dan liabilitas merek yang terkait
dengan suatu merek, nama, simbol, yang mampu menambah atau
mengurangi nilai yang diberikan oleh suatu produk atau jasa baik pada
perusahaan maupun pada pelanggan”

Pemasaran


Pemasaran menyentuh kehidupan kita sehari-hari. Akan tetapi
kebanyakan orang telah salah mengartikan dan menganggapnya bahwa
pemasaran sama dengan penjualan dan promosi. Ini bukan berarti bahwa
penjualan dan promosi menjadi tidak penting, tetapi keduanya lebih
merupakan bagian dari bauran pemasaran yang lebih luas atau seperangkat
fungsi pemasaran yang harus dimamfaatkan untuk meraih dampak
maksimum di pasar. Penjualan hanyalah fungsi puncak pemasaran.
Penjualan hanya merupakan salah satu dari beberapa fungsi pemasaran,
dan seringkali bukan merupakan fungsi terpenting. Apabila pemasaran
melakukan fungsi pemasaran dengan baik mengidentifikasikan kebutuhan
konsumen, mengembangkan produk yang tetap, menetapkan harga,
melaksanakan distribusi dan promosi secara efektif, barang-barang akan
laku dengan sendirinya. Pemasaran merupakan suatu upaya mengantar
perusahaan mencapai tujuan melalui pemenuhan kebutuhan-kebutuhan
manusia. Pemasaran meliputi berbagai kegiatan yang terkait dengan upaya
menyampaikan produk sesuai keinginan konsumen, kegiatan distribusi dan
kegiatan promosi.
Definisi pemasaran menurut Kotler (2014:8) adalah “pemasaran adalah
suatu proses sosial dan manajerial, baik oleh individu atau kelompok,
untuk mendapatkan apa yang dibutuhkan dan diinginkan melalui
pencipataan (creation), penawaran, dan pertukaran produk yang bernilai
dengan pihak lain”.
Definisi pemasaran menurut Alma (2015:5), yaitu “proses
merencanakan konsepsi, harga, promosi dan distribusi ide, menciptakan
peluang yang memuaskan individu dan sesuai dengan tujuan organisasi”

Tahap-tahap Dalam Proses Pengambilan Keputusan


Proses pengambilan keputusan merupakan suatu rangkaian kegiatan yang
saling terkait, tertuju kepada pemilihan berbagai alternatif. Proses pengambilan
keputusan pembelian, secara umum terdiri dari 5 tahap yaitu :
a) Pengenalan kebutuhan
Kebutuhan konsumen mungkin muncul ketika konsumen menghadapi masalah.
Waktu, perubahan situasi, pemilihan produk, konsumsi produk, perbedaan
individu dan pengaruh pemasaran merupakan faktor yang dapat mempengaruhi
keputusan konsumen.
b) Pencarian informasi
Pencarian informasi konsumen dilakukan secara selektif, dan yang paling relevan
bagi beneflt yang sesuai dengan keyakinan dan sikap mereka. Sumber-sumber
informasi konsumen dapat berasal dari:

  1. Sumber pribadi: keluarga, teman, tetangga dan kenalan.
  2. Sumber komersial: iklan, tenaga penjual, penyalur, kemasan dan pameran.
  3. Sumber umum: media massa dan organisasi konsumen.
  4. Sumber pengalaman: peran menangani, menguji dan menggunakan produk

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian


Perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

  1. Budaya, terdiri atas 3 sub faktor, antara lain :
    a) Budaya, merupakan penentuan keinginan dan perilaku yang paling
    mendasar.
    b) Sub budaya, memberikan lebih banyak ciri dan sosialisasi khusus bagi
    anggotanya.
    c) Kelompok sosial, merupakan pembagian masyarakat yang relatif
    homogen dan permanen yang tersusun secara hierarkis dan
    anggotanya menganut nilai, minat dan perilaku serupa.
  2. Sosial, terdiri atas :
    a) Kelompok acuan, merupakan kelompok yang mempunyai pengaruh
    langsung (tatap muka) atau tidak langsung terhadap sikap dan perilaku
    orang lain.
    b) Keluarga, merupakan organisasi pembelian konsumen yang paling
    penting dalam masyarakat dan telah menjadi objek penelitian yang
    luas.
    c) Peran dan status, meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan
    seseorang, masing-masing menghasilkan status.
  3. Pribadi, terdiri atas :
    a) Usia dan tahap siklus hidup, pemasar sering memilih kelompok-
    kelompok berdasarkan siklus hidup sebagai pasar sasaran mereka.
    b) Pekerjaan dan lingkungan ekonomi, pekerjaan seseorang juga
    mempengaruhi pola konsumsinya.
    c) Gaya hidup, merupakan pola hidup seseorang di dunia yang
    diekspresikan dalam aktivitas, minat dan opininya.
  4. Kejiwaan, terdiri atas :
    a) Motivasi, merupakan kebutuhan yang mendorong seseorang
    bertindak, seperti rasa lapar, haus, dan tidak nyaman.
    b) Persepsi, merupakan proses yang digunakan oleh seorang individu
    untuk memilih, mengorganisasi dan menginterpretasi masukan-
    masukan informasi guna menciptakan gambaran dunia yang memiliki
    arti.
    c) Pembelajaran, meliputi perubahan perilaku seseorang yang timbul
    dari pengalaman.
    d) Keyakinan dan sikap, merupakan gambaran pemikiran yang dianut
    seseorang tentang suatu hal atau evaluasi, perasaan, emosional dan
    kecenderungan tindakan yang menguntungkan atau tidak
    menguntungkan dan bertahan lama dari seseorang terhadap suatu
    objek atau gagasan.

Pengertian Keputusan Pembelian


Keputusan pembelian adalah tahap dalam proses pengambilan keputusan
pembeli dimana konsumen benar-benar membeli produk.Keputusan pembelian ini
dipengaruhi oleh minat pembelian yang dicetuskan oleh seorang konsumen. Namun,
keputusan konsumen untuk dalam membeli atau mengkonsumsi suatu merek juga
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, seperti :

  • Kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh produsen dan lembaga lainnya
  • Faktor perbedaan individu konsumen
  • Faktor lingkungna konsumen

Peran Kesadaran Merek (BrandAwareness)


Kesadaran merek dapat menjadi kunci pembuka suatu merek produk untuk
memperoleh kejayaan dalam peringkat merek produk. Beberapa peranan yang dapat
diberikan oleh kesadaran merek terhadap merek produk perusahaan yaitu:

  1. Jangkar yang menjadi cantolan bagi yang lain (Anchor to wltich other
    association can be attached)
    Suatu merek dapat digambarkan seperti suatu jangkar dengan beberapa rantai.
    Rantai menggambarkan asosiasi dari merek tersebut.
  2. Kesukaan (.Familiarity-Liking)
    Pengenalan terhadap suatu merek dapat menimbulkan rasa terbiasa yang dapat
    menimbulkan keterkaitan kesukaan yang kadang-kadang dapat menjadi suatu
    pendorong dalam membuat keputusan.
  3. Substansi (Substance/Commitment )
    Kesadaran akan nama dapat menandakan keberadaan, komitmen dan inti yang
    sangat penting bagi suatu perusahaan. Jika kualitas pada dua merek sama, brand
    awareness akan menjadi faktor yang menentukan dalam pengambilan keputusan
    pembelian konsumen.
  4. Pertimbangan (Brand to consider)
    Langkah pertama dalam suatu proses pembelian adalah menyeleksi suatu
    kelompok merek-merek yang dikenal untuk dipertimbangkan merek mana yang
    akan diputuskan untuk dibeli.

Pengertian Kesadaran Merek (BrandAwareness)


Kesadaran konsumen menunjukkan kesanggupan seorang calon pembeli
untuk mengenali atau mengingat kembali suatu merek yang juga merupakan bagian
dari suatu kategori produk tertentu. Untuk menciptakan dan membangun kesadaran
masyarakat terhadap suatu merek, maka merek harus dikomunikasikan secara efektif
melalui atribut-atribut yang didiferensiasikan secara unik dalam berbagai aplikasi.
Kesadaran merek membutuhkan jangkaun kontinum (continuum ranging) dari
perasaan yang tidak pasti bahwa merek tertentu dikenal, sehingga menjadi keyakinan
konsumen bahwa produk tersebut merupakan satu-satunya dalam kelas produk
bersangkutan

Pengertian Ekuitas Merek


Konsep ekuitas merek muncul karena dilatar belakangi oleh pemikiran bahwa
merek yang bereputasi merupakan aset yang juga dapat diperjualbelikan
sebagaimana aset-aset perusahaan lainnya. Semakin kuat ekuitas merek maka akan
semakin kuat pula daya tariknya.
Ekuitas merek menurut David A. Aaker adalah :
Seperangkat aset dan liabilitas yang terkait dengan suatu merek, nama, simbol.
yang mampu menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh suatu
produk atau jasa baik pada perusahaan maupun pada pelanggan.
Sedangkan ekuitas merek menurut Duane.E.Knap adalah :
Ekuitas merek merupakan totalitas dari persepsi merek, mencakup kualitas
relatif dari produk dan jasa kinerja keuangan, loyalitas pelanggan, kepuasan,
dan keseluruhan penghargaan terhadap merek.
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa :
Ekuitas merek adalah seperangkat aset dan liabilitas yang terkait dengan suatu
merek baik mencakup sisi fungsional maupun sisi emosional yang mampu
menambah atau mengurangi nilai suatu produk atau jasa.
Ekuitas merek sangat berkaitan dengan seberapa banyak pelanggan suatu
merek berada dalam kelas merasa puas dan menghargai suatu merek. Menurut Aaker,
ekuitas merek juga berkaitan dengan tingkat pengakuan merek, mutu merek, yang
diyakini, asosiasi mental dan emosional yang kuat serta aktiva lain seperti hak paten,
merek dagang dan hubungan saluran distribusi.

Elemen Penting Merek


Merek memiliki tiga elemen yang sangat penting, antara lain:

  1. Landasan Merek (Brand Platform)
    Landasan merek adalah suatu blue print (pedoman) perencanaan merek yang
    strategis, meliputi visi dan misi merek, serta wilayah kekuasaan dari suatu
    merek dan lain-lain.
  2. Identitas Merek (Brand Identity and Naming)
    Mengidentifikasi keunikan dan diferensiasi suatu merek, sehingga suatu
    merek akan di identifikasikan berbeda dengan merek pesaing.
  3. Komunikasi Merek (Brand Communicatiori)
    Suatu merek harus dikomunikasikan dengan terencana dan stratejik, dalam
    arti bahwa seluruh aspek kreatif dalam komunikasi harus disesuaikan dengan
    platform merek sehingga komunikasi dapat sejalan dengan pedoman
    perencanaan merek

Pengertian Merek


Dalam dunia pemasaran dan industri, merek sangat penting bagi perusahaan
karena merek dapat memberikan keuntungan tersendiri, terutama jika merek tersebut
telah banyak dikenal dan tertanam di benak konsumen. Merek23 dikatakan sebagai
cara hidup suatu produk yang didalamnya terdapat keinginan, janji dan komitmen
yang harus dipenuhi oleh perusahaan.
Pengertian Merek menurut Philip Kotler :24
Merek adalah nama, tanda, desain atau kombinasi hal-hal tersebut yang
dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang atau
sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk pesaing.
Sedangkan menurut Landor Associates :25
Merek merupakan jalan pintas (shortcut) yang mempersingkat proses
pengambilan keputusan konsumen dalam memilih suatu produk

Elemen Kepuasan Konsumen


Lima elemen yang menyangkut kepuasan konsumen (Fandy
Tjiptono dan Gregorius, 2011) adalah sebagai berikut:

  1. Harapan (Expectations). Barang atau jasa yang sesuai dengan harapan
    konsumen akan menyebabkan konsumen merasa puas.
  2. Kinerja (Performance). Ketika kinerja aktual barang atau jasa berhasil
    maka konsumen akan merasa puas.
  3. Perbandingan (Compatison). Konsumen akan merasa puas ketika
    harapan sebelum pembelian sesuai atau melebihi persepsi mereka
    tehadap kinerja aktual produk.
  4. Pengalaman (Experience). Harapan konsumen dipengaruhi oleh
    pengalaman mereka terhadap penggunaan merek dari barang atau jasa
    yang berbeda dari oranglain.
  5. Konfirmasi (Confirmation) dan Diskonfirmasi (Disconfiration).
    Konfirmasi atau tekonfirmasi terjadi jika harapan sesuai dengan kinerja
    aktual produk. Sebaliknya diskonfirmasi atau tidak terkonfirmasi tejadi
    ketika harapan lebih tinggi atau lebih rendah dari kinerja aktual produk

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Konsumen


Strategi pemasaran diperlukan perusahaan untuk memberikan
kepuasan kepada konsumen. Variabel yang mempengaruhi kepuasan
konsumen (Donni Juni Priansa, 2017) adalah:

  1. Produk. Layanan produk yang baik dan memenuhi selera dan harapan
    kosumen. Produk dapat menciptakan kepuasan konsumen
  2. Harga. Merupakan bagian yang melekat pada produk yang
    mencerminkan seberapa besar kualitas produk tersebut.
  3. Promosi. Dasar penelitian promosi yang mengenai informasi produk dan
    jasa perusahaan dalam usaha dalam mengkomunikasikan manfaat
    produk dan jasa tersebut pada konsumen sasaran.
  4. Lokasi. Maerupakan bagian dari atribut perusahaan yang berupa lokasi
    perusahaan dan konsumen.
  5. Pelayanan karyawan. Merupakan pelayanan yang diberikan karyawan
    dalam usaha memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen dalam
    usaha memuaskan konsumen.
  6. Fasilitas. Merupakan bagian dari atribut perusahaan yang berupa
    perantara guna mendukung kelancaran operasional perusahaan yang
    berhubungan dengan konsumen.
  7. Suasana. Merupakan faktor pendukung, karena apabila perusahaan
    meresahkan maka konsumen mendapatkan kepuasan tersendiri.

Pengukuran Kepuasan Konsumen


Kepuasan konsumen dapat diketahui (Kotler dan Keller, 2012)
antara lain melalui:

  1. Sistem keluahan dan saran. Dengan cara membuka kotak saran dan
    menerima keluhan, saran, kritik oleh oleh langganan atau bisa juga
    disampaikan melalui kertu informasi, customer hot line.
  2. Survei kepuasan konsumen. Biasanya penelitian mengenai kepuasan
    konsumen dilakukan melalui pos, telepon atau wawancara pribadi atau
    bisa juga si perusahaan mengirimkan angket ke orang-orang tetentu.
  3. Pembeli bayangan. Dalam hal ini perusahaan menyuruh orang-orang
    tetentu untuk membeli ke perusahaan lain, sehingga pembeli misteius
    ini dapat melaporkan keunggulan dan kelemahan pelayan-pelayan yang
    melayani.
  4. Analisis konsumen yang beralih. Perusahaan yang kehilangan
    langganan mencoba untuk menghubungi konsumen dan dibujuk kenapa
    mereka berhenti, pindah ke perusahaan dan lain-lain.
    Lima cara untuk mengukur kepuasan konsumen (Randall, 2001)
    antara lain:
  5. Keluhan
    Melalui keluhan perusahaan, perusahaan dapat mempelajari banyak hal.
    Menurut hasil penelitian konsumen yang merasa tidak puas tetapi tidak
    mengeluh jarang melakukan pembelian ulang.
  6. Telepon/Intenet
    Perusahaan menawarkan telepon bebas pulsa untuk konsumen yang
    ingin mengeluh, sehingga konsumen dapat langsung menghubungi
    perusahaan melalui intenet.
  7. Survei
    Survei ada yang bisa diisi langsung oleh konsumen atau berbentuk
    penelitian pemasaran konvensional.
  8. Mystery Shoppers
    Orang yang dipekerjakan membeli produk sama halnya dengan
    konsumen, kemudian mereka memberikan laporan lengkap mengenai
    unsur-unsur dari produk tersebut.
  9. Analisis konsumen hilang
    Melakukan wawancara dengan konsumen atau melalui survei

Strategi Kepuasan Konsumen


Strategi kepuasan pelanggan menyebabkan para pesaing harus
berusaha keras dan memerlukan biaya tinggi dalam usahanya merebut
konsumen suatu perusahaan. Kepuasan konsumen merupakan strategi
jangka panjang yang membutuhkan komitmen, baik menyangkut dana
maupun sumber daya manusia (Fandy Tjiptono dan Gregorius
Candra, 2011). Menurutnya Ada beberapa strategi yang dapat
dipadukan untuk meraih dan meningkatkan kepuasan konsumen:

  1. Strategi Relationship Marketing. Strategi dimana transaksi pertukaran
    antara pembeli dan penjual berkelanjutan, tidak berakhir setelah
    penjualan selesai. Dengan kata lain dijalin suatu kemitraan dengan
    konsumen secara teus-menerus yang pada akhirnya akan menimbulkan
    kesetiaan konsumen sehingga terjadi bisnis ulang (repeat businnes).
  2. Strategi Superior Customer Service. Strategi ini menawarkan pelayanan
    yang lebih baik dari pada pesaing. Hal ini membutuhkan data yang
    besar, kemampuan sumber daya manusia dan usaha gigih agar dapat
    tercipta suatu pelayanan yang superior.
  3. Strategi Unconditional Guarantees atau Extraordinary Guarantees.
    Strategi ini berintikan komitmen untuk memberikan kepuasan pada
    konsumen yang pada gilirannya akan menjadi sumber dinamisme
    penyepurnaan mutu produk atau jasa dan kinerja perusahaan.

Pemicu Kepuasan Konsumen


Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasan konsumen
terhadap penyedia jasa ataupun terhadap organisasi dapat dilihat
kedalam lima level (Barnes, 2003) yang diantaranya:

  1. Level 1: Produk atau jasa inti
    Ini adalah esensi dari penawaran yang mewakili produk atau jasa inti
    yang disediakan oleh perusahaan.
  2. Level 2: Sistem dan Pelayanan pendukung
    Ini meliputi layanan-layanan pendukung yang bisa meningkatkan
    kelengkapan dari layanan atau produk inti.
  3. Level 3: Performa teknis
    Level ketiga ini intinya berkaitan dengan apakah perusahaan
    menetapkan produk inti dan layanan pendukungnya dengan benar.
  4. Level 4: Elemen-elemen Interaksi dengan konsumen
    Level ini mengacu pada interaksi penyedia jasa dengan konsumen
    melalui tatap muka langsung atau melalui kontak berbasis teknologi.
  5. Level 5: Elemen emosional – dimensi afektif pelayanan
    Inti dari level kelima ini adalah bagaimana kita membutuhkan
    perasaan positif dalam diri konsumen

Manfaat Kepuasan Konsumen


Terlepas mengenai perbedaan mengenai konsepnya, realisasi
kepuasan konsumen melalui program perencanaan, implementasi dan
pengendalian program khusus diyakini memberikan beberapa manfaat
produk (Donni Juni Priansa, 2017) diantaranya:

  1. Reaksi terhadap produsen berbiaya rendah. Persaingan dalam banyak
    industri ditandai dengan overcapity dan oversupply. Hal tersebut
    menyebabkan pemotongan harga menjadi senjata strategis untuk meraih
    pangsa pasar. Fokus pada kepuasan konsumen merupakan upaya
    mempertahankan konsumen dalam rangka menghadapi para produsen
    berbiaya rendah.
  2. Manfaat ekonomi retensi konsumen versus perpectual prospecting.
    Berbagai studi menunjukkan bahwa mempertahankan dan memuaskan
    konsumen saat ini jauh lebih murah dibandingkan terus-menerus
    berupaya menarik atau memprospek konsumen baru. Beberapa riset
    menunjukkan bahwa biaya mempertahankan konsumen lebih murah
    empat sampai enam kali lipat dibandingkan biaya mencari konsumen
    baru.
  3. Nilai kumulatif dari relasi berkelanjutan. Berdasarkan konsep customer
    lifetime value, upaya untuk mempertahankan loyalitas konsumen pada
    barang dan jasa perusahaan selama periode waktu yang lama dapat
    menghasilkan anuitas yang jauh lebih besar daripada pembelian
    individual.
  4. Daya persuasif word of mount. Pendapat atau opini positif dari teman
    atau keluarga jauh lebih persuasif daripada iklan. Oleh sebab itu, banyak
    perusahaan yang tidak hanya meneliti kepuasan total, namun juga
    menelaah sejauh mana konsumen bersedia merekomendasikan produk
    perusahaan kepada orang lain.
  5. Reduksi sensitivitas harga. Konsumen yang puas dan loyal terhadap
    sebuah perusahaan cenderung lebih jarang menawar harga setiap
    pembelian individualnya.
  6. Kepuasan konsumen merupakan indikator kesuksesan bisnis dimasa
    depan. Pada hakekatnya kepuasan konsumen merupakan strategi jangka
    panjang, karena dibutuhkan jangka waktu cukup lama sebelum dapat
    membangun dan mendapatkan reputasi atas layanan prima dan kerapkali
    juga dituntut investasi besar pada serangkaian aktivitas yang ditujukkan
    untuk membahagiakan konsumen saat ini dan masa depan

Pengertian Kepuasan Konsumen


Kepuasan konsumen adalah perasaan senang atau kecewa
seseorang yeng muncul setelah membandingkan antara kinerja (atau
hasil) yang diharapkan. Jika kinerja berada dibawah harapan, konsumen
tidak puas. Jika kinerja memenuhi harapan, konsumen puas. Jika kinerja
melebihi harapan, konsumen amat puas atau senang. (Kotler dan
Keller, 2012)
Secara tradisional pengertian kepuasan atau ketidakpuasan
konsumen merupakan perbedaan antara harapan (expectation) dan
persepsi atau kinerja yang disarankan (perceived performance).
(Zeithaml dan Bitner, 2008)
Pengertian ini didasarkan pada “Disconfirmation paradigma” dari
Oviler, 1993 menyatakan bahwa:
“Sansisfaction is the consumer’s fulfillment response. It is a judgment
that a product or sevice feature, or the product or service itself, provides
a pleasurable level of consumption-related fulfillment”.
Kepuasan konsumen merupakan keadaan yang dicapai bila produk
sesuai dengan kebutuhan atau harapan konsumen dan bebas dari
kekurangan. (Juran, 1992)
Kepuasan berasal dari bahasa latih “satis”, yang berarti cukup dan
sesuatu yang memuaskan akan secara pasti memenuhi harapan,
kebutuhan, atau keinginan dan tidak menimbulkan kelihan. (Crow et.,
all,2003)
Kepuasan konsumen adalah suatu perasaan keseluruhan konsumen
mengenani produk atau jasa yang telah dibeli oleh konsumen.
(Solomon, 2011)
Kepuasan konsumen merupakan evalasi purna beli dimana
alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya memberikan hasil
(outcome) yang sama atau melebihi harapan dari konsumen,
sedangkan ketidakpuasan akan timbul apabila hasil yang diperoleh
tidak memenuhi harapan konsumen. (Engel et. Al., 2010)

Ekuitas merek (Brand Equity)


Ekuitas merek (Brand Equity) merupakan salah satu konsep dalam
pemasaran yang paling populer. Secara definisi, ekuitas merek adalah
himpunan dari seluruh aset yang tehubung dengan suatu merek guna
menambah atau mengurangi nilai suatu produk atau layanan, baik
kepada perusahaan maupun konsemen (Ardi Wilda Mulia, 2019). Ada
beberapa konsep dalam ekuitas merek. Konsep yang pertama adalah
pemahaman bahwa ekuitas merek merupakan suatu marketing asset.
Suatu sumber daya yang digunakan untuk memberikan kontribusi
terhadap market position, seperti market shsre dan kinerja merek yang
lain. Ekuitas merek menambah daya saing produk dan jasa.
Konsep yang kedua adalah ekuitas merek menambah nilai dengan
melalui differential effect. Dengan adanya ekuitas merek maka
konsumen akan memberikan respons berbeda terhadap tindakan
pemasar. Perbedaan respons ini bisa diidentifikasi baik dari segi
komunikasi pemasaran, distribusi, harga bahkan produk itu sendiri.
Konsep yang ketiga adalah manfaatnya, baik untuk perusahaan maupun
untuk konsumen. Manfaat ekuitas merek tentu saja adalah nilai tambah.
Bagi perusahaan niali tambah ini bisa jadi berupa perbedaan asset
valuation yang dihubungkan dengan merek. Sementara pada konsumen,
nilai tambah ini bermuara pada peningkatan Nilai Pelanggan (Customer
Value).
Terdapat dua pemikir utama tentang ekuitas merek ini, yakni Aaker
dan Keller. Secara isi bisa dikatakan mereka tidak jauh berbeda. Hanya
saja, Keller mendekati ekuitas merek dari sudut konsumen sedangkan
Aaker melihatnya dari segi pengelola merek. Komponen dari yang
mereka bahas tidak jauh berbeda. Namun mereka mengordinasikannya
secara cukup berbeda.
Mengorganisasikan ekuitas merek melalui 5 komponen (Aaker, 2012)
yakni:

  1. Awareness terhadap merek
  2. Asosiasi terhadap merek
  3. Persepsi terhadap kualitas
  4. Loyalitas terhadap merek
  5. Aset terakhir kepemilikan merek yang lain

Pentingnya Makna Merek


Baik Kaller, Aaker (2012) ataupun pakar merek lainnya lebih
memusatkan perhatiannya pada pengelolaan merek secara umum. Makna
merek merupakan area yang perlu mendapatkan perhatian khusus. Tidak
saja karena makna mereklah yang mendorong pilihan merek, tapi
utamanya karena proses pengelolaan makna merek ini sendiri bukan
sesuatu yang mudah. Adapun proses pengelolaan makna merek
melibatkan perencanaan dan implementasi program pemasaran untuk
membangun, mengukur dan mengelola makna merek. Di buku yang
berjudul Strategi Pengeloaan Makna Merek terdapat 4 tahapan yakni:

  1. Menidentifikasi dan menyusun makna inti merek
  2. Merencanakan dan mengimplementasikan strategi pemasaran terkait
    dengan makna merek
  3. Mengukur makna merek sebagai fokus dalam pengukuran ekuitas
    merek
  4. Memelihara makna merek

Fungsi Merek (Brand)


Fungsi merek adalah terminologi yang memberikan penekanan
atas manfaat utama dari produk atau servis yang diberikan. (Keller,
2012) Disini kita harus mencari esensi dari layanan produk kita. Sebagai
misal, Disney sebagai merek memiliki fungsi untuk memberikan
hiburan. Sumua tindakan pemasarannya harus dilakukan dalam upaya
membangun landasan utama ini. Hiburan.
Seperti dalam salah satu brand matra yaitu Descriptive modifier
adalah upaya untuk menjelaskan fungsi merek tersebut secara rasional.
Untuk merek Nike misalnya, dia memiliki athletic sebagai descriptive
modifier. Artinya, semua kekuatan dari merek Nike dijelaskan melalui
aspek-aspek yang terkait dengan olahraga dan sportivitas. Descriptive
modifer ini memberikan fokus untuk memperlihatkan manfaat dari
produk-produk merek secara rasional.

Pengertian Merek (Brand)


Merek adalah aset terbesar suatu perusahaan yang terkait dengan
produk. Dibandingkan dengan aset yang lain, merek dianggap lebih
memberikan jaminan keberlangsungan (sustainability) usaha (Ardi
Wirdamulia, 2019). Tidak diherankan jika banyak perusahaan
beranggapan kunci keberhasilan usaha ada pada pengolaan merek.
Selama ini penekanan tentang pentingnya merek ada pada fakta
bahwa, merek membuat proses pertukaran antara produsen dan
konsumen lebih efisien dan efektif. Disebut efisien karena merek
membuat proses pemjualan/pembelian lebih mudah dan murah bagi
kedua belah pihak. Tanpa adanya merek, konsumen akan sulut untuk
melakukan proses evaluasi antara produk dan kebutuhannya.
Proses pencarian ini bisa jadi akan berlangsung lebih lama dan
beresiko. Sementara itu, tanpa adanya merek perusahaan akan sulit
melakukan proses penanganan dan administrasi barang. Disebut
efektif karena merek juga membuat kedua belah pihak memperoleh
hasil lebih optimal terhadap proses jual-beli. Merek membuat
konsumen mampu membedakan kualitas dan kinerja berbagai produk.
Itu membuatnya bisa memilih yang terbaik bagi dirinya. Sementara itu,
perusahaan bisa memanfaatkan tingkat preferensi konsumen tersebut
untuk pemperoleh keuntungan yang lebih besar (Ardi Wirdamulia,
2019).

Dimensi Produk


Gaspersz (2011:148) dalam Tengku Firli (2020:45-46)
mengungkapkan ada beberapa dimensi dari kualitas produk yang bisa
dilakukan oleh pemasar. Berikut penjelasan dari dimensi kualitas
produk yaitu:

  1. Kinerja Produk
    Kinerja produk merupakan suatu manfaat atau kegunaan utama dari
    sebuah produk yang dibeli oleh konsumen.
  2. Fitur Produk
    Fitur produk merupakan ciri-ciri tambahan yang melengkapi
    manfaat dari suatu produk. Adanya fitur dapat meningkatkan
    kualitas pada produk jika pesaing tidak memiliki.
  3. Daya Tahan
    Daya tahan merupakan jumlah penggunaan pada produk yang sudah
    dibeli sebelum digantikan. Jika produk mempunyai daya tahan lama
    maka akan semakin awet, dan begitu pun sebaliknya.
  4. Kesesuaian
    Kesesuaian kegunaan produk dengan standar yang dinyatakan suatu
    produk. Hal tersebut merupakan semacam janji dari sebuah produk
    yang telah dipasarkan.
  5. Keindahan
    Setiap merek melakukan pembaharuan tampilan pada produknya
    seperti desain atau kemasan, guna menarik perhatian konsumen

Produk (Product)


Produk (Product) adalah hasil dari proses produksi yang dipasarkan
untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Produk dapat diklasifikasikan
menjadi dua jenis yaitu barang dan jasa. Selain itu produk juga memiliki
dua sifat yaitu tangible dan intangible. Tangile merupakan produk yang
dapat dilihat dan dirasakan seperti jasa, sedangkan intangible hanya
dapat dirasakan saja.
Produk adalah suatu hal yang bersifat kompleks yang dapat diraba
dan ada pula yang tidak dapat diraba, yang didalamnya terdapat
kemasan, harga, prestise perusahaan, dan pelayanan jasa yang diterima
konsumen guna memuaskan keinginan dan kebutuhannya. (Arif
Rahman, 2018:8)
Menurut Kotler dan Armstrong (dalam Arif, 2018: 8)
menjelaskan, produk adalah sesuatu yang ditawakan kepada konsumen
agar terjadi proses keputusan pembelian sehinggan dapat merasa puas
dan kebutuhan dapat terpenuh

Orientasi Pemasaran


lima konsep bersaing yang sering dijadikan rujukan oleh
perusahaan dalam melaksanakan kegiatan pemasaran (Kothler dan
Amstrong, 2012) menyatakan antara lain:

  1. Produksi
    Konsep produksi adalah konsep tertua. Falsafah bahwa konsumen
    akan lebih menyukai produk yang tersedia secara luas dan dengan
    harga yang terjangkau sehingga manajemen harus berusaha dengan
    fokus memperbaiki dan memperbaharui produksi dan efesiensi
    distribusi
  2. Produk
    Gagasan bahwa konsumen akan menyukai produk-produk yang akan
    menawarkan fitur yang mempunyai mutu terbaik, kinerja terbaik,
    inovatif dan untuk itu organisasi harus mencurahkan energi untuk
    terus menerus melakukan pengembangan produk. Versi terperinci
    dari gagasan baru dinyatakan dalam istilah yang berarti bagi
    konsumen. Konsep ini menunjukkan bahwa selera dan keinginan
    konsumen sangat berpengaruh dalam menciptakan produk dan
    tentunya hal ini juga berkaitan dengan persaingan perusahaan yang
    harus memperlihatkan keunggulan pada konsumen dengan cara yang
    dimengerti dan sangat menarik bagi konsumen.
  3. Penjualan
    Konsep penjualan berkeyakinan bahwa konsumen dan perusahaan
    bisnis, jika dibiarkan, tidak akan secara teratur membeli cukup
    banyak produk yang ditawarkan oleh organisasi tertentu, kecuali
    organisasi tersebut, harus melakukan usaha penjualan dan promosi
    yang agresif dan berskala besar. Konsep itu mengansumsikan para
    konsumen umumnya menunjukkan keenggangan atau penolakan
    untuk membeli sehingga harus dibujuk supaya membeli. Konsep
    tersebut mengasumsikanbahwa perusahaan memiliki banyak sekali
    alat penjualan da promosi yang efektif yang dapat merangsang lebih
    banyak pembelian.
  4. Pemasaran
    Konsep pemasaran menegaskan bahwa kunci untuk mencapai
    sasaran organisasi adalah perusahaan harus menjadi lebih efektif
    dibandingkan para pesaing dalam penciptakan, menyerahkan dan
    mengkomunikasikan nilai konsumen kepada pasar sasaran yang
    dipilih.
  5. Pemasaran berorientasi masyarakat
    Konsep pemasaran masyarakat menegaskan bahwa tugas organisasi
    adalah menentukan kebutuhan, keinginan dan kepentingan pasar
    sasaran serta memberikan kepuasan yang diinginkan secara efektif
    dan efesien dibandingkan dengan yang dilakukan oleh pesaing
    dengan cara yang tetap mempertahankan atau meningkatkan
    kesejahteraan konsumen dan masyarakat

Manajemen Pemasaran


Setelah memahami apa yang dimaksud dengan pemasaran, maka
selanjutnya perlu dipahami tentang apa yang dimaksud dengan
manajemen pemasaran. Manajemen pemasaran merupakan suatu proses
untuk memberikan nilai kepada konsumen dan membangun hubungan
yang erat dengan konsumen dengan cara menguntungkan perusahaan.
(Kotlher dan Armstrong, 2012)

Pemasaran (Marketing)


Pemasaran (Marketing) berasal dari kata market (pasar). Secara
sederhana, pasar dapat dipahami sebagai tempat dimana sekelompok
penjual dan pembeli bertemu untuk melaksanakan kegiatan transaksi
tukar menukar barang. Pasar merupakan tempat dimana konsumen
dengan kebutuhan dan keinginannya bersedia dan mampu untuk
terlibat dalam pertukaran guna memenuhi kebutuhan dan keinginan
tersebut. Pemasaran merupakan kegiatan dalam rangka menciptakan
yang tidak hanya kegunaan tempat/place, utility dan kegunaan waktu,
tetapi juga penciptaan kegunaan pemilikan. Kotler dan Armstrong
(2012) bahkan menyatakan bahwa:
“Marketing is managing profitable customer relationship”
Pemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang
dirancang untuk merencanakan, memetukan harga, mempromosikan
dan mendristribusikan barang barang yang memuaskan keinginan dan
jasa baik kepada konsumen saat ini maupun konsumen potensial
(William J. Stanton, 2005)
Asosiasi Pemasaran Amerika (Kothler dan Armstrong, 2012)
menyatakan bahwa pemasaran merupakan suatu proses sosial dan
manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa
yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan
dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak
lain.
Pemasaran merupakan proses perencanaan dan pelaksanaan
konsep pemberian harga, promosi, dan penditribusian produk,
pelayanan, dan ide yang ditunjukan untuk mrnciptakan kepuasan di
antara perusahaan dan para konsumennya. (Lamb, Hair, dan
McDaniel, 2001)
Pemasaran merupakan sekumpulan dari aktivitas dimana bisnis
dan organisasi lainnya mencipyakan pertukaran nilai diantara bisnis
dan perusahaan itu sendiri dan para konsumennya. (Terence A. Shimp,
2010)

Hubungan Kesadaran Merek dengan Ekuitas Merek


Kesadaran merek merupakan elemen kunci dalam generasi ekuitas merek
seperti yang diungkapkan oleh Villarejo, et al (2008) bahwa “Brand awareness is
a key element in the generation of brand equity”.
Kesadaran merek menunjukkan tolak ukur dari kekuatan suatu merek,
peran kesadaran merek dalam keseluruhan ekuitas merek tergantung dari sejauh
mana tingkatan kesadaran yang dicapai oleh suatu merek. Keinginan konsumen
yang terpenuhi sesuai dengan harapannya akan membuat konsumen menerima
suatu produk bahkan sampai loyal terhadap produk tersebut. Pesaing yang banyak
di pasar menuntut perusahaan harus memerhatikan kebutuhan konsumen, serta
berusaha memenuhi kebutuhan itu dengan produk yang bermutu tinggi.

Hubungan sikap merek dengan Ekuitas Merek


Sikap merupakan evaluasi keseluruhan terhadap merek dalam konteks
kualitas dan kepuasan terhadapp merek (Sitinjak dan Tumpal,2005).
Sikap merupakan kajian penting bagi perusahaan, dengan mengetahui
sikap konsumen terhadap merek produknya, maka perusahaan dapat memprediksi
perilaku konsumen dalam keputusan pembelian. Dengan demikian bahwa sikap
merek berkaitan dengan ekuitas merek.
Hasil penelitian Chamid abdul basid,Leonardo budi hasiholan,Adi tri
haryono (2015) menyatakan bahwa sikap merek berpengaruh signifikan terhadap
ekuitas merek sedangkan penelitian yang dilakukan Vivi mariana anggreini(2013)
menyatakan sikap merek berpengaruh signifikan dan positif terhadap ekuitas
merek.

Hubungan Citra Merek (Brand Image) dengan Ekuitas Merek


Citra merek (brand image) yang positif dapat meningkatkan ekuitas merek
yang diukur melalui intensitas pembelian dan keinginan membayar harga
premium (Sitinjak dan Tumpal, 2005).
Keller mendefinisikan citra merek sebagai persepsi merek sebagaimana
yang dicerminkan oleh merek itu sendiri kedalam memori ketika seorang
konsumen melihat mereka tersebut . Citra Merek dibangun dari beberapa sumber
yang meliputi merek dan pengalaman kategori produk , atribut produk, informasi
harga, positioning padakomunikasi promosi, imaginasipemakai, dan keadaan
pemakaian. Model konseptual dari citra merek menurut Keller (2010 hal.63)
meliputi atribut merek , keuntungan merek , dan sikap merek.
Konsumen beranggapan bahwa citra sebuah perusahaan akan
mempengaruhi citra merek suatu produk yang dihasilkannya. Citra merek
dibangun melalui kualitas produk yang baik yang kemudian akan berpengaruh
pada loyalitas merek itu sendiri

Kesadaran Merek


Kesadaran merek adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk
mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakanbagian dari
kategori produk tertentu (Humdiana, 2005). Konsumen akan cenderung membeli
merek yang sudah dikenal karena merasa aman dengan sesuatu yang sudah
dikenal (Humdiana, 2005). Dengan kata lain, sebuah merek yang dikenal
mempunyai kemungkinan bisa diandalkan, kemantapan dalam bisnis, dan kualitas
yang bisa dipertanggung-jawabkan..
Humdiana (2005) menyatakan bahwa kesadaran merek (brand awareness)
menciptakan nilai-nilai yaitu:
a. Jangkar tempat tautan berbagai asosiasi
Suatu produk atau layanan baru sudah pasti diarahkan untuk mendapatkan
pengenalan. Jarang sekali suatu keputusan pembelian terjadi tanpa pengenalan.
Pengetahuan mengenai berbagai bagian dan manfaat dari berbagai bagian dan
manfaat dari produk baru sangat sulit tanpa terlebih dahulu mendapatkan
pengakuan. Pengakuan merek merupakan langkah dasar pertama dalam tugas
komunikasi. Sebuah merek biasanya dikomunikasikan dengan menggunakan
atribut-atribut asosiasinya. Dengan tingkat pengenalan yang mapan, tugas
selanjutnya tinggal mencatelkan suatu asosiasi baru, seperti atribut produk.
b. Keakraban / rasa suka Pengakuan merek memberikan suatu kesan akrab, dan konsumen menyukai
sesuatu yang akrab. Terdapat hubungan yang positif antara jumlah penampakan
dan rasa suka, baik penampakan dalam bentuk abstraksi gambar, nama, musik,
dan lain-lain. Pengulangan penampakan bisa mempengaruhi rasa suka bahkan
tingkat pengenalan tidak terpengaruh
c. Tanda mengenai subtansi/komitmen
Kesadaran merek (brand awareness) bisa menjadi suatu sinyal dari
kehadiran, komitmen, dan subtansi sebuah merek produk. Jika merek dikenali,
pasti ada sebabnya, seperti: perusahaan telah mengiklankan secara luas,
perusahaan telah menggeluti bisnis tersebut dalam waktu lama, perusahaan
mempunyai jangkauan distribusi yang luas, dan merek tersebut berhasil
d. Mempertimbangkan merek
Langkah awal dalam proses pembelian biasanya adalah menyeleksi
sekumpulan merek untuk dipertimbangkan. Oleh karena itu, pengingatan kembali
merek (brand recall) menjadi penting. Pada umumnya, jika sebuah merek tidak
mencapai pengingatan kembali maka merek tersebut akan termasuk dalam proses
pertimbangan pembelian. Namun, konsumen biasanya juga akan mengingat mere-
merek yang sangat tidak mereka sukai. Dalam meraih kesadaran merek (brand
awareness), baik dalam tingkat pengenalan maupun dalam pengingatan kembali,
melibatkan dua tugas, yaitu mendapatkan identitas merek dan mengaitkannya
pada suatu kelas produk tertentu. Suatu pesan kesadaran merek hendaknya
memberi suatu alasan untuk diperhatikan dan dikenang atau menjadi berbeda dan
istimewa. Hal itu dapat ditempuh antara lain dengan, melibatkan slogan atau
jingle, membuat symbol atau logo, publisitas, menjadi sponsor kegiatan, dan
perluasan merek Membangun kesadaran merek (brand awareness) biasanya
dilkakukan dalam periode waktu yang lama karena penghafalan bisa berhasil
dengan repetisi dan penguatan. Dalam kenyataan merek-merek dengan tingkat
pengingatan kembali yang tinggi biasanya merupakan merek-merek yang berusia
tua (Humdiana, 2005).

Sikap Merek


Keller (dalam Chamid abdul basid,Leonardo budi hasiholan,Adi tri
haryono 2015) mendifinisikan sikap merek sebagai evaluasi keseluruhan
konsumen terhadap merek, atau citra merek sebagai evaluasi keseluruhan terhadap
merek dalam kontek kualitas dan kepuasan terhadap merek.
Sikap konsumen merupakan faktor psikologi penting yang perlu dipahami
oleh pemasar karena sikap dianggap mempunyai korelasi yang positif dan kuat
dengan perilaku. Bahkan sikap dipandang sebagai prediktor yang efektif untuk
mengetahui perilaku konsumen. (Suryani, 2008, hal.159)
Konsumen yang suka atau bersikap positif terhadap suatu produk akan
cenderung memiliki keinginan yang kuat untuk memilih dan membeli produk
yang disukainya tesebut. Sebaliknya, kalau konsumen bersikap negatif terhadap
suatu produk, maka biasanya akan tidak memperhitungkan produk tersebut
sebagai pilihan pembelian, bahkan tidak jarang akan menyampaikan
ketidaksukaannya tersebut kepada teman, kerabat atau tetangganya.
(Suryani,2008, hal. 160)
Selanjutnya Sutisna (2003, hal. 99) menyatakan bahwa : “Sikap adalah
mempelajari kecenderungan memberikan tanggapan pada suatu obyek atau
kelompok obyek baik disenangi atau tidak disenangi secara konsisten.”
Sikap adalah proses pengorganisasian motivasi, emosi, persepsi, dan
kognitif yang bersifat jangka panjang dan berkaitan dengan aspek lingkungan di
sekitarnya. Demikian dapat dikatakan bahwa sikap bersifat menetap karena sikap
memiliki kecenderungan berproses dalam kurun waktu panjang hasil dari
pembelajaran

Citra Merek


Citra merek merupakan seperangkat keyakinan konsumen mengenai merek
tertentu (Kotler dan Amstrong ). Citra merek merupakan aspek yang sangat
penting dari merek dan dapat didasarkan kepada kenyataan atau fiksi tergantung
bagaimana konsumen mempersepsi(Sitinjak, 2006). Citra merek memiliki dua
komponen yaitu asosiasi merek (brand association) dan “persona” merek (brand
persona), asosiasi merek membantu memahami manfaat merek yang diterima
konsumen dan “persona” merek adalah deskripsi dari merek dalam kontek
karakteristik manusia, hal ini membantu memahami kekuatan dan kelemahan
merek (Sitinjak dan Tumpal, 2005). Kepercayaan terhadap merek (brand beliefs)
akan membentuk citra merek, dimana citra merek bagi konsumen akan berbeda-
berbeda tergantung pada pengalamannya dengan merek tersebut ysng difilter oleh
efek peresepsi selektif, distorsi selektif dan rintesi selektif (Sitinjak dan Tumpal,
2005).
Citra merek cenderung kepada memori tentang merek yang berisi
interpretasi pasar target terhadap atribut produk, manfaat, situasi,penggunaan,
pengguna dan karakteristik perusahaan (Sitinjak dan Tumpal, 2005). Selanjutnya
citra merek terdiri dari pengetahuan merek dan situasi mengkonsumsi seperti
evaluasi dari perasaan dan emosi (respon afektif) yang berasosiasi dengan merek
(Sitinjak dan Tumpal, 2005)
Kotler dan Keller (2007) menyatakan bahwa kepercayaan terhadap merek
akan membentuk citra merek dimana citra merek bagi konsumen akan berbeda-
beda tergantung pada pengalaman dengan merek tersebut yang disaring oleh efek
persepsi selektif, distorsi selektif, dan retensi selektif.
Citra merek (brand image) didefinisikan sebagai persepsi atau kesan tentang
suatu merek yang direfleksikan oleh sekumpulan asosiasi yang menghubungkan
pelanggan dengan merek dalam ingatannya (dalam Aditya dan Setyo, 2011).
Dalam hal ini citra merek juga dapat dimengerti sebagai identitas dimana di
dalamnya termuat personalitas, simbol, proposisi nilai, brand essence dan posisi
merek. Citra merek dapat didasarkan pada kenyataan atau fiksi tergantung
bagaimana konsumen yang bersangkutan mempersepksikan suatu produk.
Berdasarkan terori tersebut, maka dalam penelitian ini ada tiga indicator
untuk mengukur variable citra merek menurut Villarejo et.al,2008 yaitu :

  1. Mengenal logo atau symbol
  2. Kekuatan citra merek sebagai produk yang handal
  3. Merek yang terpercaya

Ekuitas Merek


Ekuitas merek (brand equity) menurut Kotler dan Keller (2007) adalah
nilai tambah yang diberikan pada pruduk dan jasa. Sedangkan menurut Lamb, et
al. (2001) ekuitas merek (brand equity) menunjukan nilai dari perusahaan dan
nama merek. Selanjutnya Lamb, et al. (2001) menjelaskan bahwa merek yang
mempunyai kesadaran yang tinggi, kualitas yang dirasakan dan kesetiaan merek di
antara konsumen mempunyai nilai merek yang tinggi juga.
Menurut Kotler dan Amstrong (2003) ekuitas merek merupakan nilai suatu
merek berdasarkan seberapa kuat nilai merek tersebut memilki nilai loyalitas
merek, kesadaran konsumen akan merek tersebut, kualitas yang dipersepsikan,
asosiasi merek, dan berbagai aset lainnya seperti paten, merek dagang dan
hubungan jaringan distribusi.
Menurut Simamora (2002), ekuitas merek disebut juga nilai merek, yang
menggambarkan keseluruhan kekuatan merek di pasar. Ekuitas merek
memberikan suatu keunggulan kompetitif bagi sebuah perusahaan karena orang
lebih cenderung membeli produk yang membawa merek terkenal dan dihormati.
Ekuitas merek (brand equity) sangat berkaitan dengan tingkat pengakuan
merek, mutu merek yang diyakini, asosiasi mental dan emosional yang kuat, serta
aktiva lain seperti hak paten, merek dagang, dan hubungan saluran industry
(Kotler, 2005). Sedangkan menurut Kartajaya (2006), mendefinisikan ekuitas
merek sebagai aset intangible yang dimiliki oleh sebuah merek karena value yang
diberikannya kepada pelanggan. Ekuitas merek dapat meningkatkan preferensi
konsumen terhadap sebuah merek, membentuk loyalitas pelanggan dan dapat
menjadi keunggulan bersaing bagi perusahaan. Ekuitas merek juga dapat
mempengaruhi rasa percaya diri pelanggan dalam mengambil keputusan
pembelian, baik karena pengalaman masa lalu dalam menggunakan maupun
kedekatan merek dan karakteristiknya.
Kotler dan Armstrong (2008) mendefinisikan ekuitas merek sebagai efek
pembeda positif dari respon konsumen atas suatu barang dan jasa sebagai akibat
dari pengetahuan konsumen atas nama merek dari barang dan jasa tersebut. Hasil
suatu studi konsumen di Amerika menyatakan bahwa 72 % dari konsumen akan
membayar harga premium sebesar 20 % lebih tinggi terhadap merek yang
dipilihnya dibandingkan dengan harga dari merek-merek pesaing produk yang
dipilihnya. Dari hasil penelitian tersebut, dapat diketahui bahwa sebuah produk
yang memiliki ekuitas merek yang tinggi memberikan keunggulan kompetitif
untuk dapat bertahan, bersaing dan bahkan menjadi market leader dalam era
hypercompetition

Pengaruh kepuasan pelanggan terhadap loyalitas pelanggan


Kepuasan pelanggan dapat diidentifikasi dengan meminimalisasi gap
antara keinginan pelanggan dengan kebutuhan pelanggan tersebut.
Kepuasan pelanggan dapat terjadi jika keinginan pelanggan dapat terpenuhi
oleh sebuah perusahaan atau mendekati aspek terpenuhi dan bahkan dapat
lebih memenuhi keinginan pelanggan. Kepuasan dapat didefinisikan
sebagai perasaan pelanggan senang atau tidaknya seorang pelanggan dari
membandingkan produk kinerja yang dirasakan oleh pelanggan dengan apa
yang diinginkan pelanggan. Oleh karena itu dapat dikatakan kepuasan akan
terjadi ketika harapan itu terpenuhi. Bisa dikatakan kepuasan pelanggan
harus dijaga agar berkembang menjadi loyalitas pelanggan

Pengaruh ekuitas merek terhadap loyalitas pelanggan


Ekuitas merek adalah pemikiran pelanggan tentang merek tertentu dan
ekonomisnya yang mendapat nilai tambah bagi produk atau jasa yang
ditawarkan oleh perusahaan (Kotler & Keller, 2012). Ekuitas merek bagi
pelanggan dapat menambah nilai atau memperkuat pemahaman pelanggan
dalam proses informasi, memupuk rasa percaya diri dalam pembelian, serta
meningkatkan rasa puas bagi pelanggan sehingga diharapkan akan
meningkatkan loyalitas pelanggan.
Untuk seorang produsen perusahaan ekuitas merek dapat meningkatkan
nilai keberhasilan produsen dalam menarik konsumen yang baru dan tetap
mempertahankan konsumen yang lama. Dikarenakan dengan merek yang
telah dikenal pelanggan secara baik maka promosi yang dilakukan
perusahaaan dapat lebih efektif. Untuk meningkatkan dan mempertahankan
ekuitas merek, dapat memberikan pelanggan lebih percaya diri untuk
membeli barang atau jasa yang di tawarkan oleh sebuah perusahaan
sehingga dapat meningkatkan kepuasan pelanggan yang dapat
mempengaruhi loyalitas pelanggan.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan ekuitas merek berpengaruh
positif terhadap loyalitas pelanggan hal ini dibuktikan oleh beberapa
penelitian yang dilakukan oleh Harahab dkk (2014), Afandy (2017), Rianto
& Yunus (2019), Mentari (2017), Adjane & Anggraeni (2017), kurniawati
(2017), Wicaksana dkk (2018). Dapat disimpulkan bahwa ekuitas merek
berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan.

Pengaruh ekuitas merek terhadap kepuasan pelanggan


Ekuitas merek bagi pelanggan dapat mempengaruhi nilai dari
pemahaman pelanggan dalam proses informasi, menambah rasa percaya diri
pada pembelian konsumen, serta dapat meningkatkan kepuasan bagi
pelanggan sehingga diharapkan dapat meningkatkan loyalitas pelanggan.
Untuk pemasar atau perusahaan nilai ekuitas merek dapat meningkatkan
keberhasilan strategi pemasaran dalam menarik konsumen baru dan dapat
mempertahankan konsumen lama. Untuk mempertahankan dan
meningkatkan ekuitas merek, dapat membuat pelanggan lebih percaya diri
untuk membeli barang atau jasa yang di tawarkan oleh pemasar sehingga
diharapkan dapat meningkatkan kepuasan pelanggan yang dapat
mempengaruhi pada loyalitas pelanggan.

Kepuasan Pelanggan


Kepuasan pelanggan merupakan tingkat perasaan konsumen setelah
membandingkan antara yang dia terima dan yang dia inginkan. Seorang
pelanggan, jika merasa puas dengan nilai yang diberikan oleh produk atau
jasa, besar kemungkinan akan menjadi pelanggan setia perusahaan. Menurut
Kotler & Keller (2013), kepuasan konsumen adalah tingkat perasaan
seseorang setelah membandingkan (kinerja atau hasil) yang dirasakan
dibandingkan dengan harapannya. Memuaskan kebutuhan pelanggan
merupakan keinginan setiap perusahaan. Selain faktor penting bagi
kelangsungan hidup perusahaan, memuaskan kebutuhan konsumen dapat
meningkatkan keunggulan dalam persaingan. Konsumen yang puas terhadap
produk dan jasa pelayanan cenderung untuk membeli kembali produk dan
menggunakan kembali jasa pada saat kebutuhan yang sama muncul kembali
dikemudian hari. Hal ini berarti kepuasan merupakan faktor kunci bagi
konsumen dalam melakukan pembelian ulang yang merupakan porsi terbesar
dari volume penjualan perusahaan.
Faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan, sebagai
berikut:
a. Kualitas pelayanan atau jasa, yaitu konsumen akan merasa puas apabila
mereka mendapatkan pelayanan yang baik atau sesuai dengan yang
diharapkan.
b. Kualitas produk, yaitu konsumen akan merasa puas apabila hasil mereka
menunjukkan bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas.
c. Harga, yaitu produk yang mempunyai kualitas yang sama tetapi
menetapkan harga yang relatif murah akan memberikan nilai yang lebih
tinggi kepada konsumen.
d. Faktor situasi, yaitu keadaan atau kondisi yang dialami oleh konsumen.
e. Faktor pribadi dari konsumen, yaitu karakteristik konsumen yang
mencakup kebutuhan pribadi.

Ekuitas Merek


Ekuitas merek adalah pemikiran pelanggan tentang merek tertentu
dan ekonomisnya yang memberikan nilai tambah bagi produk atau jasa yang
ditawarkan oleh perusahaan (Kotler & Keller, 2012). Ekuitas merek
merupakan salah satu nilai untuk memperkuat pemahaman pelanggan dalam
proses informasi, menambah rasa percaya diri dalam pembelian, dan dapat
meningkatkan rasa puas bagi pelanggan sehingga meningkatkan loyalitas
konsumen.
a. Bagi seorang produsen perusahaan ekuitas merek dapat meningkatkan
keberhasilan pasar dalam menarik suatu konsumen baru serta dapat
mempertahankan konsumen lama. Hal ini dikarenakan dengan merek
yang telah disukai pelanggan dengan baik maka dapat lebih mudah
untuk memasarkan prodak akan lebih efektif dan efisien. Dengan
mempertahankan ekuitas merek, dapat memberikan kepercayaan kepada
pelanggan untuk membeli barang atau jasa yang telah ditawarkan oleh
perusahaan dan akan meningkatkan suatu loyalitas pelanggan. Menurut
Kotler (2009) Ekuitas merek terbagi dalam empat dimensi yaitu
kesadaran merek (brand awareness), asosiasi merek (brand
association), presepsi kualitas (perceived quality), loyalitas merek
(brand loyalty).
1) Kesadaran merek (brand awareness) didefinisikan menjadi
kombinasi dari dua unsur atau lebih dari nama, simbol, merek
unsur tersebut untuk mengenal produk atau jasa dari perusahaan
untuk membedakan dari produk pesaing atau produk peniru.
Kesadaran merek menurut Kartajaya (2010) kesadaran sebagai
kemampuan pelanggan potensial mengenali atau mengingat
merekitu kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari
kategori produk tertentu. Sedangkan menurut Kotler & Keller
(2012) kesadaran merek adalah kemampuan pelanggan untuk
mengetahui, megenali, dan mengingat suatu merek.
2) Asosiasi merek (brand association)
Asosiasi merek (brand association) merupakan segala hal
yang berkaitan dengan ingatan mengenai merek. Keterkaitan
pelanggan akan suatu merek dapat lebih kuat apabila didasari pada
banyak pengalaman untuk mengkomunikasikannya. Asosiasi
merek yang diingat pelanggan dapat dibentuk sehingga
membentuk image positif merek dipikiran pelanggan. Semakin
tinggi tingkat asosiasi merek perusahaan akan semakin kuat citra
merek perusahaan. Penlanggan yang sudah bisa mengkonsumsi
produk tertentu dapat mempunyai sifat konsisten terhadap produk
atau jasa tersebut. Setelah itu konsumen akan berasumsi bahwa
merek tertentu secara keseluruhan berbeda dengan merek lain atau
merek pesaing, hal itu dapat dijadikan pelanggan untuk
pertimbangan dalam membuat keputusan pembelian.
3) Persepsi kualitas (perceived quality)
Persepsi kualitas (perceifed quality) adalah anggapan
pelanggan mengenai kualitas atau keunggulan suatu produk atau
jasa yang diinginkan oleh konsumen. Persepsi mengenai kualitas
sebuah produk atau jasa perusahaan dapat menentukan keinginan
konsumen dalam pembelian produk atau jasa yang ditawarkan
oleh perusahaan. Persepsi kualitas menurut Durianto (2011),
kualitas produk merupakan persepsi Pelanggan terhadap
keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa
layanan yang sama dengan maksud yang diharapkannya. Jika
persepsi kualitas konsumen positif berarti produk disukai, dan
sebaliknya jika negatif produk tidak disukai dan tidak akan
bertahan lama di pasar.
4) Loyalitas merek (brand loyalty)
Menurut Solomon (2011) loyalitas merek merupakan
perilaku pembelian ulang yang mencerminkan kesadaran
keputusan untuk terus membeli merek yang sama. Loyalitas merek
menunjukkan adanya suatu ikatan antara pelanggan dengan merek
tertentu dan ini sering kali ditandai dengan adanya pembelian
ulang dari pelanggan.
Namun untuk menganalisis dampak ekuitas merek
terhadap loyalitas pelanggan dengan menguji kepusan pelanggan
sebagai variabel pemediasi peneliti akan mengukur ekuitas merek
dalam tiga dimensi tanpa menggunakan dimensi loyalitas merek.
Maka, peneliti akan mengecualikan loyalitas merek. Misalnya ada
pelanggan yang setia kepada J.CO Magelang. dari pernyataan
tersebut pelanggan setia tapi untuk merek J.CO dan yang satunya
adalah pelanggan setia. Oleh karena itu, untuk menghindari
kebingungan, peneliti akan menghilangkan loyalitas merek dari
penelitian.

Indikator Tagline


Tagline merupakan suatu ungkapan pendek berisi pesan yang padat dan
mudah diingat. Tagline ini bias disamakan dengan slogan, atau jargon
dalam iklan. Penggunaan tagline ini adalah untuk memperkuat
kemampuan iklan dalam mengeksekusi (mencapai sasarannya) yaitu
mempengaruhi konsumen untuk menggunakan produk yang diiklankan.
Menurut Ismiati, (2000,p.230) peran tagline dalam sebuah iklan
merupakan sebuah hal yang teramat penting untuk dapat membantu
menanamkan sebuah produk yang diiklankan kedalam benak
konsumen.
Menutut Darno (2007) Tagline merupakan susunan kata atau frase yang
digunakan untuk merangkum atau mengekspresikan tujuan dan
semangat merek. Kehadiran tagline bukanlah sesuatu yang mutlak.
Namun ia mempunyai peran unik dan manfaat khusus dalam
mendukung komunikasi merek. Darno (2007) Keberhasilan tagline
iklan dalam menjalankan fungsinya dapat diukur dengan 3 indikator,
yaitu :

  1. Familiarity (Mudah diingat)
    Kalimat yang digunakan hendaknya mudah diingat, dan
    disebut/diucapkan. Kalimat harus menarik dan unik sehingga
    menarik perhatian masyarakat untuk diingat dan dikonsumsi.
  2. Diffrentiation (Berbeda)
    Kalimat yang digunakan dapat menjadi ciri khusus yang
    membedakan dengan produk lain.
  3. Message of Value (Nilai yang terkandung dalam pesan)
    Kandungan makna maupun penjelasan/deskripsi dapat tersampaikan
    sehingga diharapkan makna ini dapat mempengaruhi konsumen
    untuk mengkonsumsi produk tersebut

Pengertian Tagline


Tagline ialah bagian dari iklan yang bertujuan agar iklan tersebut
mudah diingat oleh konsumen. Di dalam suati iklan Tagline memegang
peranan yang cukup penting. Menurut Nuradi dkk.(1996,p.56) tagline
adalah kalimat singkat sebagai penutup teks inti yang menyimpulkan
secara singkat tujuan komunikasi suatu iklan.
Peneliti menggunakan dimensi dari Eric Swartz (Fazry, 2011) sebagai
alat untuk mengukur tagline sebuah merek. Adapun enam dimensi yang
digunakan untuk mengukur tagline sebuah merek adalah sebagai
berikut:

  1. Original (asli) yakni sebuah tagline harus orisinil atau asli dan
    ungkapan yang disampaikan unik atau khusus atau merupakan
    katakata yang biasa dalam kehidupan sehari-hari.
  2. Believable (dapat dipercaya) yakni apa yang dijanjikan sebuah
    merek dalam tagline sesuai dengan apa yang akan konsumen
    rasakan atau dapatkan. Simple (sederhana) adalah ekspresi atau
    makna dari sebuah tagline dapat dipahami oleh konsumen.
    Provocative (dapat mempengaruhi atau merangsang) yakni
    konsumen dapat terinspirasi dan tergerak ketika membaca atau
    mengetahui sebuah tagline.
  3. Persuasive (meyakinkan) yakni menjual sebuah ide, sehingga dapat
    membuat konsumen bergerak dan membuat mereka berpikir tentang
    sebuah merek.
  4. Memorable (mudah diingat) yakni membuat kesan atau pengaruh
    yang abadi atau lama

Efek Brand ambassador Untuk Siklus Hidup Produk


Salah satu perbedaan utama dan paling jelas dalam melihat produk
adalah selebritas (ambassador) yang mendukungnya. Sebelum produk
mencapai global recognition, produk relatif murah pada tahap
‘persamaan’ dari siklusnya. Sebaliknya, pada puncak permintaan di
pasar massal, produk murah tapi selebriti terkenal berdiri sebagai
ambassador mereka adalah hal yang menguntungkan bagi produk
merek tersebut

Indikator Brand Ambassador


Menurut Lea-Greenwood, dalam putra dkk (2014) indikator brand
ambassador meliputi :
1) Transference (Keterwakilan), adalah ketika seorang selebritas
mendukung sebuah merek yang terkait dengan profesi mereka
2) Congruence (Kesesuaian), adalah konsep kunci pada brand
ambassador yakni memastikan bahwa ada ‘kecocokan’ (kesesuaian)
antara merek dan selebriti.
3) Kredibilitas, adalah tingkatan dimana konsumen melihat suatu
sumber (Ambassador) memiliki pengetahuan, keahlian atau
pengalaman yang relevan dan sumber tersebut (ambassador)
tersebut dapat dipercaya untuk memberikan informasi yang objektif
dan tidak biasa.
4) Daya tarik, adalah tampilan non fisik yang menarik yang dapat
menunjang suatu produk maupun iklan.
5) Power (Kekuatan), adalah kharisma yang dipancarkan oleh
narasumber untuk dapat mempengaruhi konsumen sehingga
konsumen terpengaruh untuk membeli maupun menggunakan

Pengertian Brand Ambassador


Menurut Lea-Greenwood dalam Putra dkk (2014) Duta merek adalah
alat yang digunakan oleh perusahaan untuk berkomunikasi dan
terhubung dengan publik, terlepas dari bagaimana mereka
meningkatkan penjualan. Penggunaan brand ambassador dilakukan
oleh perusahaan untuk memengaruhi atau mengajak konsumen. Hal
ini bertujuan agar konsumen tertarik menggunakan produk,
terlebih karena pemilihan brand ambassador biasanya didasarkan
pada pencitraan melalui seorang selebrititas yang terkenal (Royan
dalam Putra dkk, 2014). Brand ambassador adalah ikon budaya atau
identitas, dimana mereka bertindak sebagai alat pemasaran yang
mewakili pencapaian individualisme kejayaan manusia serta
komodifikasi dan komersialisasi suatu produk.
Menurut Shimp (2003,p.455) brand ambassador adalah pendukung
iklan atau juga yang dikenal sebagai bintang iklan yang mendukung
produk yang diiklankan.
Para brand ambassador diharapkan menjadi juru bicara merek agar
cepat melekat di benak konsumen, sehingga konsumen mau membeli
merek tersebut. Selain itu, pemilihan tokoh yang unik sebaigan icon
brand ambassador produk dapat menjadi alat yang tepat untuk mewakili
segmen pasar yang dibidik

Indikator Brand Awareness


Menurut Kotler (2010), indikator brand awareness dapat diukur dari
kesadaran brand, yaitu:

  1. Puncak Pikiran (Top Of Mind)
    Puncak pikiran merupakan tingkatan dimana suatu brand menjadi
    yang pertama disebut atau diingat oleh responden ketika dirinya
    ditanya tentang suatu kategori produk.
  2. Pengingat Kembali (Brand Recall)
    Pengingat kembali adalah tingkatan dimana brand disebutkan oleh
    responden setelah seseorang diminta untuk menyebutkan nama-
    nama produk dalam suatu kategori produk tertentu tanpa melalui
    bantuan.
  3. Pengalaman Brand (Brand Recognition)
    Pengalaman brand adalah tingkatan dimana tingkat kesadaran
    responden akan suatu brand diukur dengan memberikan bantuan.
    Pertanyaan untuk pengenalan brand memberikan bantuan dengan
    menyebutkan ciri-ciri dari brand tersebut.
  4. Tidak Menyadari Brand (Brand Unwware)
    Pada tingkat ini responden tidak mengenal sama sekali atau tidak
    tahu mengenai suatu produk.
    Peran brand awareness adalah menciptakan suatu nilai. Pengenalan
    maupun pengingatan merek akan terlibat upaya mendapatkan identitas
    nama dan menghubungkannya dengan kategori produk. Menurut Darmadi
    Durianto (2004:57) agar brand awareness dapat dicapai dan diperbaiki
    dapat ditempuh dengan beberapa cara sebagai berikut:
  5. Pesan yang disampaikan harus mudah diingat dan atau tampil berbeda
    dibandingkan dengan lainnya serta harus ada hubungan antara merek
    dengan kategori prosuknya.
  6. Memakai slogan atau jingle lagu yang menarik sehingga membantu
    konsumen untuk mengingat merek.
  7. Jika produk memiliki simbol, maka simbol yang dipakai dapat
    dihubungkan dengan mereknya.
  8. Perluasan nama merek dapat dipakai agar merek semakin banyak
    diingat oleh konsumen.
  9. Brand awareness dapat diperkuat dengan memakai suatu isyarat yang
    sesuai dengan kategori produk, merek, ataupun keduanya

Pengertian Brand Awareness


Menurut Kotler (2010) Brand awareness adalah kekuatan dari suatu
brand di dalam memori, seberapa mudah bagi konsumen untuk
mengingat suatu brand. Brand awareness adalah kemampuan pembeli
potensial untuk mengenal dan mengingat bahwa brand adalah sebuah
bagian dari sebuah kategori produk tertentu. Menurut Kotler dan Keller
(2012) brand awareness adalah kemampuan konsumen untuk
mengidentifikasi merek dalam kondisi berbeda, seperti tercemin oleh
pengenalan brand mereka atau prestasi pengingatan. Setelah
mengetahui tingkat kesadaran merek (awareness) konsumen terhadap
merek dari perusahaan, kemudian perusahaan dapat mengkategorikan
respon konsumen terhadap mereknya.
Dalam dunia pemasaran modern, manajemen perusahaan tidak cukup
hanya memfokuskan diri untuk membuat suatu produk dengan brand
platform atau landasan merek yang kokoh, tetapi juga perlu menetapkan
suatu harga dan nilai lebih untuk suatu merek, serta membuatnya
terjangkau bagi pasar sasaran. Iklim persaingan yang ketat membuat
manajemen pemasaran harus mampu membuat merek dari produk
mereka dapat dikomunikasikan pada pasar sasaranya. Secara umum,
komunikasi suatu merek memiliki tiga tujuan utama yaitu:

  1. Membangun serta meningkatkan brand awareness.
  2. Memperkuat, memperjelas dan mempercepat pesan suatu merek.
  3. Menstimulasi dan memotivasi target konsumen untuk melakukan
    aksi pembelian

Ekuitas Merek (Brand Equity)


Ekuitas merek (brand equity) adalah seperangkat asosiasi dan perilaku yang
dimiliki oleh pelanggan merek, anggota saluran distribusi, dan perusahaan
yang memungkinkan suatu merek mendapatkan kekuatan, daya tahan, dan
keunggulan yang dapat membedakan dengan merek pesaing (Astuti dan
Cahyadi, 2007). Menurut David A. Aaker (1997), ekuitas merek adalah
seperangkat aset dan liabilitas merek yang berkaitan dengan suatu merek,
nama dan simbolnya, yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan
oleh sebuah barang atau jasa kepada perusahaan atau para pelanggan
perusahaan.
Kotler dan Keller (2007), mendefinisikan ekuitas merek sebagai nilai tambah
yang diberikan kepada produk dan jasa. Nilai ini bisa dicerminkan dalam
bentuk cara seorang konsumen dalam berpikir, merasa, dan bertindak
terhadap merek, harga, pangsa pasar, dan profitabilitas yang dimiliki
perusahaan. Knapp (2001), mendefinisikan ekuitas merek sebagai totalitas
dari persepsi merek, mencangkup kualitas relatif dari produk dan jasa, kinerja
keuangan, loyalitas pelanggan, kepuasan dan keseluruhan penghargaan
terhadap merek. Jika pelanggan tidak tertarik pada suatu merek dan membeli
karena karateristik produk, harga, kenyamanan, dan dengan hanya sedikit
memperdulikan merek, kemungkinan ekuitas mereknya rendah. Sedangkan
jika para pelanggan cenderung membeli suatu merek walaupun dihadapkan
pada para pesaing yang menawarkan produk yang lebih unggul, misalnya
dalam hal harga dan kepraktisan, maka merek tersebut memiliki nilai ekuitas
yang tinggi.
Dasar pemikiran model ekuitas merek berbasis pelanggan mengungkapkan
bahwa kekuatan suatu merek terletak pada apa yang telah dilihat, dibaca,
didengar, dipelajari, dipikirkan, dan dirasakan konsumen tentang merek
selama ini (Kotler dan Keller, 2007). Identifikasi merek berbasis pelanggan
dapat didefinisikan sebagai perbedaan dampak dari pengetahuan merek
terhadap tanggapan konsumen pada merek tersebut. Suatu merek dapat
dikatakan memiliki ekuitas merek berbasis pelanggan yang positif apabila
konsumen bereaksi lebih menyenangkan terhadap produk tertentu.
Sebaliknya, suatu merek dapat dikatakan memiliki ekuitas merek berbasis
pelanggan yang negatif apabila konsumen bereaksi kurang menyenangkan
terhadap aktivitas pemasaran dalam situasi yang sama. Ekuitas merek
dibentuk dari empat dimensi, yaitu: kesadaran merek (brand awareness),
persepsi kualitas (perceived quality), asosiasi merek (brand association), dan
loyalitas merek (brand loyalty). Penjelasan masing-masing dimensi merek
adalah:

  1. Kesadaran Merek (Brand Awareness). Kesadaran merek adalah
    kemampuan pelanggan untuk mengenali atau mengingat kembali sebuah
    merek dan mengaitkannya dengan satu kategori produk tertentu.
  2. Persepsi Kualitas (Perceived Quality). Persepsi kualitas terhadap merek
    menggambarkan respons keseluruhan pelanggan terhadap kualitas dan
    keunggulan yang ditawarkan merek.
  3. Asosiasi Merek (Brand Associations). Asosiasi merek berkenaan dengan
    segala sesuatu yang terkait dalam memori pelanggan terhadap sebuah
    merek.
  4. Loyalitas Merek (Brand Loyalty). Loyalitas merek adalah komitmen kuat
    dalam berlangganan atau membeli kembali suatu merek secara konsisten
    di masa mendatang.

Hubungan Brand Loyalty Terhadap Keputusan Pembelian


Brand Loyalty (Loyalitas merek) merupakan tujuan utama yang ingin
dicapai oleh perusahaan dalam memasarkan produknya. Loyalitas merek
dampak yang besar pada perusahaan karena konsumen yang loyal pada suatu
merek akan setia pada merek tersebut dan bahkan merekomendasikannya
kepada orang lain. Konsumen yang memiliki loyalitas merek tinggi akan
memudahkan dirinya dalam mengambil keputusan pembelian walaupun
dihadapakan sengan berbagai alternative pilihan

Hubungan Perceived Quality Terhadap Keputusan Pembelian


Persepsi adalah suatu proses seseorang dalam mendapatkan, mengolah
dan menginterpretasikan suatu informasi. Seseorang konsumen yang tertarik
akan suatu produk pasti akan mulai memperepsikan kualitas dari merek
tersebut. Menurut sangadji dan sopiah (2013) Perceived Quality (persepsi
kualitas) adalah persepsi seseorang tentang suatu informasi tergantung pada
pengalaman, pengetahuan, minat, pendidikan, dan sebagainya

Proses Keputusan Pembelian


Menurut Kotler dan Keller (2009) terdapat lima proses keputusan
pembelian yang dilakuka konsumen yaitu:
1) Pengenalan masalah
Tahap pertama dalam proses keputusan pembelian dimana
konsumen menyadari suatu masalah atau kebutuhan yang dipicu
oleh rangsangan internal maupun eksternal.
2) Pencarian informasi
Tahap proses keputusan pembelian dimana konsumen ingin
mencari informasi lebih banyak. Konsumen mungkin hanya
memperbesar perhatian atau melakukan pencarian secara aktif.
3) Evaluasi alternatif
Tahap proses keputusan pembelian dimana konsumen
menggunakan informasi untuk mengevaluasi merek dalam
sekelompok pilihan sampai pada titik pemilihan merek.
4) Keputusan pembelian adalah
Tahap dimana konsumen membeli produk atau jasa setelah
melakukan evaluasi tentang alternative produk. Konsumen
mungkin akan membentuk maksud untuk membeli merek yang
paling disukai.
5) Perilaku paska pembelian
tindakan atau perilaku konsumen setelah melakukan pembelian
pada suatu produk. Tindakan yang dilakukan konsumen biasanya
berdasarkan rasa kepuasan dan ketidakpuasan

Jenis Perilaku Keputusan Pembelian

Menurut Kotler dan Armstrong (2008) terdapat empat jenis
perilaku dalam keputusan pembelian antara lain:
1) Perilaku pembelian kompleks
Perilaku pembelian konsumen yang ditentukan karena tingginya
keterlibatan konsumen dalam pembelian dan merasa ada
perbedaan signifikan antarmerek. Konsumen biasanya akan
mencari banyak informasi sebelum membeli produk.
2) Perilaku pembelian pengurangan disonansi
Perilaku pembelian yang terjadi karena tingginya keterlibatan
konsumen dalam pembelian mahal, jarang dilakukan atau berisiko
tetapi hanya memiliki sedikit anggapan perbedaan merek.
3) Perilaku pembelian kebiasaan
Perilaku pembelian konsumen dalam situasi yang mempunyai
karakter keterlibatan konsumen yang rendah dan anggapan
perbedaan merek yang sedikit. Perilaku konsumen seperti ini
biasanya membeli produk sesuai kebiasaan yang dilakukannya.
4) Perilaku pembelian mencari keragaman
Perilaku pembelian konsumen yang mempunyai karakter
keterlibatan konsumen rendah tetapi dengan anggapan perbedaan
merek yang signifikan. Perilaku seperti ini biasanya mengevaluasi
berbagai produk agar tidak merasa bosan dan mendapatkan
keragaman dari berbagai produk

Pengertian keputusan pembelian


Keputusan pembelian merupakan keputusan final seorang
konsumen untuk membeli barang atau jasa setelah melalui berbagai
pertimbangan. Menurut Setiadi (2003) keputusan pembelian adalah
pernyataan mental dari konsumen untuk merealisasikan rencana
pembelian sejumlah produk dengan merek tertentu. Menurut Kotler dan
Amstrong (2008) membeli merek yang paling disukai, tetapi dua faktor
bisa berada diantara niat pembelian dan keputusan pembelian. Kedua
faktor tersebut adalah sikap orang lain dan faktor situasional yang tidak
diharapkan.
Sikap orang lain berarti apabila ada orang yang sangat penting
menyarankan untuk membeli produk tertentu, maka kesempatan
membeli produk lainya menjadi berkurang. Faktor yang lainya adalah
faktor situasional yang tidak diharapkan. Konsumen biasanya
membentuk niat pembelian berdasarkan factor-faktor seperti
pendapatan, harga dan manfaat akan suatu produk.kejadian yang
terduga bisa mengubah niat konsumen tersebut seperti ekonomi
memburuk, pesaing menurunkan harga atau saran dari teman yang telah
memakai produk itu.
Menurut Swastha (2000), setiap keputusan membeli mempunyai
tujuh struktur keputusan yaitu:
1) Keputusan tentang jenis produk
Konsumen dapat mengambil keputusan untuk membeli atau
menggunakan uangnya untuk membeli suatu barang atau
menggunakan uangnya untuk tujuan lain.
2) Keputusan tentang bentuk produk
Keputusan tersebut menyangkut pola, ukuran, mutu, suara, corak,
dan lain-lain.
3) Keputusan tentang merek
Konsumen mengambil keputusan tentang merek mana yang akan
diambil.
4) Keputusan tentang penjualan
Konsumen mengambil keputusan dimana produk tersebut akan
dibeli apakah di toko serba ada, elektronik, toko khusus,
perusahaan (termasuk pedagang besar, pengecer).
5) Keputusan jumlah produk
Konsumen mengambil keputusan tentang seberapa banyak produk
yang akan dibelinya pada suatu saat.
6) Keputusan waktu pembelian
Konsumen mengambil keputusan tentang kapan harus melakukan
pembelian. Keputusan tersebut menyangkut tentang ketersediaan
dana (kapan uang/kesempatan tersedia) untuk membeli produk.
7) Keputusan tentang cara pembayaran
Konsumen harus dapat mengambil keputusan tentang metode atau
cara pembayaran produk yang dibeli, apakah secara tunai atau
cicilan

Brand Loyalty (Loyalitas Merek)


Menurut Rangkuty (2002) loyalitas merek merupakan suatu
ukuran tentang kesetiaan seorang konsumen pada merek tertentu.
Yoo dan Donthu (2001) menyatakan loyalitas merek sebagai
kecenderungan untuk loyal pada merek tertentu yang ditunjukan
dengan dengan niat untuk membeli merek tersebut sebagai pilihan
utama. Sangadji dan Sopiah (2013) menjelaskan bahwa suatu
loyalitas lebih mengarah kepada perilaku seorang konsumen untuk
melakukan pembelian secara terus menerus terhadap barang atau
jasa dari perusahaan yang mereka pilih.
Menurut Durianto dkk (2007) tingkatan dari loyalitas merek
adalah sebagai berikut:
a) Switcher
Tingkatan loyalitas paling dasar. Semakin sering kosumen
berpindah merek mengindikasikan bahwa mereka tidak loyal
karena semua merek dianggap memadai. Ciri paling tampak
dari pelanggan ini adalah mereka membeli produk karena
harganya murah dan banyak konsumen lain yang membeli
merek tersebut.
b) Habitual buyer
Seorang pembeli yang tidak mengalami ketidakpuasan dalam
mengkonsumsi suatu merek produk. Tidak ada alasan yang
kuat baginya untuk membeli produk lain atau berpindah
merek, terutama jika peralihan ini membutuhkan usaha,
biaya, atau pengorbanan lain. Jadi, pembeli ini membeli suatu
merek karena kebiasaan.
c) Statisfied buyer
Kategori pembeli yang puas dengan merek yang dikonsumsi.
Pembeli ini dapat saja berpindah merek dengan menanggung
biaya peralihan (switching cost) seperti waktu, biaya atau
resiko yang timbul akibat tindakan peralihan merek tersebut.
Untuk menarik minat beli kategori ini pesaing perlu
mengatasi biaya peralihan yang harus ditanggung pembeli
dengan menawarkan berbagai manfaat sebagai kompensasi.
d) Liking of the brand
Kategori pembeli yang sungguh-sungguh menyukai merek
tersebut. Rasa asosiasi yang berkaitan dengan simbol,
rangkaian pengalaman menggunakan merek itu seblumnya
atau persepsi kualitas yang tinggi, dan mereka menganggap
merek sebagai sahabat.
e) Committed buyer
Kategori pembeli yang setia. Pembeli ini mempunyai
kebanggaan dalam menggunakan suatu merek. Merek tersebut
bahkan menjadi sangat penting baik dari segi fungsi maupun
segi ekspresi penggunanya. Ciri pembeli pada tingkat ini
adalah mereka akan merekomendasikan merek atau produk
kepada orang lain. Mereka juga cenderung memberikan kesan
positif pada merek tersebut
Menurut Durianto dkk (2004) dengan pemanfaatan dan
pengelolaan yang benar loyalitas merek dapat memberikan nilai
pada perusahaan dalam bentuk:
a) Mengurangi biaya pemasaran
Memiliki konsumen yang loyal akan memberikan manfaat
yaitu perusahaan tidak perlu mengeluarkan banyak biaya
untuk iklan maupun promosi sehingga dapat menekan biaya
pemasaran. Konsumen yang loyal pasti akan selalu berpikir
positif terhadap suatu produk dari perusahaan tersebut.
b) Meningkatkan perdagangan
Konsumen yang loyal pasti akan membeli porduk tersebut
walaupun terjadi kenaikan harga, hal ini akan menguntungkan
perusahaan karena laba dan penjualannya akan meningkat.
Pembeli dalam hal ini melakukan pembelian karena kebisaan
mereka selama ini.
c) Menarik minat pelanggan baru
Memiliki konsumen pada tingkat Committed buyer
menyebakan meningkatnya jumlah pelanggan produk
tersebut. Konsumen tersebut pasti akan merekomendasikan
produk tersebut kepada orang lain sehingga dapat menarik
pelanggan baru.
d) Memberi waktu untuk merespon ancaman pesaing
Pesaing merupakan ancaman paling serius bagi suatu
perusahaan. Perusahaan yang memiliki konsumen setia dapat
sedikit tenang karena konsumen tersebut pasti akan
memprioritaskan produknya dan tidak terpengaruh pada
pernyataan negatif.
Menurut Aaker (1997) terdapat lima cara untuk meningkatkan
dan mempertahankan loyalitas merek yaitu:
a) Memperlakukan konsumen dengan layak
b) Menjalin kedekatan dengan pelanggan
c) Mengukur atau mengelola kepuasan pelanggan
d) Meciptakan biaya peralihan
e) Memberikan ekstra

Perceived Quality (Persepsi Kualitas)


Persepsi adalah suatu proses seseorang dalam mendapatkan,
mengolah dan menginterpretasikan suatu informasi. Suatu
informasi yang sama dapat di persepsikan berbeda oleh setiap
individu. Menurut Sangadji dan Sopiah (2013) persepsi seseorang
tentang suatu informasi tergantung pada pengalaman, pengetahuan,
minat, pendidikan, dan sebagainya. Menurut Tjiptono (2011)
persepsi kualitas adalah suatu penilaian konsumen tentang seluruh
keunggunalan atau superioritas dari suatu merek. Persepsi kualitas
juga bersifat subjektif karena penilaian antara seorang pelanggan
dengan pelanggan lainnya mungkin akan berbeda.
Mengacu Durianto (2004) persepsi kualitas (perceived quality)
dibagi menjadi tujuh dimensi yaitu:
a) Kinerja
Berhubungan dengan berbagai karakteristik operasional utama
dari suatu produk yang dirasakan oleh konsumen.
b) Pelayanan
Mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memberikan
pelayanan pada produk tersebut.
c) Ketahanan
Mencerminkan umur ekonomis dari suatu produk selama
digunakan.
d) Keandalan
Konsistensi dari kinerja yang dihasilkan suatu produk dari suatu
pembelian ke pembelian berikutnya.
e) Karakteristik produk
Bagian-bagian tambahan dari produk. Penambahan ini biasanya
digunakan sebagai pembeda yang penting ketika dua merek
produk terlihat hampir sama.
f) Kesesuaian dengan spesifikasi
Merupakan pandangan mengenai kualitas proses manufaktur
(tidak ada cacat produk) sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditentukan dan diuji.
g) Hasil
Pengaruh kepada kualitas yang dirasakan melibatkan enam
dimensi sebelumnya. Jika perusahaan tidak dapat menghasilkan
hasil akhir yang baik maka kemungkinan produk tersebut tidak
akan mempunyai atribut kualitas yang penting.
Semua ini tergantung pada kemampuan suatu produk untuk
meyakinkan konsumen bahwa produk mereka lebih baik dari
pesaing. Persepsi positif akan suatu produk dapat mendorong
keputusan pembelian dan menciptakan loyalitas konsumen. Secara
umum menurut Rangkuty (2004) persepsi kualitas menghasilkan
nilai-nilai sebagai berkut:
a) Alasan untuk membeli
Ketrbatasan informasi, uang dan waktu membuat keputusan
pembelian konsumen sangat dipengaruhi oleh persepsi
kualitas suatu merek yang ada dibenak konsumen, sehingga
seringkali alasan keputusan pembeliannya hanya didasarkan
kepada persepsi kualitas dari merek yang akan dibelinya.
b) Diferensiasi atau posisi
Suatu karakteristik penting dari merek adalah posisinya
dalam dimensi persepsi kualitas, yaitu pakah merek tersebut
super optimum, bernilai, atau ekonomis. Berkenaan dengan
persepsi kualitas, apakah merek tersebut terbaik atau sekedar
kompetitif terhadap merek-merek lain.
c) Harga optimum
Keuntungan persepsi kualitas memberikan pilihan-pilihan
dalam penetapan harga optimum (price premium). Harga
optimum bisa meningkatkan laba dan sumber daya untuk
berinvestasi pada merek tersebut. Berbagai sumber daya ini
digunakan untuk membangun merek, seperti menguatkan
kesadaran atau asosiasi bahkan mutu produk.
d) Minat saluran distribusi
Persepsi kualitas juga punya arti penting bagi para pengecer,
distributor dan berbagai pos saluran lainya. Sebuah pengecer
atau pos saluran lainya dapat menawarkan suatu produk yang
memiliki persepsi kualitas yang tinggi dengan harga menarik
dan menguasai lalu lintas distribusi tersebut. Pos saluran
distibusi dimotivasi untuk menyalurkan merek-merek yang
diminati konsumen.
e) Perluasan merek
Suatu merek dengan persepsi kualitas yang kuat dapat
dikembangkn kearah perluasan merek. Merek dengan
persepsi kualitas kuat digunakan untuk memperkenalkan
produk baru yang beraneka macam.

Brand Assosiation (Asosiasi Merek)


Menurut Tjiptono (2011) asosiasi merek adalah segala sesuatu
yang terkait dengan memori seorang konsumen tentang merek
tertentu. Menurut Sangadji dan Sopiah (2013) asosiasi merek
merupakan atribut yang sudah ada dalam merek dan dapat menjadi
lebih besar apabila konsumen memiliki banyak pengalaman tentang
merek tersebut. Asosiasi merek pada umumnya menjadi dasar
konsumen dalam mengambil keputusan pembelian dan loyalitas
terhadap merek tersebut.
Banyak kemungkinan asosiasi dan varian dari asosiasi merek
dapat memberikan keuntungan baik bagi sisi konsumen maupun
perusahaan dengan membentuk nilai-nilai. Menurut Simamora
(2003) asosiasi merek memiliki nilai antara lain:
a) Proses penyusunan informasi
Asosiasi dapat membantu mengartikan sekumpulan fakta dan
spesifikasi yang mungkin sulit diproses dan di akses oleh
konsumen.
b) Pembedaan
Suatu asosiasi dapat memberikan landasan atau dasar dalam
upaya pembedaan suatu merek dari merek lain.
c) Alasan untuk membeli
Asosiasi merek yang memiliki keterkaitan dengan atribut
produk atau manfaat bagi konsumen yang dapat
mempengaruhi pembeli untuk menggunakan merek tersebut.
d) Menciptakan sikap atau perasaan positif
Asosiasi mampu merangsang suatu perasaan positif yang pada
giliranya merambat pada merek yang bersangkutan.
e) Landasan untuk perluasan
Asosiasi dapat menjadi dasar perluasan sebuah merek dengan
menciptakan kesan kesesuaian antara merek tersebut dan
produk baru perusahaan.
Menurut Durianto dkk (2001) asosiasi yang terkait dengan
suatu merek umumnya berkaitan dengan hal berikut:
a) Atribut produk
Mengasosiasikan karakteristik atau atribut suatu produk
merupakan strategi positioning yang sering di pakai. Strategi ini
efektif karena jika atribut itu bermakna dan saling mendukung,
maka secara langsung dapat menjadi alasan pembelian suatu
produk.
b) Atribut tak berwujud
Suatu faktor tak berwujud yang merupakan atribut umum,
seperti persepsi kualitas, kemajuan teknologi, dan kesan nilai.
c) Manfaat bagi pelanggan
Manfaat bagi pelanggan dibagi dua yaitu manfaat rasional dan
manfaat psikologis. Manfaat rasional berkaitan dengan atribut
produk atau jasa dalam proses pengambilan keputusan. Manfaat
psikologis berkaitan dengan perasaan yang timbul ketika
membeli atau menggunakan produk tersebut.
d) Harga relatif
Evaluasi terhadap suatu merek dengan menentukan posisi
merek dalam kelas harga tertentu.
19
e) Penggunaan
Mengasosiasikan sebuah merek melalui suatu penggunaan
tertentu.
f) Pengguna/pelanggan
Mengasosiasikan sebuah merek berdasarkan tipe pengguna dari
produk tersebut.
g) Orang terkenal/khalayak
Mengaitkan merek kepada seseorang yang terkenal untuk
menstransfer asosiasi orang itu ke merek tersebut.
h) Gaya hidup/kepribadian
Mengasosiasikan sebuah terhadap aneka kepribadian dan
karakteristik gaya hidup pelanggan yang hampir sama.
i) Kelas produk
Mengasosiasikan sebuah merek menurut kelas produknya.
j) Pesaing
Asosiasi dapat dijadikan dasar dalam menganalisa pesaing
dalam upaya untuk dapat menyamai atau mengunggulinya.
k) Negara/wilayah geografis
Suatu negara dapat menjadi simbol yang kuat apabila memiliki
hubungan erat dengan produk.
Keller (2008), secara konseptual asosiasi merek dibedakan
menjadi tiga dimensi, yaitu:
a) Strength (kekuatan)
20
Kekuatan dari asosiasi merek tergantung dari banyaknya
jumlah atau kuantitas dan kualitas informasi yang diterima oleh
konsumen. Semakin dalam konsumen menerima informasi merek,
semakin kuat asosiasi merek yang dimilikinya. Dua faktor yang
memengaruhi kekuatan asosiasi merek yaitu hubungan personal
dari informasi tersebut dan konsistensi informasi tersebut
sepanjang waktu.
b) Favorability (kesukaan)
Asosiasi merek yang disukai terbentuk oleh program
pemasaran yang berjalan efektif mengantarkan produk-produknya
menjadi produk yang disukai oleh konsumen. Kesukaan akan
suatu produk akan mendorong konsumen untuk membelinya.
c) Uniqueness (keunikan)
Asosiasi keunikan merek tercipta dari asosiasi kekuatan dan
kesukaan yang membuat suatu merek menjadi lain daripada yang
lain. Dengan adanya asosiasi unik dari suatu merek, akan tercipta
keuntungan kompetitif dan alasan-alasan mengapa konsumen
sebaiknya membeli merek tersebut. Keunikan ini juga yang
menjadi pembeda produk tersebut dengan milik pesaing

Brand Awareness (Kesadaran Merek)


Menurut Aaker (2013) Kesadaran merek adalah kesanggupan
calon pembeli untuk mengenali atau mengingat bahwa suatu merek
tersebut merupakan bagian dari merek tertentu . Semakin sadarnya
seorang konsumen terhadap suatu brand maka akan lebih mudah
baginya untuk melakukan pengambilan keputusan pembelian.
Peran kesadaran merek dalam ekuitas merek tergantung tingkat
kesadaran yang dicapai oleh merek tersebut (Rangkuty, 2002).
Seorang konsumen harus dapat mengingat atau mengenali
suatu merek, paling tidak mengakui adanya merek tersebut,.
Pengakuan merek merupakan hal yang dapat menyebabkan
konsumen mengamati atau memberikan perhatian pada suatu
merek.
Menurut Shimp (2014) terdapat empat tingkatan dalam
kesadaran merek yang berbeda antara lain:
a) Top of Mind (Merek yang Paling Mudah Diingat)
Merek yang disebutkan pertama kali oleh konsumen atau yang
pertama kali muncul dibenak konsumen ketika mengingat suatu
produk.
b) Brand Recall (Pengingatan Kembali Tanpa Bantuan)
Seorang konsumen dapat mengingat kembali suatu merek
secara spontan tanpa adanya bantuan (unaided recall).
c) Brand Recognition (Pengingatan Kembali Dengan Bantuan)
Tingkat minimal dari suatu kesadaran merek dimana
pengenalan merek muncul lagi setelah dilakukan pengingatan
kembali melalui bantuan (aided recall).
d) Unaware of Brand (Tidak Menyadari Merek)
Tingkatan paling rendah dalam suatu merek dimana konsumen
tidak dapat mengingat kembali akan suatu merek walaupun
sudah dilakukan pengingatan kembali lewat bantuan.
Menurut Durianto dkk (2004) peran dari kesadaran merek
pada suatu merek dapat dipahami dengan menganalisa bagaimana
kesadaran merek menciptakan suatu nilai. Kesadaran merek
memberikan nilai melalui empat cara: kesadaran merek menjadi
16
sumber asosiasi lain, rasa suka, substansi atau komitmen, dan
pertimbangan merek.
Menurut Keller dalam buku terjemahan Soehadi (2005)
terdapat empat indicator untuk mengevaluasi seberapa jauh
konsumen sadar akan suatu merek yaitu:
a) Recall
Seberapa jauh konsumen dapat mengingat suatu merek ketika
ditanya merek apa saja yang di ingatnya.
b) Recognition
Seberapa jauh konsumen dapat mengenali merek tersebut.
c) Purchase
Seberapa jauh konsumen memasukkan suatu merek pada
alternative pilihan sebelum membeli suatu produk atau jasa.
d) Consumption
Seberapa jauh konsumen masih mengingat suatu produk ketika
menngunakan produk pesaing

Manfaat Brand Equity (Ekuitas Merek)


Ekuitas merek dapat mempengaruhi rasa percaya diri pada
konsumen sehingga memutuskan untuk membeli suatu produk.
Menurut Durianto, dkk (2004), ekuitas merek dapat memberikan
manfaat bagi perusahaan. Berikut adalah manfaat ekuitas merek bagi
perusahaan:
1) Ekuitas merek yang kuat dapat membantu perusahaan dalam
menarik minat calon konsumen serta upaya untuk menjalin
hubungan baik dengan para konsumen sehingga dapat
menghilangkan keraguan konsumen terhadap kualitas merek.
2) Seluruh elemen ekuitas merek dapat mempengaruhi keputusan
pembelian konsumen karena ekuitas merek yang kuat dapat
mengurangi keinginan konsumen untuk berpindah ke merek lain.
3) Konsumen yang memiliki loyalitas tinggi terhadap suatu merek
tidak akan mudah berpindah ke merek pesaing, walaupun pesaing
telah melakukan inovasi produk.
4) Asosiasi merek akan berguna bagi perusahaan untuk melakukan
evaluasi atas keputusan strategi perluasan merek.
5) Perusahaan yang memiliki ekuitas merek yang kuat dapat
menentukan harga premium serta mengurangi ketergantungan
perusahaan terhadap promosi.
6) Perusahaan yang memiliki ekuitas merek yang kuat akan dapat
menghemat pengeluaran biaya pada saat perusahaan memutuskan
untuk melakukan perluasan merek.
7) Ekuitas merek yang kuat akan menciptakan loyalitas saluran
distribusi yang akan meningkatkan jumlah penjualan perusahaan.
8) Empat elemen inti ekuitas merek (brand awareness, brand
acossiation, perceived quality dan brand loyalty) yang kuat dapat
meningkatkan kekuatan elemen ekuitas merek lainnya seperti
kepercayaan konsumen dan lain-lain

Pengertian Brand Equity (Ekuitas Merek)


Brand Equity merupakan konsep inti dalam suatu pemasaran,
banyak sekali definisi dari brand equity telah diusulkan. Mereka banyak
yang mendefinisikannya dari perspektif konsumen, didasarkan pada
premis bahwa kekuatan merek terletak di benak konsumen (Buil dkk,
2013). Menurut Kotler dan Keller (2009) ekuitas merek(brand equity)
adalah nilai tambah yang diberikan pada produk dan jasa yang dapat
tercermin dalam cara konsumen berpikir,merasa dan bertindak dalam
hubungannya dengan merek, dan juga harga, pangsa pasar dan
profitabilitas yang diberikan merek bagi perusahaan.
Brand equity mencakup seluruh kekuatan dari sebuah merek di
pasar dan akan memberikan value kepada perusahaan yang
menyediakan barang atau jasa tersebut. Menciptakan pengetahuan
merek yang tepat bagi konsumen merupakan awal dalam pembangunan
brand equity. Menurut Philip Kottler (2002) terdapat 3 komponen
penggerak ekuitas merek yaitu: pilihan awal untuk identitas merek yang
membentuk merek, semua kegiatan dan program pemasaran pendukung
yang menyertai produk atau jasa, dan asosiasi lain yang diberikan
secara tidak langsung pada suatu merek dan menghubungkan merek
tersebut dengan entitas lain (misalnya asal negara merek tersebut,
perusahaan atau produk lainya)

Brand (Merek)


Menurut Kottler dan Keller (2012) brand merupakan sebuah desain,
tanda, simbol, istilah atau kombinasi dari semuanya untuk
mengidentifikasikan produk atau jasa dari seseorang atau sekelompok
penjual sehingga membedakan dengan produk pesaingnya. Brand
merupakan salah satu bagian terpenting dalam sebuah produk ataupun jasa.
Brand juga dapat menjadi nilai tambah bagi suatu produk ataupun jasa,
tergantung bagaimana konsumen menilai merek tersebut.
Menurut Kotler (2002) merek lebih dari sekedar jaminan kualitas
karena didalamnya mencakup enam pengertian berikut:
a. Atribut merek
Merek dapat mengingatkan konsumen pada suatu atribut tertentu yang
dirasanya penting.
b. Manfaat
Atribut perlu diartikan menjadi manfaat fungsional dan emosional,
sehingga konsumen sebenarnya membeli manfaat dari produk tersebut.
c. Nilai
Merek menyatakan sesuatu tentang nilai produsennya. Merek yang
memiliki nilai positif dimata konsumen pasti akan meningkatkan citra
produsennya.
d. Budaya
Suatu merek mungkin dapat mencerminkan budaya tertentu.
e. Kepribadian
Suatu merek dapat mencerminkan kepribadian tertenu, kepribadian
pengguna akan tercermin bersama dengan merek yang digunakanya.
f. Pemakai
Merek menunjukan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan
merek tersebut.
Menurut Keller (2008) merek memiliki banyak manfaat baik bagi
perusahan maupun bagi konsumen, antara lain sebagai berikut:
a. Bagi perusahaan
1) Sarana identifikasi.
2) Bentuk proteksi hukum.
3) Signal tingkat kualitas bagi konsumen.
4) Sarana menciptakan asosiasi.
5) Sumber keunggulan kompetitif.
6) Sumber financial returns.
b. Bagi konsumen
1) Untuk indentifikasi sumber produk
2) Penetapan tanggung jawab pada perusahaan
3) Pengurangan resiko
4) Menekan biaya pencarian
5) Simbol untuk memproyekssikan diri
6) Signal kualitas
Melihat banyaknya manfaat yang akan didapat, banyak perusahaan
membangun merek yang kuat. Sejumlah studi mengungkapkan dampak
positif dari memiliki merek yang kuat (Tjiptono, 2011)
a. Efek yang berkaitan dengan produk
Suatu merek yang kuat berpotensi meningkatkan costumer
confidence, sikap terhadap merek serta minat beli sehingga
berdampak positif pada evaluasi produk, persepsi kualitas dan
tingkat pembelian konsumen
b. Efek yang berkaitan dengan harga
Suatu perusahaan yang memiliki merek kuat akan dapat menjadi
brand leader. Brand leader mampu menetapkan harga yang lebih
mahal, lebih kuat dalam menghadapi kenaikan harga serta lebih
tahan terhadap persaingan harga.
c. Efek yang berkaitan dengan pemasaran
Memiliki merek yang kuat menyebabkan reaksi positif dari
konsumen terhadap iklan merek tersebut. Reaksi positif ini terjadi
karena adanya komitmen tinggi dari konsumen sehingga akan
cenderung berhati-hati serta menganalisis informasi negatif tentang
merek tersebut.
d. Efek yang berkaitan dengan distribusi
Produk yang memiliki merek kuat menyebabkan lebih mudahnya
diterima oleh para distributor dan mendapatkan tempat tersendiri
dipasar, maka banyak penjual yang menonjolkan merek terkemuka
guna menciptakan citra berkualitas.

Loyalitas Merek (Brand Loyalty)


Loyalitas didefinisikan sebagai bentuk kesetiaan konsumen dan
perilaku konsumen yang menunjukkan bahwa konsumen tidak akan berpindah
ke merek lain (Supiyandi et al., 2022). Sedangkan, loyalitas merek merupakan
konsep untuk mengukur seberapa setia konsumen terhadap suatu merek
(Aaker, 1991), yang pada penelitian kali ini ingin meneliti kesetiaan terhadap
merek Tokopedia. Loyalitas merek dapat dikategorikan dalam 5 tingkatan yang, pada piramida paling bawah belum terdapat
loyalitas, di mana konsumen sangat sensitif terhadap harga dan dengan mudah
mengganti merek ketika dirasa harga lebih mahal ataupun merek lain memiliki
keunggulan yang lebih. Pada tingkatan kedua dari bawah, satisfied/habitual
buyer, para konsumen pada tingkatan ini cukup puas dengan produk maupun
layanan dari merek, dan tidak memiliki ketidakpuasan atau alasan lain untuk
berganti ke alternatif merek lain, namun mungkin berganti pada merek lain jika
dirasa merek kompetitor memiliki keuntungan yang lebih. Pada tingkatan
ketiga, terdapat konsumen yang telah puas dengan produk maupun jasa, namun
masih rentan terhadap switching atau berganti ke merek lain, jika biaya yang
harus dikeluarkan oleh konsumen lebih besar. Maka, pada tingkatan ini,
perusahaan harus memenangkan loyalitas konsumen dengan cara memberikan
benefit yang lebih dari pada pesaing. Pada tingkatan keempat dari bawah atau
kedua dari atas, terdapat konsumen yang benar-benar menyukai merek. Pada
tingkatan ini, konsumen memiliki keterikatan emosional pada merek, namun
bisa jadi konsumen belum benar-benar mengerti alasan mengapa konsumen
menyukai merek ini, bisa jadi hanya karena konsumen telah membeli produk
atau menggunakan jasanya sejak lama. Yang terakhir, tingkatan paling tinggi
yaitu konsumen yang merupakan konsumen yang ‘berkomitmen’ terhadap
merek. Konsumen pada tingkatan ini memiliki kebanggaan tersendiri dalam
membeli, menggunakan, maupun dengan suka rela dan percaya diri
menyarankan merek ini kepada orang di sekitarnya.

Persepsi Kualitas (Perceived Quality)


Persepsi kualitas merupakan penilaian konsumen akan kualitas suatu
produk atau jasa secara umum(Aaker, 1991). Persepsi kualitas juga
didefinisikan sebagai persepsi akan kualitas atau ‘superioritas’ mengenai
fungsi dari suatu produk atau jasa yang dimiliki oleh suatu merek, jika
dibandingkan dengan produk atau jasa lain (Supiyandi et al., 2022). Pertama-
tama, persepsi kualitas merupakan ‘persepsi’ konsumen, yang artinya bukanlah
merupakan suatu penilaian yang objektif. Persepsi kualitas tidak sama dengan
satisfaction, melainkan persepsi kualitas didefinisikan sebagai perasaan yang
intangible dan menyeluruh terhadap suatu merek, dan biasanya didasari oleh
beberapa dimensi, seperti karakteristik produk yang dinyatakan oleh merek
tersebut, misalnya, produk tersebut mengklaim bahwa produknya reliabel dan
memiliki kinerja yang prima. Ketika karakteristik merek yang diinginkan
‘sesuai’ dengan kenyataan menurut konsumen, maka konsumen akan
mempersepsikan kualitas merek tersebut sebagai merek yang berkualitas
tinggi.
Persepsi kualitas yang tinggi memiliki nilai, yang dikategorikan dalam
5 nilai menurut Aaker. Persepsi kualitas yang tinggi dapat menjadi reason-to-
buy, atau alasan untuk membeli produk atau jasa. Konsumen mungkin merasa
kurang memiliki dorongan untuk melakukan riset atau mencari informasi
sebelum melakukan pembelian, dan di sinilah pentingnya persepsi kualitas.
Ketika konsumen malas untuk mencari informasi, maka konsumen akan
langsung memilih merek yang dipersepsikan memiliki kualitas yang baik, dan
akan menghindari merek yang memiliki persepsi kualitas yang buruk.

Asosiasi Merek (Brand Association)


Segala sesuatu yang diasosiasikan oleh konsumen mengenai suatu
merek, atau segala sesuatu yang ‘terhubung’ tentang merek, disebut dengan
asosiasi merek (Aaker, 1991). Asosiasi merek merupakan suatu konsep yang
sangat luas. Asosiasi merek dapat berupa perasaan konsumen ketika
menggunakan produk atau jasa, dapat berupa segmen konsumen (misalkan
segmen konsumen anak-anak, segmen konsumen wanita yang berorientasi
pada karir, dll.), dapat berupa karakteristik suatu merek atau produk, misalkan
warna dominan, simbol, objek, aktivitas, suara, bahkan kelas sosial, dan
lainnya. Suatu asosiasi akan merek akan menjadi lebih kuat ketika konsumen
mendapatkan paparan atau eksposur akan experience atau pengalaman
menggunakan produk maupun jasa, serta komunikasi produk. Ketika
konsumen benar-benar ‘menyaksikan’ dan ‘merasakan’ secara langsung, maka
asosiasi konsumen akan semakin kuat. Sebaliknya, jika konsumen tidak pernah
‘merasakan’ dan hanya pernah melihat iklan di televisi maupun papan iklan di
jalanan, asosiasi konsumen akan menjadi lebih rendah, jauh dibandingkan
dengan yang pernah merasakan secara langsung.
Terdapat 11 jenis asosiasi merek yang dipaparkan oleh Aaker, yang
pertama yaitu product attributes, yang berarti bahwa ketika suatu atribut
merupakan atribut yang penting, maka konsumen akan tidak ragu untuk
membeli produk dari merek tersebut, dan sebaliknya, jika atribut tidak penting,
mungkin konsumen tidak akan membelinya. Yang kedua yaitu intangibles.
Singkatnya, intangibles bukanlah “omong kosong” yang jika dikomparasi
dengan merek atau produk lain, mengklaim bahwa produk yang dimiliki lebih
unggul; namun, intangibles adalah atribut yang umum dan objektif, mengenai
nilai yang dipersepsikan, keunggulan teknologi, kualitas yang dipersepsikan.
Ketiga, terdapat customer benefits, yang dibagi 2 menjadi manfaat rasional dan
manfaat psikologis. Kemudian terdapat harga relatif, kegunaan atau
pengaplikasian, user positioning, selebriti atau orang yang terhubung dengan
merek, kompetitor atau pesaing, gaya hidup dan kepribadian konsumen,
product class, dan asosiasi berdasarkan area geografis atau negara

Kesadaran Merek (Brand Awareness)


Kesadaran merek didefinisikan sebagai kemampuan konsumen untuk
mengenali (recognition) dan mengingat (recall) suatu merek (Supiyandi et al.,
2022). Kesadaran merek tidak cukup untuk membuat konsumen melakukan
pembelian. Namun, jika konsumen akan melakukan pembelian dan konsumen
melakukan pertimbangan untuk membeli suatu produk, konsumen sudah
hampir pasti tidak akan membeli produk ketika konsumen sama sekali tidak
mengenali merek tersebut, apalagi bila merek tersebut merupakan merek yang
relatif baru (Aaker, 1991). Konsumen menjadi lebih mudah dalam mengenali
dan mengingat produk dari suatu merek, ketika merek tersebut memilki nama
atau simbol yang memiliki hubungan dengan usaha yang digelutinya.
Misalnya, nama Tokopedia akan membantu (calon) konsumen atau audiens
iklan untuk mengingat, karena Tokopedia merupakan merek yang terjun dalam
platform perbelanjaan yang menaungi banyak ‘toko’.

Ekuitas Merek (Brand Equity)


Brand equity atau ekuitas merek merupakan sekumpulan aset dan
liabilitas dari suatu merek, nama serta simbol dari merek yang dapat
mengurangi ataupun menambah ‘nilai’ (value) dari suatu produk atau jasa
(Aaker, 1991). Teori mengenai ekuitas merek yang digunakan didasarkan oleh
teori ekuitas merek yang dicetuskan oleh David Allen Aaker. Menurut Aaker,
agar aset dan liabilitas tersebut dapat ‘mendasari’ suatu ekuitas merek,
pertama-tama aset dan liabilitas ini harus terhubung dengan nama dan atau
simbol dari perusahaan. Adanya ekuitas merek yang dipersepsikan oleh
konsumen akan membantu konsumen maupun calon konsumen untuk
menimbang-nimbang nilai dari suatu merek. Aset-aset dari ekuitas merek, bila
positif, akan berpengaruh secara signifikan terhadap kepercayaan diri
konsumen untuk melakukan keputusan pembelian produk atau jasa dari suatu
merek. Maka bila ekuitas suatu merek dipersepsikan negatif oleh konsumen,
atau konsumen merasa bahwa perusahaan selalu gagal untuk menyampaikan
janji-janjinya (dalam promosi maupun visi dan misi), konsumen akan merasa
kecewa dan tidak membeli produk maupun jasa dari merek tersebut, bahkan
mungkin hingga ke titik di mana konsumen akan menyebarkan informasi
negatif tentang produk atau jasa tersebut. Konsep mengenai ekuitas merek
sangat luas dan memiliki banyak adaptasi konsep, namun penulis
menggunakan teori Aaker yang telah dikenal sebagai pelopor konsep ekuitas
merek, yang juga digunakan oleh penelitian yang diacu oleh peneliti. Ekuitas
merek, menurut Aaker, memiliki empat dimensi yang dapat dijadikan alat ukur
ekuitas suatu merek, yaitu kesadaran merek, asosiasi merek, persepsi kualitas,
dan loyalitas merek, yang akan dibahas satu-persatu lebih lanjut dan dengan
lebih detail pada poin berikutnya

Keputusan Pembelian


Keputusan pembelian merupakan pemilihan antara dua atau lebih
alternatif pilihan yang dihadapi oleh konsumen ketika akan membeli suatu
produk atau jasa (Supiyandi et al., 2022). Proses pembelian dimulai ketika
pembeli atau calon konsumen merasakan adanya masalah yang harus
diselesaikan (karena ada stimuli dari internal ataupun eksternal), kemudian
konsumen mencari informasi mengenai produk, mengevaluasi alternatif apa
saja yang tersedia, serta apa saja manfaat yang didapat; alternatif manakah
yang memiliki manfaat paling banyak, dan akhirnya konsumen dapat
melakukan keputusan pembelian (Kotler & Keller, 2016). Menurut Supiyandi
et al., (2022), ekuitas merek merupakan pertimbangan besar bagi konsumen
dalam memutuskan untuk melakukan pembelian, karena ekuitas merek
membentuk citra positif suatu merek, sehingga meningkatkan keputusan
pembelian

Fitur Dalam Nvivo

Untuk bekerja dengan NVivo, pertama dan terutama, peneliti harus membuat Proyek untuk menampung data atau mempelajari informasi. Setelah proyek dibuat, pad Proyek akan muncul (Gambar 2). Pad proyek NVivo memiliki dua menu utama: Peramban dokumen dan Peramban simpul. Dalam proyek apa pun di NVivo, peneliti dapat membuat dan menjelajahi dokumen dan simpul, saat data dijelajahi, ditautkan, dan dikodekan. Peramban dokumen dan simpul memiliki fitur Atribut, yang membantu peneliti merujuk karakteristik data seperti usia, jenis kelamin, status perkawinan, suku bangsa, dll.

Analisis Kualitatif

Penelitian kualitatif menghasilkan data berbasis teks yang sebagian besar tidak terstruktur. Data tekstual ini dapat berupa transkrip wawancara, catatan observasi, entri buku harian, atau catatan medis dan keperawatan. Dalam beberapa kasus, data kualitatif juga dapat mencakup tampilan gambar, klip audio atau video (misalnya rekaman audio dan visual pasien, film radiologi, dan video operasi), atau materi multimedia lainnya. Analisis data merupakan bagian dari penelitian kualitatif yang paling membedakannya dari metode penelitian kuantitatif. Ini bukan latihan teknis seperti dalam metode kuantitatif, tetapi lebih merupakan proses penalaran induktif, pemikiran, dan teori yang dinamis, intuitif, dan kreatif.5 Berbeda dengan penelitian kuantitatif, yang menggunakan metode statistik, penelitian kualitatif berfokus pada eksplorasi nilai, makna, keyakinan, pikiran, pengalaman, dan perasaan yang menjadi ciri khas fenomena yang diselidiki.6 Analisis data dalam penelitian kualitatif didefinisikan sebagai proses pencarian dan pengaturan sistematis transkrip wawancara, catatan observasi, atau materi non-tekstual lainnya yang dikumpulkan peneliti untuk meningkatkan pemahaman tentang fenomena tersebut.7 Proses analisis data kualitatif terutama melibatkan pengkodean atau pengkategorian data. Pada dasarnya, ini melibatkan pemahaman sejumlah besar data dengan mengurangi volume informasi mentah, diikuti dengan mengidentifikasi pola yang signifikan, dan akhirnya menarik makna dari data dan kemudian membangun rantai bukti yang logis.

Langkah Dalam Analisis NVivo

Bazeley [8] menyebutkan lima tugas penting yang memudahkan NVivo dalam menganalisis data kualitatif. Tugas-tugas tersebut meliputi:

  • Mengelola data: dengan mengatur sejumlah dokumen data yang membingungkan. Termasuk transkrip wawancara, survei, catatan observasi, dan dokumen yang dipublikasikan.
  • Mengelola ide: untuk memahami isu konseptual dan teoritis yang muncul selama penelitian.
  • Menanyakan data: dengan mengajukan beberapa pertanyaan tentang data dan memanfaatkan perangkat lunak untuk menjawab pertanyaan tersebut. “Hasil dari kueri disimpan untuk memungkinkan interogasi lebih lanjut sehingga kueri atau pencarian menjadi bagian dari proses penyelidikan yang sedang berlangsung” [8].
  • Membuat model secara visual: dengan membuat grafik untuk menunjukkan hubungan antara data konseptual dan teoritis.
  • Melaporkan: dengan memanfaatkan data yang dikumpulkan dan hasil yang ditemukan untuk merumuskan laporan transkrip tentang penelitian yang dilakukan.

Menggunakan NVivo dalam analisis data


Mengingat adanya inovasi dalam teknologi perangkat lunak, teknik elektronik pengkodean data secara bertahap semakin banyak digunakan untuk memperoleh ketelitian dalam menangani data tersebut. Selain itu, penggunaan komputer pada dasarnya “memastikan bahwa pengguna bekerja lebih metodis, lebih teliti, lebih penuh perhatian” [8]. Dengan demikian, peneliti kualitatif didorong untuk menggunakan alat ini sebanyak mungkin dalam pekerjaan mereka. NVivo, paket perangkat lunak Analisis Data Kualitatif (QDA) yang diproduksi oleh QSR International, memiliki banyak keunggulan dan dapat meningkatkan kualitas penelitian secara signifikan. Analisis data kualitatif menjadi lebih mudah dan menghasilkan hasil yang lebih profesional. Perangkat lunak ini memang mengurangi sejumlah besar tugas manual dan memberi peneliti lebih banyak waktu untuk menemukan kecenderungan, mengenali tema, dan menarik kesimpulan [9]. Selain itu, NVivo dianggap sebagai teknik yang ideal bagi para peneliti yang bekerja dalam tim karena memfasilitasi penggabungan pekerjaan individu untuk menghasilkan satu proyek bersama.

Analisis Data Kualitatif

Analisis data kualitatif adalah “proses untuk menata, menyusun, dan memaknai data yang terkumpul” [5]. Proses tersebut bukanlah tugas yang mudah. ​​Proses tersebut tidak teratur, sulit, dan memakan waktu, meskipun merupakan metode yang inovatif dan menarik. Analisis data kualitatif sebenarnya adalah proses untuk mencari hubungan antara kategori dan tema data dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman terhadap fenomena tersebut. Jadi, daripada bersikap ketat dan berbasis prosedur, peneliti dituntut untuk bersikap waspada, fleksibel, dan berinteraksi secara positif dengan data yang dikumpulkan [6]. Karena data kualitatif berbasis teks, landasan utama analisis data ini adalah proses pengkodean. Kode menurut [7] adalah “tag atau label untuk menetapkan unit makna pada informasi deskriptif atau inferensial yang dikumpulkan selama penelitian”. Kode sering kali melekat pada potongan kata, frasa, kalimat, atau seluruh paragraf. Pengkodean melibatkan pencarian kata atau frasa terkait yang disebutkan oleh narasumber atau dalam dokumen. Kata-kata atau frasa tersebut kemudian digabungkan untuk mewujudkan hubungan di antara keduanya. Secara konvensional, pengodean dilakukan dengan tangan, menggunakan pena berwarna untuk menyortir, kemudian memotong dan mengkategorikan data tersebut. Dalam beberapa kasus, peneliti akan memfotokopi setiap transkrip pada kertas berwarna berbeda (misalnya, narasumber 1 pada kertas merah, narasumber 2 pada kertas biru, dst.) dan kemudian frasa yang relevan dipotong dari naskah menggunakan gunting dan disusun menjadi beberapa tumpukan. Atau, peneliti dapat menggunakan fungsi penyorotan pada pengolah kata untuk menyorot teks yang diminatinya, sekali lagi dengan warna berbeda untuk setiap narasumber, kemudian menyatukannya dalam berkas elektronik [5], [7]. Tugas ini dalam sebagian besar kasus sebenarnya merupakan proses yang membingungkan, tidak jelas, dan memakan waktu.

Analisis Nvivo

Dalam penelitian ini menggunakan aplikasi Nvivo yang merupakan aplikasi yang dapat menjawab kebutuhan para peneliti kualitatif dan metodenya dapat menggunakan kualitatif dan kuantitatif dalam mengelola dan menganalisis data dengan efektif dan efisien. Nvivo juga dapat memperkuat validitas dan relibilitas penelitian kualitatif serta sangat powerfulluntuk melakukananalisis data digital maupun non digital. Dalam penelitian ini instrumen utama analisis adalah kualitatif dan Nvivo hanya untuk menyajikan data-data mentah yang telah terorganisir sesuai dengan kebutuhan peneliti. Melalui aplikasi Nvivo ini, peneliti dapat melakukan koding data secara manual atau otomatis, menentukan tema dan subtema berdasarkan data, membuat keterangan terhadap semua data demografis partisipan, melakukan analisis isi teks dengan Text Search Query, melakukan analisis hubungan, mengetahui dengan cepat kata-kata utama yang paling sering muncul dalam data melalui WordFrequency Query; dan juga mempresentasikan hasil analisis data dalam bentuk grafik, diagram perbandingan tema berdasarkan latar belakang partisipan, diagram pohon, memasukkan artikel referensi, catatan lapangan, serta anotasi bibliografi

Meta Analisis

Meta-Analysis adalah suatu metode statistik yang digunakan untuk menggabungkan dan menyintesis hasil dari beberapa penelitian independen tentang topik atau pertanyaan penelitian tertentu. Tujuannya adalah untuk memberikan gambaran yang lebih kuat dan terukur tentang efek atau hubungan antara variabel-variabel tertentu daripada yang dapat diberikan oleh satu penelitian individu. Proses Meta-analysis dimulai dengan pengidentifikasian dan seleksi studi-studi yang relevan, kemudian data dari masing-masing studidiekstraksi dengan cermat. Data ini kemudian disesuaikan ke dalam format yang seragam untuk memungkinkan perbandingan yang adil antara studi-studi. Sebelum melakukan analisis agregat, tingkat heterogenitas antara studi-studi juga dievaluasi. Selanjutnya, menggunakan model statistik khusus, hasil dari studi-studi yang berbeda digabungkan dengan mempertimbangkan ukuran sampel masing-masing studi. Hasil dari meta-analisis diinterpretasikan dengan mengevaluasi ukuran efek dan mengidentifikasi signifikansi statistik, memberikan kesimpulan tentang temuan keseluruhan. Dalam melakukan meta-analysis, penting juga untuk mempertimbangkan potensi bias atau kualitas studi yang dimasukkan dalam analisis. Metode ini telah menjadi alat yang berharga di berbagai disiplin ilmu, membantu menyediakan gambaran yang lebih luas dan lebih kuat tentang efek atau hubungan antara variabel-variabel tertentu daripada yang dapat diberikan oleh satu studi individu.

NVIvo

NVivo adalah perangkat lunak analisis kualitatif yang dirancang untuk membantu peneliti dalam mengelola, menganalisis, dan memahami data kualitatif dengan lebih efisien. Cara kerjaNVivo dapat dijelaskan sebagai berikut:Pertama, NVivo memungkinkan pengguna untuk mengimpor berbagai jenis data kualitatif, termasuk teks, audio, video, gambar, dan dokumen terstruktur lainnya ke dalam platformnya. Ini memungkinkan peneliti untuk menyatukan dan mengintegrasikan data dari berbagai sumber, menciptakan satu repositori sentral untuk analisis.Selanjutnya, NVivo menyediakan berbagai alat untuk memudahkan proses kodifikasi. Pengguna dapat membaca data dengan cermat, dan dengan bantuan alat kodifikasi, mereka dapat menentukan kategori atau kode yang relevan untuk setiap potongan data. Proses ini memungkinkan peneliti untuk mengorganisir dan memfilter data dengan lebih terstruktur, sehingga memudahkan analisis lebih lanjut.NVivo juga memungkinkan peneliti untuk membuat dan mengelola kategori atau tema. Kategori ini dapat menggambarkan konsep-konsep atau temuan yang muncul selama analisis. Dengan memanfaatkan kategori ini, peneliti dapat mengidentifikasi pola-pola, hubungan, dan tren dalam data mereka dengan lebih sistematis.Selain itu, NVivo menyediakan alat visualisasi yang kuat, seperti diagram dan grafik, yang memungkinkan peneliti untuk mempresentasikan temuan mereka dengan cara yang jelas dan meyakinkan. Ini mempermudah peneliti dalam berbagi temuan mereka dengan audiensyang lebih luas atau memasukkan hasil analisis ke dalam laporan penelitian.

NVivo


10, dimana tools ini telah diakui secara internasional untuk melakukan penelitian kualitatif.
Dalama NVivo, sumber data penelitian (internals), sumber data penelitian eksternal
(Externals), catatan-catatan peneliti selama pengumpulan data (memos), dan kerangka
matriks (framework matrices). Internal Sources dalam konteks ini merupakan semua sumber
data penelitian kualitatif yang dapat dimasukan kedalam NVivo, misalnya, rekaman-rekaman
wawancara, transkrip wawancara, catatan-catatan selama melakukan penelitian, foto-foto,
table data survey, isi website tertentu, data bases dan bahkan video-video(Bandur, 2016).

Tahapan Nvivo

Melalui tangkapan artikel berita yang ada dapat melihat dan memetakan informasi dari sebuah narasi. Beberapa tahapan-tahapan yang dapat dilakukan dengan memanfatkan platform NVivo seperti :ImportData: Data kualitatif dalam bentuk teks artikel media, audio, atau video diimpor ke dalam platformNVivo.Koding Data: Data dikodekan berdasarkan tema, pola, atau kategori tertentu yang relevan dengan tujuan penelitian.Eksplorasi dan Organisasi: Datadieksplorasi untuk mengidentifikasi pola-pola dan hubungan antar tema, serta diorganisasi dalam bentuk matriks atau diagram untuk mempermudah pemahaman.Analisis Mendalam: Melalui fitur pencarian dan query, peneliti dapat melakukan analisis mendalam untuk mengidentifikasi hubungan dan pola-pola yang muncul dari data dengan koding yang sudah ditentukan.Visualisasi Data: NVivo memungkinkan visualisasi data dalam bentuk diagram, grafik,model konseptual, dan tabel nilai untuk memperjelas temuan analisis.Penarikan Kesimpulan: berdasarkan hasil analisis, peneliti dapat menarik kesimpulan yang relevan dengan tujuan penelitian. Pemetaan NVivo menjadi alat ukur baru untuk melihat dan mengambarkan hasil temuan berdasarkan narasi artikel media yang sering dibahas (Preko et al, 2022)

Langkah Dalam Nvivo

Beberapa tahapan –tahapan yang dapat dilakukan dengan memanfatkan platform NVivo seperti :•Import Data: Data kualitatif dalam bentuk teks artikel media, audio, atau video diimpor ke dalam platform NVivo.•Koding Data: Data dikodekan berdasarkan tema, pola, atau kategori tertentu yang relevan dengan tujuan penelitian.•Eksplorasi dan Organisasi: Data dieksplorasi untuk mengidentifikasi pola-pola dan hubungan antar tema, serta diorganisasi dalam bentuk matriks atau diagram untuk mempermudah pemahaman.•Analisis Mendalam: Melalui fitur pencarian dan query, peneliti dapat melakukan analisis mendalam untuk mengidentifikasi hubungan dan pola-pola yang muncul dari data dengan koding yang sudah ditentukan.•Visualisasi Data: NVivo memungkinkan visualisasi data dalam bentuk diagram, grafik,, model konseptual, dan tabel nilai untuk memperjelas temuan analisis.Penarikan Kesimpulan: Berdasarkan hasil analisis, peneliti dapat menarik kesimpulan yang relevan dengan tujuan penelitian

Nvivo

Pendekatan kualitatif dengan alat bantu softwareNVivo merupakan perangkat lunak analisis data kualitatif yang digunakan dalam penelitian. NVivo membantu peneliti dalam menyimpan, mengatur, dan mengeksplorasi data dengan mudah, serta mengurangi risiko kerusakan data mentah.19NVivo memungkinkan pengguna untuk menyimpan teks, gambar, audio, dan video secaralangsung di dalam proyek, serta mengakses data multimedia tersebut langsung dari dalam platform NVivo. Melalui tangkapan artikel berita yang ada dapat melihat dan memetakan informasi dari sebuah narasi

Tahaoan Dalam Nvivo

Ada empat tahapan yang umum digunakan dalam pengolahan data dengan menggunakan softwareNVivo. Keempat tahapan tersebut dimulai dari tahapan input data internal dan input data eksternal. Data internal adalah filedata yang sudah ada di laptop dan untuk menginputnya ke softwareNVivo, tidak membutuhkan koneksi internet. Data eksternal adalah data yang bersumber dari internet dan jika ingin diinput ke softwareNVivo, membutuhkan koneksi internet. Proses input data eksternal membutuhkan bantuan fitur NCapture for NVivodi google chrome. Kedua, adalah tahapan codingdata penelitian, baik data berupa hasil wawancara, data berupa online news, data dari youtube, data dari artikel ilmiah online, data berupa majalah onlinedan sebagainya. Ketiga, tahapan visualisasi atau tahapan menampilkan gambar skema dari hasil codingyang telah dilakukan. Keempat, adalah tahapan pengambilan kesimpulan berdasarkan gambar visualisasi yang dihasilkan. Tahapan ini juga merupakan langkah untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang sudah ditetapkan di bagian pendahuluan (Tambun & Sitorus, 2023). Selanjutnya, softwareini dikenal bukan hanya sekedar softwareuntuk penelitian kualitatif, tetapi juga bisa digunakan untuk penelitian mixed method(Hafidhah & Yandari, 2021). Kesimpulan ini dikemukakan karena NVivo memiliki banyak fitur dan fasilitas pengolahan data yang cukup lengkap dan kompleks. Fasilitas yang tersedia di softwareNVivo memungkinkan juga untuk mengolah data-data kuantitatif. Itu sebabnya disebut sebagai softwaremixed method

Nvivo

SoftwareNVivo adalah perangkat yang diperuntukkan untuk mengolah data-data penelitian kualitatif, baik hasil wawancara, majalah online, berita onlinedan sebagainya (Tambun & Sitorus, 2023). Softwareini sangat penting untuk dikuasai para peneliti. Untuk menguasai softwareini perlu latihan yang intensif dengan pendekatan praktek langsung. Renny (2023)menyatakan bahwa kegiatan pelatihan adalah salah satu opsi yang direkomendasikan untuk meningkatkan kinerja. Jika ingin meningkatkan kinerja, maka strategi yang bisa ditempuh salah satunya adalah menyelenggarakan pelatihan (Faris, 2020). Pelatihan softwareNVivo telah terbukti mampu meningkatkan kemandirian para peneliti dalam proses pengolahan data penelitian kualitatif (Sitorus et al., 2023). Skill pengolahan data dengan menggunakan softwareNVivo dapat mempercepat proses penyelesaian penelitian (Dalkin et al., 2021). Hasilnya akan menjadi lebih efektif dari segi hasil dan lebih efisien dari segi waktu (Tambun, 2022).

Langah Dalam Analisis NVivo

Beberapa tahapan – tahapan yang dapat dilakukan dengan memanfatkan platform NVivo seperti :  Import Data: Data kualitatif dalam bentuk teks artikel media, audio, atau video diimpor ke dalam platform NVivo.  Koding Data: Data dikodekan berdasarkan tema, pola, atau kategori tertentu yang relevan dengan tujuan penelitian.  Eksplorasi dan Organisasi: Data dieksplorasi untuk mengidentifikasi pola-pola dan hubungan antar tema, serta diorganisasi dalam bentuk matriks atau diagram untuk mempermudah pemahaman.  Analisis Mendalam: Melalui fitur pencarian dan query, peneliti dapat melakukan analisis mendalam untuk mengidentifikasi hubungan dan pola-pola yang muncul dari data dengan koding yang sudah ditentukan.  Visualisasi Data: NVivo memungkinkan visualisasi data dalam bentuk diagram, grafik,, model konseptual, dan tabel nilai untuk memperjelas temuan analisis.  Penarikan Kesimpulan: Berdasarkan hasil analisis, peneliti dapat menarik kesimpulan yang relevan dengan tujuan penelitian.

NVivo

NVivo (QSR International, Citationn.d.a) adalah perangkat lunak yang dikembangkan oleh QSR International untuk analisis data kualitatif, seperti analisis konten dan analisis naratif. Perangkat lunak ini menyediakan ruang kerja bagi para peneliti untuk menyimpan, mengelola, mengajukan kueri, dan menganalisis data tidak terstruktur, termasuk teks, gambar, audio, video, dan jenis data lainnya. NVivo telah digunakan dalam banyak studi ilmu perpustakaan dan informasi, termasuk menggunakannya untuk menganalisis data wawancara (Wiley & Mischo, Citation2016), tugas siswa (Insua, Lantz, & Armstrong, Citation2018; Phillips & Zwicky, Citation2017), dan data survei (Gibbs, Boettcher, Hollingsworth, & Slania, Citation2012). NVivo memungkinkan pengguna untuk menyelesaikan beberapa fungsi analisis kualitatif pada platform, termasuk menyortir dan memfilter data mentah, menemukan dan membangun hubungan di antara data, menetapkan dan mendefinisikan tema dan kategori untuk data, memvisualisasikan hasil analisis data, dan membuat laporan.

Pengkodean Dalam Nvivo

Tahap pertama analisis dalam penelitian kualitatif adalah pengkodean kumpulan data. Pengkodean pada dasarnya berarti memberi label dan membuat kategori untuk bagian atau “potongan” data dalam kumpulan data. Bagi pustakawan, proses ini akan mirip dengan membuat label judul subjek untuk bagian data yang dapat membantu bergerak maju atau memunculkan tema-tema yang muncul di tahap kedua analisis. Salah satu manfaat menggunakan NVivo 12 Pro adalah telah mengembangkan beberapa opsi bagi pengguna untuk mengurutkan, memberi label, dan mengatur data berkode secara hierarkis melalui node dan melalui alat klasifikasi dan pemetaan. Node adalah nama yang digunakan NVivo untuk kode, dan ada dua jenis node: node tematik dan node kasus. Alat klasifikasi memungkinkan pengguna untuk membuat kategori data yang berasal dari satu sumber atau beberapa kasus yang memiliki atribut dan nilai data dan memungkinkan pengguna untuk memetakan data tematik ke data kasus. Alat pemetaan mencakup templat dan representasi visual bagi pengguna untuk berinteraksi dengan dan mengisi dengan data dan hubungan yang dibangun antara potongan data. Alat pengodean, klasifikasi, dan pemetaan ini meningkatkan organisasi tambahan pada data sehingga peneliti dapat meminta data untuk menganalisisnya, menarik kesimpulan, dan memverifikasi temuan di semua unit analisis.

Pengodean tematik di NVivo mudah dilakukan dengan memilih bagian teks dari dokumen sumber, seperti transkrip wawancara atau dari gambar atau jenis dokumen sumber lainnya, lalu menandainya dengan simpul. Simpul dapat dibuat di tempat atau sebelumnya. Pengguna NVivo dapat membuat simpul sebanyak yang mereka rasa perlu dan bahkan mengode ganda bagian teks atau gambar sesuai keinginan mereka. Pengodean warna juga tersedia di NVivo untuk kode. Artinya, pengguna dapat menetapkan warna ke kode tertentu lalu dapat melihat warna yang dikodekan untuk mengidentifikasi celah atau tema dengan warna tersebut. Satu-satunya aspek yang membatasi dari alat ini adalah tidak banyak warna yang dapat dipilih, jadi jika banyak warna yang dibutuhkan, pengguna harus selektif dalam menggunakannya. Dalam alat simpul, peneliti dapat mengembangkan kode induk dan kode anak. Seseorang juga dapat membuat struktur folder di alat nodes untuk memiliki folder untuk pengodean awal dan folder lain untuk pengodean akhir guna mengatur proses pengodean dengan cara yang bermakna.

Alat lain untuk mengkategorikan dan mulai menganalisis data di NVivo meliputi Sentiments dan Relationship Types. Sentiments memungkinkan pengguna untuk menandai data yang mereka anggap positif atau negatif, dengan cara yang bermakna bagi pengguna atau peneliti. Alat Relationship Types memungkinkan pengguna untuk menunjukkan jika hubungan antara dua titik atau bagian data dikaitkan dengan cara yang berbeda. Pengguna dapat menentukan apakah hubungan tersebut bersifat asosiatif secara umum atau searah atau dua arah. Kemampuan untuk memberi kode warna, menerapkan hubungan dan sentimen, serta mengatur data yang bermakna berdasarkan kode, kasus, dan klasifikasi benar-benar menggambarkan mengapa NVivo bermanfaat. Alat ini memungkinkan pengguna untuk melihat data mereka baik dalam tampilan global maupun dalam tampilan yang sangat terperinci yang mungkin tidak dapat diakses dengan mudah oleh peneliti yang tidak menggunakan NVivo.

NVivo

Perangkat lunak NVivo adalah program yang dibuat oleh QSR International. Versi pertama NVivo (1.0) dirilis pada tahun 1997. Saat ini, versi NVivo terbaru yang tersedia disebut “NVivo” dan dirilis pada Maret 2020. Versi yang diulas di sini adalah NVivo 12 Pro, yang dibuat pada tahun 2018 dan masih digunakan dan didukung oleh QSR International. Persyaratan sistem untuk menggunakan NVivo 12 Pro pada Microsoft Windows termasuk menggunakan versi Windows 8.1 atau yang lebih tinggi dengan dukungan 64-bit. Dalam sistem operasi Apple Mac (macOS), NVivo hanya dapat bekerja di macOS 10.13 atau yang lebih tinggi. Untuk lisensi individual, QSR memungkinkan pengguna mengunduh perangkat lunak NVivo pada dua perangkat terpisah. Jika peneliti akan mengimpor data ke NVivo dari program perangkat lunak analisis data lainnya, seperti SPSS atau Microsoft Excel, QSR International menyarankan agar program tersebut diunduh pada perangkat yang sama tempat NVivo diunduh.

Nvivo

NVivo adalah program CAQDAS. Program CAQDAS membantu peneliti kualitatif untuk mengumpulkan, mengatur, menganalisis, memvisualisasikan, dan melaporkan data mereka. Namun, program CAQDAS tidak menggantikan kebutuhan peneliti manusia; program ini membantu peneliti dengan menawarkan alat dan fitur untuk mengatur dan menyusun data yang dikumpulkan. Program CAQDAS lainnya termasuk Atlas.ti (Scientific Software Development GmbH), Dedoose (SocioCultural Research Consultants/UCLA), dan QDA Miner (Provalis Research), di antara beberapa lainnya [2]. Sasaran semua program CAQDAS, termasuk NVivo, adalah peneliti kualitatif, peneliti metode campuran, dan mahasiswa yang mempelajari pengumpulan, analisis, tampilan, dan pelaporan data penelitian kualitatif dan metode campuran.

Keabsahan Data

Pengujian validitas dan reliabilitas atau pengujian keabsahan data
dalam penelitian kualitatif meliputi uji credibility (validitas internal),
transferability (validitas eksternal), dependability (reliabilitas) dan
confirmability (obyektifitas) (Sugiyono, 2015: 270).

  1. Cara pengujian kredibilitas dalam penelitian ini mengunakan cara
    triangulasi. Triangulasi diartikan sebagai pengecekan data dari
    berbagai sumber dengan berbabai cara dan berbagai waktu.
    Triangulasi sumber dengan mengecek data yang telah diperoleh
    melalui berbagai sumber (atasan, teman dan bawahan), triangulasi
    teknik dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama
    dengan teknik yang berbeda (wawancara, observasi dan
    dokumentasi, sedangkan triangulasi waktu dengan cara melakukan
    pengecekan data dalam waktu atau situasi yang berbeda.
  2. Pengujian Transferability dalam penelitian kualitatif adalah derajat
    keterpakaian hasil penelitian untuk diterakan di situasi yang baru
    (tempat lain) dengan orang-orang yang baru.
  3. Pengujian Dependability dilakukan dengan melakukan audit
    terhadap keseluruhan proses penelitian. Caranya dilakukan oleh
    auditor yang independen, atau pembimbing untuk mengaudit
    keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian.
  4. Pengujian Konfirmability Penelitian dikatakan obyekif jika hasil
    penelitian telah disepakati banyak orang. Uji ini mirip dengan uji
    dependability sehingga bisa dilakukan secara bersamaan

NVivo

NVivo adalah sofware
analisa data kualitatif yang dikembangkan oleh Qualitative Solution and
Research (QSR) international. QSR sendiri adalah perusahaan pertama
yang mengembangkan software analisa data kualitatif. Nvivo berawal
dari kemunculan software NUD*IST (Nonnumeric Unstructured Data,
Index Searching, and theorizing) pada tahun 1981. Dalam penelitian ini,
peneliti memilih menggunakan NVivo 11 plus dalam analisa data.
Peneliti akan mengidentifikasi pola yang ada untuk bisa
menemukan jawaban dari rumusan masalah dengan melalui 3 tahapan
coding, yaitu open coding, axial coding, dan selective coding.

  1. Open Coding
    Open Coding adalah memberikan tanda (dengan garis, bawah,
    lingkaran atau penanda yang lain) pada kata-kata atau farsa yang
    dianggap mewakili suatu konsep penting dalam suatu gugus data.
    Koing terbuka ini merupakan proses rekapitulasi dan
    konseptualisasi data. Tahapan ini dimulai ketika peneliti
    memperoleh data dan nengujinya. Msaing-masing data diberi label.
    Gagasan yang sama diberi label yang sama.
  2. Axial Coding
    Axial Coding adalah langkah selanjutnya, yakni menetapkan
    beberapa tema / kategori yang mewadahi beberapa kode yang sudah
    dibuat dalam Open Coding.
  3. Selective Coding
    Selective Coding adalah pemilihan kategori inti yang
    menghubungkannya dengan kategori lain. Dalam koding selektif,
    seorang peneliti dapat menemukan intisari riset dan menggabungkan
    semua unsur dari teori yang muncul. Termasuk dalam kategori inti
    adalah gagasan-gagasan yang paling signifikan bagi informan.
  4. Matrix Coding Query
    Matrix Coding Query adalah proses sub yang ada ditahap
    analisa query di mana membantu peneliti dalam menjelajahi data
    dengan pendekatan yang fleksibel untuk memahami apa yang terjadi
    dalam data dengan perspektif yang lebih terfokus. Matrix coding
    Query digunakan oleh peneliti untuk menemukan pola-pola data
    tertentu dengan menemukan kombinasi simpul dan atribut dengan
    menampilkan hasilnya dalam sebuah tabel. Dalam tahap ini peneliti
    membuat membuat matrix coding Query untuk menemukan polapola tertentu.
  5. Word frecuency Query
    Word frequency Query adalah proses analisa data yang
    terdapat pada proses query. Proses analisa data Word Frequency
    Query digunakan untuk mengetahui kata atau konsep yang sering
    diucapkan dalam wawancara dengan narasumber. Dalam tahap ini
    peneliti menggunakan analisa ini untuk menjadikan pengingat oleh
    peneliti agar tidak ada isu penting yang terlewatkan dalam proses
    analisa dan pelaporan.
  6. Project Map
    Project Map data adalah tahap terakhir dari proses analisa data
    menggunakan NVivo. Proses ini adalah proses sub yang ada di
    Map. Map adalah alat visualisasi yang digunakan untuk
    mengekplorasi gagasan dan menampilakan koneksi antara data satu
    dengan yang lain. Sedangkan Project map adalah representasi grafis
    dari berbagai item yang telah dibuat dalam peelitian. Dalam tahap
    ini peneliti membuat peta analisa dari coding, case, dan data sumber
    terkait untuk menampilkan alur proses data dan hubungan tiap data
    yang telah dilakukan peneliti dari proses awal hingga akhir.
  7. Framework Matrices
    Framework matrices adalah proses analisa yang digunakan
    untuk membantu meringkas bahan sumber data penelitian. Proses
    analisa data ini digunakan untuk menjelaskan kerangka kerja yang
    dilakukan oleh peneliti dalam menggunakan analisa data NVivo.
    Dalam proses ini peneliti membuat representatif yang menjelaskan
    dari mana peneliti bisa menjawab setiap rumusan masalah yan ada
    dengan sumber data dari narasumber dan dokumen pendukung

NVivo

Analisis data yang digunakan oleh peneliti pada penelitian ini yaitu
menggunakan bantuan dari aplikasi software Nvivo 12 Pro. Penggunaan
aplikasi ini sangat membantu peneliti dalam menganalisis data-data yang
telah peneliti dapatkan melalui wawancara narasumber pada penelitian ini.
Penggunaan aplikasi Nvivo dapat memudahkan pengerjaan penelitian karena
didalamnya kita dapat dibantu dalam mengorganisasikan data, mengolah data,
menganalisis data, dan terakhir membuat pelaporan, hal ini karena seperti
yang kita ketahui bahwa data pada penelitian kualitatif cendurung banyak dan
berantakan atau tidak terstruktur. Fitur-fitur yang disediakan oleh aplikasi
Nvivo sangat banyak sekali, namun dalam menganalisis data hal yang paling
utama harus kita lakukan adalah dengan melakukan empat langkah yaitu
impor data, organisasi data, visualisasi data, dan yang terakhir mengekstrak
data.

NVivo

Software QSR NVivo menghitung koefisien Kappa dan persentase kesepakatan
secara individual untuk setiap kombinasi node dan sumber data, oleh karenya
diperlukan perhitungan rata-rata koefisien Kappa atau persentase kesepakatan di
beberapa sumber atau node agar mencerminkan reliabilitas penelitian kualitatif
secara keseluruhan. Output Coding Comparison Query dapat diekspor dari NVivo
sebagai spreadsheet sehingga dimungkinkan untuk melakukan perhitungan lebih
lanjut. Jika kita ingin menghitung rata-rata koefisien Kappa atau persentase
kesepakatan untuk satu node di beberapa sumber data, atau untuk beberapa sumber
data dan node, kita perlu mempertimbangkan bobot dari sumber data yang berbeda
dalam perhitungannya. Terdapat dua cara yang dapat dilakukan dalam pembobotan
dari masing-masing sumber data penelitian, yaitu pembobotan yang sama pada setiap
sumber data atau pembobotan yang berbeda pada setiap sumber data sesuai dengan
ukurannya. Selanjutnya, koefisien Kappa tersebut diinterpretasi dengan

NVivo

Analisis data ini dilakukan dengan bantuan software QSR NVivo 11. Bandur
(2016) menyatakan bahwa data penelitian kualitatif sangat kaya berasal dari berbagai
macam sumber dengan teknik pengumpulan data yang bervariasi yang dapat
dianalisis dalam software QSR NVivo 11. Untuk tujuan efisiensi dan efektivitas
penelitian peneliti disarankan untuk menggunakan digital recorder sehingga
langsung dapat dianalisis dengan software QSR NVivo 11, alat penelitian lain yang
disarankan adalah kamera digital atau video recorder (Bandur, 2016). Sumber data
yang dianalisis adalah sumber data penelitian internal (Internals), sumber data
peneltian eksternal (Eksternal), catatan-catatan peneliti selama penelitian (Memos)
dan kerangka matriks (framework matrices)

Nvivo

Alat bantu yang digunakan untuk menganalisis data kualitatif pada penulisan
ini yaitu menggunakan software NVivo 11 Plus. Nvivo pada mulanya dikembangkan
pada tahun 1981 oleh programer Tom Richards dengan nama Non-Numerical
Unstructured Data Indexing Searching and Theorizing (NUDIST). Sejak tahun 2002,
NUDIST diganti dengan Nvivo. “N adalah singkatan dari NUDIST dan Vivo diambil
dari in-vivoெ yang berarti melakukan koding berdasarkan data yang hidup (nyata)
dialami partisipan di lapangan. Penamaan Nvivo menunjukkan fungsi utama software
untuk melakukan koding data dengan efektif dan efisien. NVivo adalah sofware
analisa data kualitatif yang dikembangkan oleh Qualitative Solution and Research
(QSR) international. QSR sendiri adalah perusahaan pertama yang mengembangkan
software analisa data kualitatif. Nvivo berawal dari kemunculan software NUD*IST
(Nonnumeric Unstructured Data, Index Searching, and theorizing) pada tahun 1981
(Bazeley dan Jackson, 2007). Dalam penulisan ini, penulis memilih menggunakan
NVivo 11 plus dalam analisa data. Dengan demikian, kunci untuk mendapatkan
presentasi data dalam bentuk tabel, grafik, diagram, dan model bagi penulis kualitatif
yang menggunakan Nvivo ialah bagaimana melakukan koding terhadap sumber data
penulisan.
Pada Nvivo sumber data yang dianalisis dapat dibagi menjadi empat yaitu
pertama sumber data penulisan internal (internals), kedua sumber data penulisan
eksternal (eksternal), ketiga catatan-catatan penulisan selama pengumpulan data
(memos) dan terakhir keempat yaitu kerangka matriks (framework matrices). Internal
sources dalam konteks ini adalah semua sumber data penulisan kualitatif yang dapat
dimasukkan dalam Nvivo, misalnya rekaman, wawancara, transkrip wawancara,
catatan selama melakukan penulisan, foto, tabel data survei, isi website tertentu, data
bases dan video. External sources merupakan materi penulisan yang tidak dapat
dimasukkan secara langsung dalam Nvivo, misalnya buku referensi dari perpustakaan
atau jurnal versi cetak. Memos adalah sumber data penulisan berupa catatan penulis
selama melakukan penulisan. Framework matrices merupakan ringkasan hasil
observasi terhadap partisipan tertentu dan tema dalam proyek yang sudah dibuat
dalam tabel matriks (Bandur, 2016)
Selain itu, NVivo juga memastikan pengkodean yang mudah, efektif dan
efisien yang membuat pengambilan menjadi lebih mudah (Zamawe, 2015). Sehingga
dalam NVivo, semua sumber disimpan bersama di bawah satu atap, meskipun file
terletak di tempat yang berbeda dalam proyek yang sama, tautan yang dibuat
memudahkan pengambilan sementara dalam pengkodean manual. Pada NVivo
menurut (Neill, 2013) terdapat beberapa manfaat, seperti dapat membuat auditable
footprint, lebih eksplisit dan reflektif, serta meningkatkan transparansi

Data Kualitatif

(Irwanto, 2005) Data kualitatif mempunyai bentuk yang jelas, yaitu berupa: ’bahasa’ dan ’teks’. Walaupun demikian tidak dapat dipungkiri ada bentuk-bentuk ungkapan budaya dalam bentuk lainnya, seperti: gambar, simbol, dan praktek-praktek sosial. Data kualitatif tidak dapat direduksi menjadi angka-angka. Bahkan teks seringkali harus dimengerti darikeadaan-keadaan yang merupakan konteks dari data yang digambarkan tersebut. Penelitian kualitatif dikategorikan sebagai penelitian deduktif dan bersifat eksploratif–yaitu penelitian yang sedang mencari-cari, sehingga tidak bisa digunakan kaidah-kaidah statistik sebagai tolok

Model

Model dapat digunakan untuk menampilkan, mengeksplorasi, dan menjelaskan data proyek. Menciptakan sebuah model adalah untuk menunjukkan hubungan antara berbagai item dalam sebuah proyek, misalnya: menggunakannya untuk mendemonstrasikan teori yang sedang dibangun, isu permasalahan dalam sebuah kerja tim, atau bagaimana mendukung data dengan dugaan/hipotesa awal. Model yang diperoleh merupakan visualisasi dari konsep-konsep yang hubungannya dicari dan akan makin jelas setelah dianalisis

Nvivo

NVivo merupakan software analisis data kualitatif
yang dikembangkan oleh Qualitative Solution and
Research (QSR) international. QSR sendiri adalah
perusahaan pertama yang mengembangkan
software analisis data kualitatif. NVivo bermula
dari kemunculan software NUDIST (Nonnumeric Unstructured Data, Index Searching, and Theorizing) pada tahun 1981 (Bazeley, 2007). NUDIST awalnya diciptakan oleh seorang
programer bernama Tom Richards untuk membantu istrinya, Lyn Richards, yang berprofesi
sebagai sosiolog. Dalam tulisan ini, NVivo yang
dipakai adalah NVivo versi 8 yang dirilis pada
bulan Maret 2008

Fungsi N Vivo

Fungsi NVivo dalam penelitian kualitatif mencakup:

  • Manajemen data komprehensif: NVivo bisa mengimpor dan mengelola berbagai jenis data kualitatif seperti teks, video, audio, dan gambar dari berbagai sumber, seperti wawancara, grup diskusi, survei, dan media sosial.
  • Coding dan analisis tematik: aplikasi ini mendukung proses coding data, di mana analyst dapat menandai dan mengkategorikan data berdasarkan tema, konsep, atau istilah kunci. Hal ini membantu dalam identifikasi dan analisis pola dalam data.
  • Query dan pencarian lanjutan: NVivo dilengkapi dengan fitur query yang untuk melakukan pencarian lanjutan, serta filter data untuk menemukan informasi spesifik secara cepat dan akurat.
  • Visualisasi data: aplikasi ini menawarkan berbagai pilihan untuk visualisasi data seperti peta konsep, flow diagram, dan grafik, yang membantu memahami hubungan antar data dan menyajikan temuan penelitian secara lebih efektif.
  • Kolaborasi tim: NVivo mendukung kerja kolaboratif, memudahkan untuk bekerja pada projek yang sama dan berbagi data serta analisis secara real-time. Ini berguna dalam projek penelitian berskala besar atau multidisiplin.
  • Integrasi dengan tools lain: NVivo dapat terintegrasi dengan software statistik dan analisis data lainnya, memudahkan untuk menggabungkan analisis kualitatif dan kuantitatif guna mendapatkan informasi yang lebih komprehensif