Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya. Menurut Potter dan Perry (1993), komunikasi terjadi pada tiga tingkatan yaitu interpersonal dan publik. Makalah ini difokuskan pada komunikasi interpersonal yang terapeutik.
Kita dapat memahami sebuah proses komunikasi melalui gambaran model atau “peraga teoretis” yang menunjukkan bagaimana bentuk, alur, atau cara komunikasi itu dimulai dan berakhir. Pada umumnya model-model komunikasi itu menunjukkan aktivitas komunikasi yang: (1) satu arah (linier) sebagaimana terlihat dalam definisi 1 s/d 4; (2) dua arah (timbal balik) atau model interaksi sebagaimana ditunjukkan oleh definisi komunikasi 5 dan 6; dan (3) model transaksional sebagaimana ditunjukkan dalam definisi komunikasi 7 s/d 10, (Davis Foulger, 2004).
- Model Linier (Satu Arah)
Ada banyak model linier namun kita akan mendiskusikan Model Laswell yang tertuang dalam definisi komunikasi; komunikasi adalah sebuah jawaban terhadap pertanyaan WHO says WHAT to WHOM throung WHICH CHANNEL and with WHAT EFFECT ? Model ini dikembangkan berdasarkan pemikiran psikologis S-M-R di mana proses komunikasi berdasarkan linier dari Soerce, Massage, dan Reveiver.
Model Laswell ini dapat diterapkan sebagai komunikasi persuasive sehingga membutuhkan saluran khusus agar dapat membangkitkan respon sasaran, dan pengaruh persuasif itu akan besar manakala menggunakan media cetak dan elektronik. Menurut model ini, efek komunikasi, sangat bervarisai tergantung dari tujuan komunikasi, misalnya aktivitas komunikasi untuk:
- Mengirimkan informasi (to inform) tentang sebuah produk (misalnya iklan susu Anlene dari SCTV).
- Menghibur (to entertain) audiens melalui kemasan informasi produk dengan kata-kata verbal dan visualisasi.
- Membangkitkan (to persuade) audiens, sehingga memengaruhi (to persuade) pendengar atau pemirsa untuk membeli prosuk susu tersebut.
Model ini juga menawarkan konsep cakupan subjek komunikasi yang akan diteliti. Kata Laswell, jika seorang hendak meneliti:
- WHO atau siapa yang menjadi sumber informasi, penelitian tersebut dilakukan terhadap komunikator atau sering disebut penelitian control.
- Penelitian terhadap SAYS WHAT merupakan penelitian terhadap pesan atau disebut penelitian isi.
- Penelitian terhadap IN WHAT CHANNEL merupakan penelitian media.
- TO WHOM merupakan penelitian audiens.
- WITH WHAT EFECT adalah penelitian efek komunikasi.
Model ini juga dapat menerangkan proses komunikasi massa yang menerangkan bagaimana sumber informasi (PT Aguamor) mengirimkan iklan melalui Radio Verbum, iklan tersebut diakses oleh orang berpengaruh (misalnya pejabat pemerintahan) yang kemudian diharapkan akan mengajurkan masyarakat untuk mengonsumsi Aguamor.
- Model Interaksi (Dua Arah)
Ada banyak model interaksi namun kita akan mendiskusikan model yang ditawarkan Wilbur Schramm. Menurut Schramm, komunikasi merupakan usaha membangun suatu commonness, jadi persoalannya terletak pada apa yang coba dibangun oleh sumber harus mendapatkan makna yang sama dengan penerima (dibandingkan dengan contoh makna “gosok gigi” dalam cerita di atas).
Proses ini dimulai dari sumber yang melakukan encode terdapat pesan, jadi sumber mengolah pesan ke dalam suatu bentuk yang dapat dipindahkan kepada penerima, penerima akan melakukan decode atas pesan tersebut. Menurut Schramm, efektivitas komunikasi itu terjadi karena sumber dan penerima memahami makna yang sama (ada kesamaan antara pesan yang di-encode oleh sumber dengan pesan yang di-decode oleh penerima).
Hal pemahaman makna yang sam itu tergantung dari kesamaan latar belakang (kebudayaan). Jadi, kalau terjadi perbedaan yang makin besar dalam latar belakang, maka hanya ada sedikit pesan yang diinterprestasi secara baik dan benar. Untuk menerangkan hal ini, model ini memperkenalkan konsep field of experience misalnya makna yang Anda berikan untuk pesan.
- Model Transaksional
Model umum komunikasi manusia yang juga popular adalah model transaksional. Model ini mengatakan bahwa suatu aktivitas komunikasi dikatakan efektifitas jika terjadi transaksi antara pengirim pesan dan penerima pesan. Model ini atas sebenarnya menggambarkan komunikasi antarpersonal yang dilakukan oleh dua partisipan komunikasi, yakni A dan B.
- Partisipan A merupakan sumber komunikasi yang melakukan encode atau menyusun gagasan yang ingin disampaikan kepada partisipan B.
- Hasil encode adalah pesan yang akan dikirimkan melalui media tertentu.
- Partisipan B sebagai sasaran atau penerima akan melakukan decode terhadap pesan yang dia terima melalui media tertentu.
- Pesan adalah sesuatu yang menajadi maksud atau isi dari gagasan yang dialihkan dari kedua partisipan, dalam istilah komunikasi disebut common language.
- Redaksi dari partisipan B akan dikirimkan kembali kepada A, di sini kedudukan B berubah menjadi seorang sumber komunikasi dan A menjadi penerima. Partisipan B akan melakukan proses yang sama seperti pada nomor 1), 2), dan 3).
- Partisipan A dan B masing-masing field of experience yang berbeda yang memengaruhi interprestasi atas pesan.
- Dalam keseluruhan proses pengiriman dan penerimaan pesan terdapat noise atau gangguan yang menghambat laju peralihan pesan.
Secara konteks, komunikasi dapat dibagi menjadi (Liliweri, 2007):
- Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi yang berlangsung sebagai komunikasi antarpribadi (inter-personal communication) yakni komunikasi yang dilakukan oleh 2 atau 3 orang dengan jarak fisik di antara mereka yang sangat dekat, bertatapan muka atau bermedia dengan sifat umpan balik yang berlangsung cepat, adaptasi pesan bersifat khusus, serta memiliki tujuan/maksud komunikasi tidak berstruktur.
- Komunikasi Kelompok
Komunikasi dalam konteks kelompok merupakan komunikasi yang terjadi di antara sejumlah orang (kalau kelompok kecil berjumlah 4-20 orang, kelompok besar 20-50 orang), umpan balik pesan berlangsung cepat, adaptasi pesan bersifat khusus, tujuan/maksud komunikasi tidak berstruktur.
- Komunikasi Organisasi
Komunikasi kesehatan dapat pula beroperasi dalam konteks organisasi baik organisasi kesehatan seperti Puskesmas Pembantu, Puskesmas, Klinik-klinik, Rumah Sakit, atau organisasi yang berorientasi profesi kesehatan, misalnya IDI, IBI, bahkan organisasi yang berorientasi pada layanan dan bisnis dalam bidang kesehatan (perusahaan farmasi sampai ke perusahaan produksi alat-alat kesehatan). Melalui organisasi tersebut beragam informasi tentang kesehatan dapat disebarluaskan kepada individu, komunikasi atau kelompok-kelompok sasaran.
- Komunikasi Publik
Aktivitas komunikasi juga beroperasi dalam konteks komunikasi public. Kini informasi kesehatan dapat diperoleh malalui aktivitas komunikasi public. Sebagai contoh, mahasiswa FKM dapat menyebarluaskan informasi (pengetahuan, pencegahan) yang bersumber dari isu “demam berdarah” atau “PMS” di kota Kupang melalui forum-forum yang telah disiapkan secara berstruktur. Melalui kegiatan lokakarya, seminar, simponis, pendidikan dan pelatihan yang berskala praktis hingga ke penentuan kebijakan sampai informasi keilmuan dapat dilakukan oleh mahasiswa yang bekerja sama dengan Dinas Kesehatan, LSM, Lembaga Agama, Perusahaan Obat, dan lain-lain.
- Komunikasi Massa
Harus diakui bahwa kini nyaris tak ada aktivitas manusia termasuk penyebarluasan informasi kesehatan yang tidak ditopang oleh jasa media massa. Perhatikan bagaimana para pengusaha obat, makanan dan minuman berlomba-lomba memanfaatkan media massa seperti radio, televise, surat kabar, majalah, folder, pamphlet, leaflet untuk menyebarluaskan informasi tentang kesehatan.
Demikian pula para dokter pun memanfaatkan media massa untuk melayani konsultasi kesehatan mulai dari kebugaran tubuh sampai kemasalah seksual, juga lembaga-lembaga swasta, LSM, pemerintah turut memanfaatkan peranan media massa untuk menyebarluaskan informasi mengenai pencegahan atau cara-cara mengatasi penyakit menular dll. Pemanfaatan media massa ini sangat membantu memperluas jangkauan areal/wilayah sebarab informasi kesehatan, mempercepat penyebaran informasi sampai kesasaran yang berbeda-beda geografis, kelas sosial maupun kultur.
Komunikasi yang banyak dipakai dalam praktek kebidanan adalah komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal adalah interaksi yang terjadi antara sedikitnya dua orang atau dalam kelompok kecil, terutama dalam kebidanan. Komunikasi interpersonal yang sehat memungkinkan penyelesaian masalah, berbagai ide, pengambilan keputusan, dan pertumbuhan personal.
Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal (Uripni dkk, 2003) adalah :
- Perkembangan
Bidan harus mengerti pengaruh perkembangan agar bahasa dan proses berfikir yang mempengaruhi cara dan sikap berfikir seseorang dalam berkomunikasi.
- Persepsi
Persepsi adalah pandangan pribadi seseorang terhadap suatu kejadian atau peristiwa. Persepsi dibentuk oleh harapan dan pengalaman. Perbedaan persepsi bisa menghambat komunikasi.
- Nilai
Nilai adalah standar yang mempengaruhi perilaku sehingga penting bagi bidan untuk menyadari nilai seseorang.
- Latar belakang sosial budaya
Bahasa dan gaya komunikasi akan sangat dipengaruhi oleh faktor budaya.
- Emosi
Emosi merupakan perasaan subjektif terhadap suatu kejadian. Emosi seperti marah, sedih, senang akan dapat mempengaruhi bidan dalam berkomunikasi dengan orang lain. Bidan perlu mengkaji emosi klien dan keluarganya sehingga mampu memberi asuhan kebidanan dengan tepat. Selain itu, bidan juga perlu mengevaluasi emosi yang ada pada dirinya agar dalam melakukan asuhan kebidanan tidak terpengaruh oleh emosi bawah sadarnya.
- Jenis Kelamin
Setiap jenis kelamin mempunyai gaya komunikasi yang berbeda. Wanita dan laki-laki mempunyai perbedaan gaya komunikasi. Dari usia tiga tahun, wanita bermain dengan teman baiknya atau dalam grup kecil, menggunakan bahasa untuk mencari kejelasan dan meminimalkan perbedaan, serta membangun dan mendukung keintiman. Laki-laki di lain pihak, menggunakan bahasa untuk mendapatkan kemandirian aktivitas dalam grup yang lebih besar, dan jika ingin berteman, mereka melakukannya dengan bermain.
- Pengetahuan
Tingkat pengetahuan mempengaruhi komunikasi. Seseorang yang tingkat pengetahuannya rendah akan sulit merespon pertanyaan yang mengandung bahasa verbal dengan tingkat pengetahuan yang lebih tinggi. Bidan perlu mengetahui tingkat pengetahuan klien sehingga dapat berinteraksi dengan baik dean akhirnya dapat memberi asuhan kebidanan yang tepat kepada klien.
- h) Peran dan Hubungan
Gaya komunikasi sesuai dengan peran dan hubungan antar orang yang berkomunikasi.
- i) Lingkungan
Lingkungan interaksi akan mempengaruhi komunikasi yang efektif. Suasana yang bising, tidak ada privasi yang tepat, akan menimbulkan kerancuan, ketegangan, dan ketidaknyamanan. Begitu juga dengan lingkungan fisik, tingkah laku manusia berbeda dari satu tempat ke tempat lain.
- Jarak
Jarak dapat mempengaruhi komunikasi. Jarak tertentu akan memberi rasa aman dan kontrol.
- Citra Diri
Manusia mempunyai gambaran tertentu mengenai dirinya, status sosial, kelebihan dan kekurangannya. Citra diri terungkap dalam komunikasi.
- Kondisi Fisik
Kondisi fisik mempunyai pengaruh terhadap komunikasi. Artinya indra pembicaraan mempunyai andil terhadap kelancaran dalam berkomunikasi.
Menurut Potter dan Perry (1993), Swansburg (1990), Szilagyi (1984), dan Tappen (1995) ada tiga jenis komunikasi yaitu verbal, tertulis dan non-verbal yang dimanifestasikan secara terapeutik.
- Komunikasi Verbal
Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan kebidanan di rumah sakit adalah pertukaran informasi secara verbal terutama pembicaraan dengan tatap muka. Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan tepat waktu. Kata-kata adalah alat atau simbol yang dipakai untuk mengekspresikan ide atau perasaan, membangkitkan respon emosional, atau menguraikan obyek, observasi dan ingatan. Sering juga untuk menyampaikan arti yang tersembunyi, dan menguji minat seseorang. Keuntungan komunikasi verbal dalam tatap muka yaitu memungkinkan tiap individu untuk merespon secara langsung.
Komunikasi Verbal yang efektif harus:
- Jelas dan ringkas
Komunikasi yang efektif harus sederhana, pendek dan langsung. Makin sedikit kata-kata yang digunakan makin kecil kemungkinan terjadinya kerancuan. Kejelasan dapat dicapai dengan berbicara secara lambat dan mengucapkannya dengan jelas. Penggunaan contoh bisa membuat penjelasan lebih mudah untuk dipahami. Ulang bagian yang penting dari pesan yang disampaikan. Penerimaan pesan perlu mengetahui apa, mengapa, bagaimana, kapan, siapa dan dimana. Ringkas dengan menggunakan kata-kata yang mengekspresikan ide secara sederhana.
Contoh: “Katakan pada saya dimana rasa nyeri anda” lebih baik daripada “saya ingin anda menguraikan kepada saya bagian yang anda rasakan tidak enak.”
- Perbendaharaan Kata
Komunikasi tidak akan berhasil, jika pengirim pesan tidak mampu menerjemahkan kata dan ucapan. Banyak istilah teknis yang digunakan dalam kebidanan dan kedokteran, dan jika ini digunakan oleh Bidan, klien dapat menjadi bingung dan tidak mampu mengikuti petunjuk atau mempelajari informasi penting. Ucapkan pesan dengan istilah yang dimengerti klien. Daripada mengatakan “Duduk, sementara saya akan mengauskultasi paru-paru anda ” akan lebih baik jika dikatakan “Duduklah sementara saya mendengarkan paru-paru anda”.
- Arti denotatif dan konotatif
Arti denotatif memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang digunakan, sedangkan arti konotatif merupakan pikiran, perasaan atau ide yang terdapat dalam suatu kata. Kata serius dipahami klien sebagai suatu kondisi mendekati kematian, tetapi Bidan akan menggunakan kata kritis untuk menjelaskan keadaan yang mendekati kematian. Ketika berkomunikasi dengan klien, Bidan harus hati-hati memilih kata-kata sehingga tidak mudah untuk disalah tafsirkan, terutama sangat penting ketika menjelaskan tujuan terapi, dan kondisi klien.
- Selaan dan kesempatan berbicara
Kecepatan dan tempo bicara yang tepat turut menentukan keberhasilan komunikasi verbal. Selaan yang lama dan pengalihan yang cepat pada pokok pembicaraan lain mungkin akan menimbulkan kesan bahwa Bidan sedang menyembunyikan sesuatu terhadap klien. Bidan sebaiknya tidak berbicara dengan cepat sehingga kata-kata tidak jelas. Selaan perlu digunakan untuk menekankan pada hal tertentu, memberi waktu kepada pendengar untuk mendengarkan dan memahami arti kata. Selaan yang tepat dapat dilakukan dengan memikirkan apa yang akan dikatakan sebelum mengucapkannya, menyimak isyarat nonverbal dari pendengar yang mungkin menunjukkan. Bidan juga bisa menanyakan kepada pendengar apakah ia berbicara terlalu lambat atau terlalu cepat dan perlu untuk diulang.
- Waktu dan relevansi
Waktu yang tepat sangat penting untuk menangkap pesan. Bila klien sedang menangis kesakitan, tidak waktunya untuk menjelaskan resiko operasi. Kendatipun pesan diucapkan secara jelas dan singkat, tetapi waktu tidak tepat dapat menghalangi penerimaan pesan secara akurat. Oleh karena itu, Bidan harus peka terhadap ketepatan waktu untuk berkomunikasi. Begitu pula komunikasi verbal akan lebih bermakna jika pesan yang disampaikan berkaitan dengan minat dan kebutuhan klien.
- Humor
Dugan (1989) mengatakan bahwa tertawa membantu mengurangi ketegangan dan rasa sakit yang disebabkan oleh stres, dan meningkatkan keberhasilan Bidan dalam memberikan dukungan emosional terhadap klien. Sullivan dan Deane (1988) melaporkan bahwa humor merangsang produksi catecholamines dan hormon yang menimbulkan perasaan sehat, meningkatkan toleransi terhadap rasa sakit, mengurangi ansietas, memfasilitasi relaksasi pernapasan dan menggunakan humor untuk menutupi rasa takut dan tidak enak atau menutupi ketidak mampuannya untuk berkomunikasi dengan klien.
- Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non-verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan kata-kata. Merupakan cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Bidan perlu menyadari pesan verbal dan non-verbal yang disampaikan klien mulai dari saat pengkajian sampai evaluasi asuhan kebidanan, karena isyarat non-verbal menambah arti terhadap pesan verbal. Bidan yang mendeteksi suatu kondisi dan menentukan kebutuhan asuhan kebidanan.
Komunikasi non-verbal teramati pada :
- Metakomunikasi
Komunikasi tidak hanya tergantung pada pesan tetapi juga pada hubungan antara pembicara dengan lawan bicaranya. Metakomunikasi adalah suatu komentar terhadap isi pembicaraan dan sifat hubungan antara yang berbicara, yaitu pesan di dalam pesan yang menyampaikan sikap dan perasaan pengirim terhadap pendengar. Contoh: tersenyum ketika sedang marah.
- Penampilan Personal
Penampilan seseorang merupakan salah satu hal pertama yang diperhatikan selama komunikasi interpersonal. Kesan pertama timbul dalam 20 detik sampai 4 menit pertama. Delapan puluh empat persen dari kesan terhadap seserang berdasarkan penampilannya (Lalli Ascosi, 1990 dalam Potter dan Perry, 1993). Bentuk fisik, cara berpakaian dan berhias menunjukkan kepribadian, status sosial, pekerjaan, agama, budaya dan konsep diri. Bidan yang memperhatikan penampilan dirinya dapat menimbulkan citra diri dan profesional yang positif. Penampilan fisik Bidan mempengaruhi persepsi klien terhadap pelayanan/asuhan kebidanan yang diterima, karena tiap klien mempunyai citra bagaimana seharusnya penampilan seorang Bidan. Walaupun penampilan tidak sepenuhnya mencerminkan kemampuan Bidan, tetapi mungkin akan lebih sulit bagi Bidan untuk membina rasa percaya terhadap klien jika Bidan tidak memenuhi citra klien.
- Intonasi (Nada Suara)
Nada suara pembicara mempunyai dampak yang besar terhadap arti pesan yang dikirimkan, karena emosi seseorang dapat secara langsung mempengaruhi nada suaranya..Bidan harus menyadari emosinya ketika sedang berinteraksi dengan klien, karena maksud untuk menyamakan rasa tertarik yang tulus terhadap klien dapat terhalangi oleh nada suara Bidan.
- Ekspresi wajah
Hasil suatu penelitian menunjukkan enam keadaan emosi utama yang tampak melalui ekspresi wajah: terkejut, takut, marah, jijik, bahagia dan sedih. Ekspresi wajah sering digunakan sebagai dasar penting dalam menentukan pendapat interpesonal. Kontak mata sangat penting dalam komunikasi interpersonal. Orang yang mempertahankan kontak mata selama pembicaraan diekspresikan sebagai orang yang dapat dipercaya, dan memungkinkan untuk menjadi pengamat yang baik. Bidan sebaiknya tidak memandang ke bawah ketika sedang berbicara dengan klien, oleh karena itu ketika berbicara sebaiknya duduk sehingga Bidan tidak tampak dominan jika kontak mata dengan klien dilakukan dalam keadaan sejajar.
- Sikap tubuh dan langkah
Sikap tubuh dan langkah menggambarkan sikap, emosi, konsep diri dan keadaan fisik. Bidan dapat mengumpulkan informasi yang bermanfaat dengan mengamati sikap tubuh dan langkah klien. Langkah dapat dipengaruhi oleh faktor fisik seperti rasa sakit, obat, atau fraktur.
- Sentuhan
Kasih sayang, dukungan emosional, dan perhatian disampaikan melalui sentuhan. Sentuhan merupakan bagian yang penting dalam hubungan Bidan-klien, namun harus memperhatikan norma sosial. Ketika memberikan asuhan kebidanan, Bidan menyentuh klien, seperti ketika memandikan, melakukan pemeriksaan fisik, atau membantu memakaikan pakaian. Perlu disadari bahwa keadaan sakit membuat klien tergantung kepada Bidan untuk melakukan kontak interpersonal sehingga sulit untuk menghindarkan sentuhan. Bradley & Edinburg (1982) dan Wilson & Kneisl (1992) menyatakan bahwa walaupun sentuhan banyak bermanfaat ketika membantu klien, tetapi perlu diperhatikan apakah penggunaan sentuhan dapat dimengerti dan diterima oleh klien, sehingga harus dilakukan dengan kepekaan dan hati-hati.
- Komunikasi Tertulis
Komunikasi tertulis merupakan salah satu bentuk komunikasi yang sering digunakan dalam bisnis, seperti komunikasi melalui surat menyurat, pembuatan memo, laporan, iklan disurat kabar dan lain-lain.
Prinsip-prinsip komunikasi tertulis terdiri dari :
- Lengkap
- Ringkas
- Pertimbangan
- Konkrit
- Jelas
- Sopan
- Benar
Fungsi komunikasi tertulis adalah :
- Sebagai tanda bukti tertulis yang otentik, misalnya : persetujuan operasi.
- Alat pengingat/berpikir bilamana diperlukan, misalnya surat yang telah diarsipkan.
- Dokumentasi historis, misalnya surat dalam arsip lama yang digali kembali untuk mengetahui perkembangan masa lampau.
- Jaminan keamanan, misalnya surat keterangan jalan.
- Pedoman atau dasar bertindak, misalnya surat keputusan, surat perintah, surat pengangkatan.
Keuntungan komunikasi tertulis adalah :
- Adanya dokumen tertulis
- Sebagai bukti penerimaan dan pengiriman
- Dapat menyampaikan ide yang rumit
- Memberikan analisa, evaluasi, dan ringkasan
- Menyebarkan informasi kepada khalayak ramai
- Dapat menegaskan, menafsirkan dan menjelaskan komunikasi lisan
- Membentuk dasar kontrak atau perjanjian
- Untuk penelitian dan bukti di pengadilan
Kerugian komunikasi tertulis adalah :
- Memakan waktu lama untuk membuatnya
- Memakan biaya yang mahal
- Komunikasi tertulis cenderung lebih formal
- Dapat menimbulkan masalah karena salah penafsiran
- Susah untuk mendapatkan umpan balik segera
- Bentuk dan isi surat tidak dapat di ubah bila telah dikirimkan
- Bila penulisan kurang baik maka akan membingungkan sipembaca.