Stres kerja dikategorikan dalam beberapa aspek-aspek stres kerja oleh
Beehr dan Newman (dalam Rahardja, 2007) meliputi:
a. Aspek fisiologis bahwa stres kerja sering ditunjukkan pada simptoms
fisiologis. Penelitian dan fakta oleh ahli-ahli kesehatan dan kedokteran
menunjukkan bahwa stres kerja dapat mengubah metabolisme tubuh,
menaikkan detak jantung, mengubah cara bernafas, menyebabkan sakit
kepala, dan serangan jantung. Beberapa yang teridentifikasi sebagai
simptoms fisiologis adalah meningkatnya detak jantung, tekanan darah,dan
risiko potensial terkena gangguan kardiovaskuler, mudah lelah fisik, kepala
pusing, sakit kepala, ketegangan otot, gangguan pernapasan, termasuk akibat
dari sering marah, sulit tidur, gangguan tidur, sering berkeringat, telapak
tangan berkeringat.
b. Aspek psikologis, stres kerja dan gangguan gangguan psikologis adalah
hubungan yang erat dalam kondisi kerja. Simptoms yang terjadi pada
aspek psikologis akibat dari stres adalah kecemasan, ketegangan, mudah
marah, sensitif dan jengkel, kebingungan, gelisah, depresi, mengalami
ketertekanan perasaan, kebosanan, tidak puas terhadap pekerjaan,
menurunnya fungsi intelektual, kehilangan konsentrasi, hilangnya
kreativitas, tidak bergairah untuk bekerja, merasa tidak berdaya, merasa
gagal, mudah lupa, rasa percaya diri menurun.
c. Aspek tingkah laku (behavioral). Pada aspek ini stres kerja pada
karyawan ditunjukkan melalui tingkah laku mereka. Beberapa symptoms
perilaku pada aspek tingkah laku adalah penundaan, menghindari pekerjaan,
absensi, menurunnya performansi dan produktivitas, makan secara
berlebihan/hilangnya nafsu makan, tindakan berlebihan, menurunnya
hubungan dengan teman dan keluarga, tidak berminat berhubungan dengan
orang lain.
Cox (dalam Gibson, dkk, 1997) juga mengemukakan situasi yang menekan
pada pekerja dapat menimbulkan respons pada subjek, perilaku, kognitif, fisiologis
maupun organisasi, yaitu:
a. Respons pada subjek, meliputi kecemasan, agresif, acuh, kebosanan, depresi,
keletihan, frustrasi, kehilangan kesabaran, rendah diri, gugup, dan merasa
kesepian.
b. Respons pada perilaku, meliputi kecenderungan mendapat kecelakaan,
alkoholik, penyalahgunaan obat-obatan, emosi yang tiba-tiba meledak,
makan berlebihan, merokok berlebihan, perilaku yang mengikuti kata hati,
dan tertawa gugup.
c. Respons pada kognitif, meliputi ketidakmampuan mengambil keputusan
yang jelas, konsentrasi yang buruk, rentang perhatian yang pendek, sangat
peka tehadap kritik,dan rintangan mental.
d. Respons pada fisiologis, misalnya meningkatnya kadar gula,
meningkatnya denyut jantung dan tekanan darah, kekeringan di mulut,