Jenis-Jenis Kredit


Ada beberapa jenis kredit yang sering digunakan pada umumnya, dan
dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan pembiayaan. Menurut Hery
(2020:41) mengatakan, secara umum jenis-jenis kredit dapat dilihat dari berbagai
aspek, antara lain:

  1. Dilihat dari aspek kegunaan
    a. Kredit Investasi
    Kredit ini biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha
    atau membangun sebuah proyek/pabrik baru atau keperluan rehabilitasi.
    Dalam hal ini, pemakaian kredit digunakan untuk periode waktu yang
    relatif lama.
    b. Kredit Modal Kerja
    Kredit ini digunakan untuk keperluan meningkatkan usaha atau
    produksi atau investasi. Sebagai contoh, kredit modal kerja ini
    diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai ataupun
    biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan.
  2. Dilihat dari aspek tujuan kredit
    a. Kredit Produktif
    Kredit ini digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi
    atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau
    jasa. Sebagai contoh, kredit ini digunakan untuk membangun pabrik
    yang nantinya akan menghasilkan barang, seperti kredit pertanian akan
    menghasilkan produk pertanian atau kredit pertambangan akan
    menghasilkan bahan tambang atau kredit industri lainnya.
    b. Kredit Konsumtif
    Kredit ini digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi. Dalam
    kredit ini tidak ada penambahan barang dan jasa yang dihasilkan.
    Contohnya seperti kredit untuk perumahan, kredit mobil pribadi, kredit
    perabotan rumah tangga, dan kredit konsumtif lainnya.
    c. Kredit Perdagangan
    Kredit ini digunakan untuk perdagangan, biasanya untuk
    membeli persediaan barang dagangan yang pembayarannya diharapkan
    dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini sering
    diberikan kepada pemasok atau agen-agen perdagangan yang akan
    membeli barang dalam jumlah besar. Contoh kredit ini misalnya kredit
    ekspor dan impor.
  3. Dilihat dari aspek jangka waktu
    a. Kredit Jangka Pendek
    Kredit ini memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau
    paling lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal
    kerja. Contohnya untuk kredit peternakan misalnya kredit peternakan
    ayam atau kredit pertanian misalnya tanaman padi atau palawija.
    b. Kredit Jangka Menengah
    Jangka waktu kredit ini berkisar antara 1 tahun hingga 3 tahun,
    biasanya kredit ini digunakan untuk keperluan investasi. Contohnya
    kredit untuk pertanian seperti tanaman jeruk, atau peternakan kambing.
    c. Kredit Jangka Panjang
    Kredit ini memiliki jangka waktu di atas 3 tahun atau 5 tahun.
    Biasanya kredit ini untuk investasi jangka panjang seperti perkebunan
    karet, kelapa sawit atau manufaktur dan untuk kredit konsumtif seperti
    kredit perumahan
  4. Dilihat dari aspek jaminan
    a. Kredit Dengan Jaminan
    Kredit ini diberikan dengan suatu jaminan, jaminan tersebut
    dapat berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud atau jaminan
    orang. Artinya setiap kredit yang dikeluarkan akan dilindungi senilai
    jaminan yang diberikan olah calon debitur
    b. Kredit Tanpa Jaminan
    Kredit ini merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan.
    Kredit ini diberikan dengan melihat prospek usaha dan karakter serta
    loyalitas atau nama baik debitur selama ini. Kredit ini diberikan untuk
    perusahaan yang benar-benar bonafide (dapat dipercaya) dan
    profesional, sehingga kemungkinan kredit tersebut macet adalah sangat
    kecil.
  5. Dilihat dari aspek sektor usaha
    a. Kredit Pertanian
    b. Kredit Peternakan
    c. Kredit Industri
    d. Kredir Pertambangan
    e. Kredit Pendidikan
    f. Kredit Profesi
    g. Kredit Perumahan
    h. Dan sektor-sektor lainnya

Unsur Unsur Kredit


Unsur-unsur kredit merupakan beberapa komponen yang membentuk
suatu transaksi kredit antara pemberi kredit dan penerima kredit. Menurut Hery
(2020:38) ada beberapa unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas
kredit, yaitu:

  1. Kepercayaan
    Kepercayaan di sini yaitu suatu keyakinan dari pemberi kredit
    bahwa kredit yang diberikan akan benar-benar diterima kembali di masa
    tertentu di masa datang. Kepercayaan ini diberikan oleh bank setelah
    melakukan penelitian penyelidikan mengenai nasabah baik secara internal
    maupun eksternal tentang kondisi masa lalu dan sekarang dari nasabah
    pemohon kredit.
  2. Kesepakatan
    Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian kredit di mana
    masing-masing pihak menandatangani pernyataan tentang hak dan
    kewajibannya masing-masing.
  3. Jangka waktu
    Setiap kredit yang diberikan kepada penerima kredit memiliki
    jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian
    kredit yang sudah disepakati oleh pemberi kredit dan penerima kredit.
    Jangka waktu ini bisa berbentuk jangka pendek, jangka menengah ataupun
    jangka panjang.
  4. Risiko
    Adanya suatu tenggang waktu pengembalian menyebabkan risiko
    tidak tertagihnya pinjaman yang telah diberikan (kredit macet). Risiko ini
    menjadi tanggungan bank, baik risiko yang disengaja oleh nasabah yang
    lalai, maupun oleh risiko yang tidak sengaja. Misalnya seperti terjadinya
    bencana alam atau bangkrutnya usaha nasabah.
  5. Balas jasa
    Balas jasa merupakan keuntungan yang diperoleh bank atas
    pemberian suatu kredit atau jasa tersebut atau sering dikenal dengan nama
    “bunga”. Balas jasa dalam bentuk bunga dan biaya administrasi kredit ini
    merupakan keuntungan bagi bank. Berbeda dengan bank yang berdasarkan
    prinsip syariah, balas jasanya ditentukan bukan dalam bentuk bunga tetapi
    dengan bagi hasil

Kredit


Menurut Undang Undang No 10 Tahun 1998 Pasal 1 Angka 11 tentang
Perbankan, “Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-
meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam
untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”
Menurut Hery (2020:37) kredit artinya kepercayaan. Kredit berasal dari
bahasa latin yaitu credere yang artinya percaya. Maksudnya, kreditur percaya
kepada debitur bahwa kredit yang disalurkannya pasti akan dikembalikan sesuai
dengan perjanjian.
Dari penjelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa kredit adalah
penyediaan uang atau tagihan yang disetujui antara bank dan pihak lain, dan
kewajiban peminjam untuk melunasi utang tersebut dengan pembayaran bunga
dalam jangka waktu tertentu. Selain itu, kredit juga mencerminkan kepercayaan
dari pemberi kredit kepada peminjam bahwa utang tersebut akan dilunasi sesuai
dengan kesepakatan

Langkah-Langkah dalam Personal Selling


Langkah-langkah personal selling merupakan serangkaian tindakan yang
perlu dilakukan oleh seorang penjual dalam proses menjual produk atau jasa yang
ditawarkannya. Berikut ini 7 langkah personal selling menurut Kotler dalam Adi
Muhammad Ramadhan et al (2022) yaitu:

  1. Mencari Calon Pelanggan
    Langkah pertama dalam proses penjualan yaitu memilih prospek,
    mengidentifikasi orang-orang yang dapat masuk sebagai pelanggan
    potensial. Walaupun perusahaan memberikan beberapa panduan, tetap
    diperlukan keterampilan dari seorang wiraniaga untuk menemukan
    mereka. Wiraniaga bisa bertanya pada pelanggan lama. Wiraniaga dapat
    membangun sumber-sumber referensi, seperti pemasok, agen, wiraniaga
    yang tidak bersaing langsung, dan bankir.
  2. Pra Pendekatan
    Sebelum mengunjungi seorang prospek, wiraniaga harus belajar
    sebanyak mungkin tentang organisasi yang didatanginya itu (apa yang
    dibutuhkan organisasi itu, siapa yang terlibat dalam pembelian) dan
    pembelinya (karakteristik dan gaya membeli).
  3. Pendekatan
    Dalam langkah pendekatan ini, wiraniaga harus mengetahui
    bagaimana cara untuk menemui dan menyapa pembeli serta menjalin
    hubungan untuk merintis awalan yang baik. Langkah ini melibatkan
    penampilan wiraniaga, kata-kata pembukaan, dan penjelasan lanjutan.
  4. Presentasi dan Demontrasi
    Selama langkah presentasi dari proses penjualan, wiraniaga
    menjelaskan produk kepada pembeli menggunakan pendekatan kepuasan
    kebutuhan, wiraniaga memulai dengan pencarian kebutuhan pelanggan
    yang bisa didapatkan dengan membiarkan pelanggan banyak berbicara.
    Untuk itu, wiraniaga harus memiliki kemampuan mendengarkan dan
    memecahkan masalah dengan baik.
  5. Mengatasi Keberatan
    Selama presentasi, pembeli tidak selalu memiliki keberatan.
    Demikian juga saat mereka diminta untuk menuliskan pesanan.
    Masalahnya bisa logis, bisa juga psikologis, dan keberatan sering kali tidak
    diungkapkan keluar. Dalam mengatasi keberatan, wiraniaga harus
    menggunakan pendekatan positif dan menggali keberatan yang
    tersembunyi. Meminta pembeli untuk menjelaskan keberatan,
    menggunakan keberatan sebagai peluang untuk memberikan informasi
    lebih banyak, dan mengubah keberatan menjadi alasan untuk membeli.
  6. Penutup
    Setelah mengatasi keberatan, selanjutnya wiraniaga dapat mencoba
    menutup penjualan. Beberapa wiraniaga tidak sampai melakukan
    penutupan penjualan atau tidak menanganinya dengan baik. Mungkin
    karena mereka kurang percaya diri, tidak enak menanyakan pesanan, atau
    tidak mengetahui saat yang tepat untuk menutup penjualan.
  7. Tindak Lanjut dan Pemeliharaan
    Langkah terakhir dalam proses penjualan adalah tindak lanjut.
    Tindak lanjut dibutuhkan jika wiraniaga ingin memastikan kepuasan
    pelanggan dan berulangnya bisnis. Segera setelah menutup penjualan,
    wiraniaga harus memenuhi segala rincian mengenai waktu penyerahan
    barang, persyaratan pembelian, dan hal-hal lain. Wiraniaga harus
    menjadwalkan kunjungan tindak lanjut sesudah pesanan pertama diterima
    demi memastikan tepatnya pemasangan, instruksi, dan servis produk

Daya tarik organisasi berhubungan positif dan signifikan terhadap identifikasiorganisasi.

Identifikasi organisasi dan daya tarik organisasi memiliki anteseden penting yaitu
person-organization fit yang dimana dari hal tersebut sangat mungkin terjadi adanya suatu
hubungan antara identifikasi organisasi dengan daya tarik organisasi. Menurut (Blader dan
Tyler, 2009), identifikasi organisasi merupakan kondisi keterikatan kerja antara karyawan
dengan organisasi. Semakin karyawan bisa mengidentifikasi dirinya sendiri maka karyawan
semakin bisa memposisikan dirinya untuk tetap bertahan di dalam organisasi melalui daya tarik
karyawan terhadap perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut maka dirumuskan hipotesis ketiga

Prinsip Personal Selling


Sebelum melakukan penjualan, penjual perlu memahami prinsip-prinsip
personal selling. Menurut Alma dalam Simanjuntak et al (2021) prinsip-prinsip
dasar personal selling adalah sebagai berikut:

  1. Persiapan yang matang, meliputi pengetahuan:
    a. Mengenal pasar dimana barang akan dijual yang meliputi keterangan-
    keterangan tentang keadaan perekonomian pada umumnya, persaingan,
    tren harga dan sebagainya.
    b. Mengenali langganan dan calon langganan. Dalam hal ini perlu
    diketahui buying motives (apa motif orang membeli), dan buying habits
    (kebiasaan orang membeli)
    c. Cukup mengenal tentang produk yang akan dijualnya. Para konsumen
    sangat tidak senang pada penjual yang tidak bisa menjawab pertanyaan-
    pertanyaan dari konsumen, sebagaimana biasanya konsumen
    mendapatkan berbagai informasi mengenai barang yang akan dibelinya.
    d. Prinsip dasar harus dikuasai oleh penjual, karena dengan demikian hal
    tersebut dapat mempengaruhi konsumen untuk membuat transaksi yang
    mengguntungkan kedua belah pihak. Penjual berusaha dengan segala
    kemampuannya agar konsumen ingin membeli produk, harus selalu
    mempunyai kesan baik, dan bisa melakukan trnsaksi yang
    mengguntungkan bagi kedua belah pihak.
  2. Mendapatkan atau menentukan tempat pembeli
    Dalam mendapatkan pembeli, seorang penjual harus berpedoman
    pada kebijaksanaan perusahaan mengenai channel of distribution yang
    dipergunakan.
  3. Merealisasikan penjualan
    Meskipun tempat terjadinya penjualan tersebut beraneka ragam
    tetapi langkah-langkah yang diambil oleh penjual dalam proses penjualan
    adalah sebagai berikut:
    a. Pendekatan dan pemberian hormat.
    b. Penentuan kebutuhan langganan.
    c. Menyajikan barang dengan efektif.
    d. Mengatasi keberatan-keberatan.
    e. Melaksanakan penjualan-penjualan.
  4. Menimbulkan goodwill setelah penjualan terjadi
    Jika penjualan terjadi dengan baik, maka pembeli akan memperoleh
    laba. Hal ini akan berpengaruh baik terhadap pembeli tersebut, yaitu
    membeli lagi kepada penjual yang sama di kemudian hari.

Person-organization fit berhubungan positif dan signifikan terhadap daya tarikorganisasi.

Daya tarik organisasi berhubungan dengan pikiran afektif dan sikap individu mengenai
kemungkinan posisi kerja organisasi (Highhouse, dkk. 2003 dalam Cinar, 2019). Faktor
terpenting yang membuat organisasi menarik bagi kandidat yang berpotensi adalah prestise
organisasi yang merupakan salah satu premis daya tarik paling berpengaruh. Menurut Cable
dan Graham (2000) dalam Cinar (2019), kriteria pemikiran pencari kerja mengenai prestise
organisasi terkait dengan karakteristik organisasi dan identitas individu, dengan kata lain dalam
pemilihan pekerjaan dan penilaian prestise beberapa individu mempertimbangkan kesesuaian
antara identitas individu dengan karakteristik organisasi. Penekanan pada prestise organisasi
yang berupa suatu imbalan yang diberikan oleh karyawan terhadap organisasi dan daya tarik
organisasi sebenarnya adalah upaya untuk menciptakan identitas sosial yang positif. Menurut
Umphress, dkk. (2007) dalam Cinar (2019), tumpang tindih antara nilai, kepribadian individu,
dan atribut organisasi akan membuat organisasi lebih menarik bagi para kandidat. Kesesuaian
karyawan dengan organisasi kemungkinan akan mempengaruhi sikap dan perilaku individu.
Jika person-organization fit diterapkan dengan baik maka karyawan semakin ingin untuk
15
bertahan di perusahaan.

Kriteria Personal Selling


Menurut Hermawan dalam Bakti et al (2021), seorang penjual yang
ditugaskan untuk melakukan personal selling harus memiliki kriteria-kriteria
sebagai berikut:

  1. Salesmanship, penjual harus memiliki pengetahuan produk dan
    menguasai seni dalam menjual, seperti cara mendekati pelanggan,
    memberikan presentasi dan demonstrasi, mengatasi penolakan pelanggan,
    dan mendorong pembeli untuk membeli produk.
  2. Bernegosiasi, penjual harus memiliki kemampuan untuk bernegosiasi
    tentang syarat-syarat penjualan.
  3. Pemasaran hubungan relationship marketing, penjual harus
    melakukan komunikasi hubungan antarmanusia yang efektif dengan
    mengetahui setiap karakter individu yang ditemuinya.

Keuntungan dan Kerugian Personal Selling


Personal selling memiliki beberapa keuntungan dan kerugian dalam proses
pelaksanaannya. Menurut David dalam Firmansyah (2020:226) keuntungan
personal selling terdiri dari:

  1. Melakukan interaksi dua arah dan kemampuan berinteraksi dengan
    penerima pesan yang bisa menentukan pengaruh dari pesan.
  2. Menyesuaikan pesan dengan situasi yang sedang dihadapi dan kebutuhan
    konsumen.
  3. Mengurangi dan meminimalkan gangguan dalam komunikasi sehingga
    pembeli secara umum memberikan perhatiannya pada pesan penjualan
  4. Keterlibatan dalam proses keputusan, pembeli dapat menjadi seorang
    partner dalam proses keputusan membeli.
    Sedangkan kerugian dari personal selling meliputi:
  5. Pesan tidak konsisten yang disampaikan kepada konsumen dapat menjadi
    citra buruk bagi perusahaan. Hal ini disebabkan karena para wiraniaga
    memiliki perbedaan pengetahuan dan kemampuan sehingga melakukan
    cara dan gaya yang berbeda dalam menyampaikan pesan.
  6. Timbulnya konflik tenaga penjual dan manajemen. Pada dasarnya tenaga
    penjualan yang memiliki kecenderungan bebas dan fleksibel dapat
    menimbulkan konflik pada manajemen.
  7. Biaya tinggi. Setiap tenaga penjualan memerlukan biaya yang cukup besar
    untuk penutupan penjualan. Tidak semua tenaga penjualan mampu
    melakukan penutupan penjualan dengan baik dan tepat waktu sehingga
    secara keseluruhan biaya yang dikeluarkan menjadi tinggi.
  8. Hasil yang rendah. Karena waktu merealisasikan penjualan relatif lebih
    lama, maka hasil yang ditargetkan untuk tenaga penjualan lebih rendah.
  9. Berpotensi menimbulkan masalah etika. Diantara tenaga penjualan ada
    yang dapat menimbulkan rusaknya hubungan dengan konsumen sehingga
    merugikan bagi perusahaan. Masalahnya etika yang paling sering
    dilakukan oleh para tenaga penjualan dapat berupa membohongi konsumen
    dan melakukan perbuatan merugikan tenaga penjualan lainnya.

Person-organization fit berhubungan positif dan signifikan terhadap identifikasiorganisasi

Person-organization fit dipandang sebagai kunci dalam mempertahankan karyawan
dengan komitmen organisasi dan fleksibilitas yang tinggi dimana hal tersebut diperlukan untuk
memenuhi tantangan kompetitif. Person-organization fit yang tinggi mengarah pada hasil
organisasi yang baik, jika tingkat kesesuaian karyawan di dalam organisasi rendah maka
menghasilkan hasil yang tidak maksimal, salah satunya adalah keinginan karyawan untuk
berhenti. Menurut Astakhova (2016) organisasi merekrut individu yang memiliki kemampuan
beradaptasi yang tinggi terhadap organisasi. Dalam studi lain, ditemukan bahwa person-
organization fit antara nilai-nilai individu dengan nilai-nilai organisasi akan menyebabkan
peningkatan identifikasi (Ozcan, 2012 dalam Cinar, 2019). Jika person-organization fit
memiliki nilai yang tinggi maka karyawan dapat mengidentifikasi diri karyawan itu sendiri
untuk organisasi.

Aktivitas dan Fungsi Personal Selling


Aktivitas dan fungsi personal selling melibatkan beberapa kegiatan dan
peran yang dilakukan oleh penjual dalam menjual produk kepada calon
pembelinya. Berikut ini beberapa aktivitas dan fungsi dari personal selling
menurut Haryanti (2022:118):

  1. Prospecting, yaitu mencari pembeli dan menjalin hubungan baik dengan
    calon pembeli.
  2. Targeting, yaitu mengalokasikan kelangkaan waktu penjual demi pembeli.
  3. Communicating, yaitu memberikan informasi tentang produk perusahaan
    kepada calon pembeli.
  4. Selling, yaitu mendekati, mempresentasikan, mendemonstrasikan,
    mengatasi penolakan, dan menjual produk kepada pembeli.
  5. Servicing, yaitu memberikan berbagai jasa dan pelayanan kepada
    pelanggan.
  6. Information Gathering, yaitu mengadakan riset dan melakukan intelijen
    pasar.
  7. Allocating, yaitu menentukan pelanggan yang akan dituju.
    Dengan melakukan aktivitas-aktivitas tersebut dengan baik, maka personal
    selling dapat menjadi salah satu strategi pemasaran yang efektif dalam mencapai
    target penjualan dan membangun hubungan baik dengan konsumen.

Daya Tarik Organisasi
Daya tarik organisasi adalah suatu yang akan melekat pada organisasi seperti reputasi
organisasi, keyakinan terhadap organisasi, skill serta pengalaman, lokasi yang strategis, dan
fasilitas pendukung yang dapat di berikan organisasi. Daya tarik organisasi membantu
membangun pengalaman kerja dan komunikasi yang lebih konsisten (EB Insights, 2011). Daya
tarik organisasi sebagai pemberi kerja menunjukkan manfaat yang diharapkan yang dilihat oleh
calon karyawan dalam bekerja untuk organisasi tertentu (Berthon dkk., 2005 dalam Cinar,
2019). Menurut Ehrhart dan Ziegert (2005) dalam Cinar (2019), telah mendefinisikan daya
tarik organisasi sebagai “mendapatkan kandidat” untuk melihat organisasi sebagai tempat yang
positif untuk bekerja dan memeriksanya dari perspektif karyawan. Daya tarik organisasi
sebagai pemikiran afektif dan sikap karyawan secara individu tentang perusahaan sebagai
tempat kerja yang potensial.
Organisasi berusaha untuk merekrut karyawan berbakat dan mempertahankan mereka
dalam organisasi (Joseph dkk. 2014 dalam Cinar, 2019). Dalam hal ini pemimpin dalam
perusahaan berusaha membuat organisasi menarik bagi karyawan yang berbakat sehingga
individu menjadi anggota organisasi yang baik. Tumpang tindih antara nilai dan kepribadian
individu dan atribut organisasi akan membuat organisasi lebih menarik bagi para kandidat
(Umphress dkk. 2007 dalam Cinar, 2019). Daya tarik organisasi adalah konsep yang sangat
penting bagi organisasi yang bertujuan untuk menarik karyawan yang memiliki potensi tinggi
atau berkualitas. Menurut (Syaebani dkk., 2015) positif persepsi daya tarik organisasi sangat
terkait dengan niat mengejar pekerjaan. Terdapat dimensi dalam daya tarik organisasi menurut
Darsono, dalam Wawan (2016), yaitu: (1) Reputasi organisasi di masyarakat atau pemerintah
(brand image), (2) Layanan yang telah di berikan seperti informasi dsb (believability), (3)
keahlian yang terampil di bidangnya masing-masing (creadibility), (4) Lokasi kantor yang
strategis dan terjangkau (location), (5) Fasilitas-fasilitas kantor yang dapat membantu dalam
meningkatkan kualitas bekerja (facility)

Sifat Personal Selling


Menurut Haryanti (2022:115) sifat dari personal selling antara lain:

  1. Personal (perorangan). Personal adalah alat promosi yang terlibat secara
    langsung, menanggapi dan berinteraksi secara langsung dengan penjual
    dan calon pembeli yang dihadapinya.
  2. Direct respons (tanggapan langsung). Personal selling mampu
    memberikan tanggapan atau reaksi kepada calon pembeli secara langsung,
    sehingga dapat memberikan kesan baik untuk perusahaan terhadap
    konsumennya.
  3. Mempererat hubungan perusahaan dengan konsumen. Hubungan
    perusahaan dengan pembeli dapat terjalin dengan baik jika personal
    selling yang dilakukan oleh perusahaan berjalan secara efektif. Seorang
    pemasar juga harus memiliki relasi agar mudah dalam memasarkan produk
    atau jasa.
  4. Biaya tinggi. Karena harus berkomunikasi secara langsung dengan tatap
    muka dengan konsumen, maka perlu kesempatan yang lebih banyak.
    Sehingga biaya persatuan yang ditanggung pembeli menjadi lebih tinggi
    atau mahal.

Person-organization Fit


Gagasan mengenai “kesesuaian” atau “fit” dalam perekrutan dan pemilihan pelamar
kerja telah lama menjadi landasan psikologi organisasi dan manajemen sumber daya manusia.
Kesesuaian dalam hal nilai-nilai, keyakinan, dan norma-norma organisasi disebut person-
organization fit atau (P-O Fit). Person-organization fit (P-O Fit) secara umum didefinisikan
sebagai kesesuaian antara nilai-nilai organisasi dengan nilai-nilai individu (Kristof, 1996 dalam
Cinar, 2019). Kesesuaian kerja yang baik mengarah pada hasil kerja yang positif, sedangkan
kesesuaian kerja yang buruk mengarah pada hasil kerja yang negatif. Hal tersebut merupakan
asumsi dasar teori fit. Donald dan Pandey (2007) dalam (Astuti, 2010), mendefinisikan person-
organization fit adalah adanya kesesuaian/kecocokan antara individu dengan organisasi,
ketika: a) setidak-tidaknya ada kesungguhan untuk memenuhi kebutuhan pihak lain, atau b)
memiliki karakterisitik dasar yang serupa. Manfaat fit di tempat kerja menjadikan fit sebagai
pengejaran yang menarik baik bagi individu maupun organisasi. Organisasi dan anggotanya
memiliki kepentingan mendasar dalam kecocokan antara organisasi dengan karakteristik yang
dimiliki oleh karyawan secara individu. Organisasi melakukan upaya dalam merekrut serta
mempertahankan karyawan dengan tingkat kesesuaian yang tinggi. Hal tersebut juga berlaku
bagi karyawan, dimana karyawan berusaha untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan
organisasi.
Kesesuaian di tempat kerja sangat penting yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan
untuk memahami hubungan antara kesesuaian dengan hasil kinerja. Menurut Lam, Huo, &
Chen (2018) menyesuaikan karyawan dengan lingkungan organisasi sehingga mereka menjadi
‘best-fitting’ atau paling pas merupakan kunci keberhasilan organisasi. Tidak ada organisasi
yang menginginkan karyawannya menjadi lebih buruk. Oleh karena itu, organisasi selalu
berusaha untuk menciptakan kompatibilitas yang tinggi antara karyawan dengan organisasi
yang dimana hal ini juga menguntungkan bagi organisasi itu sendiri untuk tidak mengeluarkan
biaya yang besar untuk mencari kandidat pengganti.
Menurut Kristof (1996) dalam Mahardika (2006), person-organization fit (P-O Fit)
dapat diartikan dalam empat konsep yaitu:

  1. Kesesuaian nilai (value congruence) yaitu kesesuaian antara nilai intrinsik individu
    dengan organisasi.
  2. Kesesuaian tujuan (goal congruence) yaitu kesesuaian antara tujuan individu dengan
    organisasi dalam hal ini adalah pemimpin dan rekan sekerja.
  3. Pemenuhan kebutuhan karyawan (employee need fulfillment) yaitu kesesuaian antara
    kebutuhan-kebutuhan karyawan dan kekuatan yang terdapat dalam lingkungan kerja
    dengan sistem dan struktur organisasi.
  4. Kesesuaian karakteristik kultur-kepribadian (culture personality congruence) yaitu
    kesesuaian antara kepribadian (non nilai) dari setiap individu dan kultur organisasi.
    Vianen (2000), menjelaskan konsep person-organization fit dari perspektif
    supplementary fit dan complementary fit. Supplementary fit terjadi apabila individu memiliki
    karakteristik (preferences dan attitudes) yang serupa dengan karakteristik yang dimiliki oleh
    individu-individu lain dalam orgnaisasi yang bersangkutan. Sedangkan complementary fit
    terjadi apabila karakteristik yang dimiliki oleh individu dapat ditambahkan untuk melengkapi
    karakteristik yang tidak dimiliki oleh organisasi itu sendiri. Hal ini dapat terjadi apabila
    individu tersebut memiliki skills khusus yang berguna untuk meningkatan kesuksesan sebuah
    kerja tim.
    Perspektif person-organization fit juga dibedakan menurut French dkk. (1982) dalam
    Vianen (2000), menjadi dua yaitu supplies-values fit dan demands-abilities fit. Perspektif
    supplies-values fit, person-organization fit tercapai apabila organisasi mampu memuaskan
    nilai-nilai yang dimiliki oleh individu atas jasa dan kontribusi mereka pada suatu pekerjaan
    (misalnya, gaji, tunjangan, dan pelatihan). Hal ini dianggap penting sebagai bagian dari
    motivasi dasar bagio individu untuk mendapatkan reward yang ditawarkan organisasi sebagai
    imbal-balik. Jika seorang karyawan memiliki preferensi yang tinggi terhadap pertumbuhan
    (growth), maka fit bisa terjadi jika organisasi memberikan kesempatan pada individu tersebut
    untuk terus berkembang. Sedangkan perspektif demand-abilities fit memandang person-
    organization fit bisa tercapai jika individu memiliki skills dan abilities untuk memenuhi
    tuntutan atau permintaan organisasi. Person-organization fit yang tinggi memberikan
    pemahaman yang lebih baik tentang harapan organisasi dan realisasi individu tugas mereka
    (Gregory dkk., 2010).
    Menurut Bowen dkk. (1991) dalam El-Sakka (2016), terdapat manfaat potensial jika
    menerapkan person-organizational fit dalam organisasi, yaitu:
  5. Pekerja memiliki sikap yang baik (contoh: kepuasan kerja yang tinggi, komitmen
    organisasi dan semangat kelompok).
  6. Perilaku individu yang lebih baik (contoh: kinerja sangat baik dan rendahnya turnover).
  7. Memperkuat desain organisasi (contoh: dukungan rancangan kerja dan budaya
    organisasi)

Bentuk-Bentuk Personal Selling


Dalam kegiatan personal selling ada beberapa cara yang berbeda dalam
upaya mempromosikan produk. Menurut Saladin dan Oesman dalam Firmansyah
(2020:230), personal selling memiliki 3 bentuk diantaranya yaitu:

  1. Field Selling
    Field selling merupakan tenaga penjual yang melakukan penjualan
    di luar perusahaan dengan mendatangi dari rumah ke rumah atau bisa juga
    dari perusahaan ke perusahaan lainnya.
  2. Retail Selling
    Kegiatan retail selling ini yaitu melakukan penjualan dengan cara
    melayani konsumen yang datang ke perusahaan. Konsumen yang datang
    harus dilayani dengan baik oleh penjual.
  3. Executive Selling
    Executive selling adalah hubungan yang dilakukan oleh pemimpin
    perusahaan dengan pemimpin perusahaan lainnya ataupun pemerintah
    tujuannya untuk melakukan penjualan

Personal Selling


Personal selling merupakan salah satu kegiatan dari promosi yang
dilakukan untuk memperkenalkan produk dengan cara tatap muka. Personal
Selling harus dilakukan dengan baik dan rinci, karena hal tersebut dapat
berpengaruh terhadap keyakinan calon pembeli dalam membeli produk yang
ditawarkan.
Menurut Kotler & Armstrong (2020:411), personal selling merupakan
presentasi pribadi yang dilakukan oleh wiraniaga perusahaan dengan tujuan
melakukan penjualan dan membangun hubungan dengan pelanggan.
Menurut (Hidayatullah & Futaqi, 2023) personal selling adalah
komunikasi langsung (tatap muka) antara penjual dengan calon pelanggan untuk
memperkenalkan suatu produk kepada calon pelanggan dan membentuk
pemahaman pelanggan terhadap suatu produk sehingga mereka kemudian akan
mencoba untuk membelinya

Bauran Promosi


Bauran Promosi atau Promotion mix merupakan kombinasi dari jenis
promosi yang dilakukan perusahaan untuk mencapai tujuan pemasaran. Menurut
P. dan G. A. Kotler dalam Ardian & Sudrartono (2021) promotion mix terdiri dari:

  1. Periklanan (Advertising)
    Periklanan merupakan segala bentuk presentasi non personal dan
    promosi ide, barang atau jasa yang dilakukan oleh sponsor yang ditunjuk
    dengan mendapat bayaran.
  2. Promosi Penjualan (Sales Promotion)
    Promosi penjualan adalah insentif jangka pendek untuk mendorong
    keinginan mencoba atau pembelian produk atau jasa.
  3. Penjualan Pribadi (Personal Selling)
    Personal selling merupakan interaksi secara langsung antara satu
    atau lebih calon pembeli dengan tujuan melakukan penjualan produknya.
  4. Hubungan Masyarakat (Public Relation)
    Publik Relation merupakan berbagai program yang dirancang
    untuk mempromosikan dan/atau melindungi citra perusahaan atau produk
    individualnya.
  5. Pemasaran Langsung (Direct Marketing)
    Direct Marketing merupakan hubungan langsung dengan
    konsumen secara individual tujuannya untuk mendapatkan tanggapan
    langsung dan menumbuhkan rasa loyalitas pelanggan. Dalam pemasaran
    langsung ini, pihak perusahaan/penjual cenderung mendatangi langsung
    konsumen untuk menawarkan produk atau jasa mereka.

Identifikasi Organisasi


Identifikasi organisasi merupakan persepsi tentang keutuhan dan kesertaan pada
organisasi, sebagai contoh ketika seorang karyawan mengidentifikasi diri dengan organisasi,
konsep dirinya tidak hanya terlibat pada identitas diri melainkan juga pada identitas organisasi
(Li dkk., 2015). Identifikasi organisasi terjadi ketika karyawan merasakan kesatuan dengan
organisasi dan merasa bahwa karyawan secara individu mampu dan memenuhi keinginan
organisasi. Identifikasi organisasi didefinisikan sebagai hubungan psikologis antara individu
dan organisasi di mana individu merasakan definisi diri yang mendalam ikatan afektif dan
kognitif dengan organisasi sebagai entitas sosial (Edwards dan Peccei, 2007 dalam Cinar,
2019). Menurut Jones dan Volpe (2011) dalam Ismail dkk. (2016), identifikasi organisasi
adalah ketika karyawan merasa mereka adalah bagian penting dari organisasi, dan mengalami
“kesatuan” dengan perusahaan mereka.
Identifikasi organisasi merupakan kondisi penting untuk efisiensi organisasi, hal ini
mengacu pada identifikasi karyawan sebagai bagian dari organisasi untuk mengidentifikasi
dengan organisasi itu sendiri (Kaifi dkk., 2013) . Studi telah menunjukkan bahwa identifikasi
organisasi memainkan peran positif dalam meningkatkan kinerja (Ang et al., 2013; Bobbio &
Manganelli, 2015; Tummers, Groeneveld, & Lankhar, 2013). Menurut Galvin dkk. (2015),
mendefinisikan identifikasi organisasi di tingkat eksekutif sebagai “sejauh mana identitas para
eksekutif itu sendiri dan persepsinya” apakah organisasi tersebut terikat bersama atau tumpang
tindih. Identifikasi organisasi mengarah pada keselarasan tujuan untuk menjadi organisasi yang
lebih efektif.

Promosi


Promosi merupakan kegiatan yang selalu digunakan oleh suatu perusahaan
untuk memperkenalkan produk dan layanan mereka, tujuannya untuk menarik
minat masyarakat agar membeli atau menggunakan produk dan layanan yang
mereka tawarkan. Tujuan dari promosi ini adalah untuk mencari dan mendapatkan
perhatian dari calon pembeli, menciptakan dan menumbuhkan minat pada calon
pembeli, pengembangan rasa ingin tau calon pembeli untuk memiliki barang yang
ditawarkan, memiliki tiga cara paling dasar dimana perusahaan bisa memberi nilai
tambah bagi penawaran mereka, inovasi, penyempurnaan kualitas, atau mengubah
persepsi konsumen (Kotler dan Keller dalam Khotimah & Nurtantiono, 2021).
Menurut Pasal 1 angka (6) Undang Undang No 8 Tahun 1999 tentang
perlindungan konsumen, menyatakan bahwa: “Promosi adalah kegiatan
pengenalan atau penyebarluasan informasi suatu barang dan/ atau jasa untuk
menarik minat beli konsumen terhadap barang dan/atau jasa yang akan dan sedang
diperdagangkan”
Menurut Kotler dalam Permatasari et al (2020) promosi merupakan
aktivitas yang mengkomunikasikan keunggulan dari produk dan membujuk
pelanggan untuk membeli produk tersebut.
Menurut Novianti & Sulivyo (2021) promosi adalah kegiatan yang
dilakukan perusahaan untuk menunjukan keistimewaan-keistimewaan yang
dimiliki produk dan membujuk konsumen untuk membeli produk tersebut.
Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa promosi
merupakan kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengkomunikasikan
keunggulan atau keistimewaan sebuah produk kepada pembeli, tujuannya untuk
membujuk mereka agar membeli produk tersebut

Pengaruh Perceived Organizational Support terhadap KomitmenOrganisasi


Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Heru Santosa (2016) yang
berjudul “Perceived Organizational Support , Karakteristik Tim, Quality Of Work
Life dan Komitmen Organisasi: Studi pada pegawai Universitas Negeri Jakarta”
Menemukan hasil bahwa Perceived organizational support berpengaruh langsung
positif terhadap komitmen organisasi. Hal ini berarti bahwa perceived
organizational support yang kuat,mengakibatkan peningkatan komitmen
organisasi;
Adapun penelitian yang dilakukan Gian Casimir et al (2014) yang berjudul
“The relationships amongst leader-member exchange, perceived organizational
support, affective commitment, and in-role performance”. Menemukan hubungan
positif dan signifikan antara perceived organizational support terhadap komitmen
afektif.
Selanjutnya penelitian Sihar Tambun etal.,, (2019) yang berjudul Pengaruh
Perceived Organizational Support dan Job Satisfaction terhadap Turnover
Intention melalui Komitmen Organisasi sebagai pemoderasi. Menemukan hasil
bahwa komitmen organisasi tidak dapat memoderasi perceived organizational
support dalam turnover intention. Hal ini menunjukan bahwa moderasi komitmen
organisasi dalam pertama perceived organizational support yang diciptakan oleh
perusahaan tidak dapat mempengaruhi turnover intention

Pengaruh Person-Organization Fit terhadap Komitmen Organisasi


Penelitian dalam keilmuan sumber daya manusia mengenai person-
organization fit telah banyak membuktikan bagaimana meningkatkan kesesuaian
antara nilai karyawan dengan nilai organisasi. Beberapa penelitian terdahulu
menerangkan bahwa person-organization fit dihubungkan secara positif dengan
komitmen organisasi ( Astakhova, 2015; Mahardhika, 2006; Oka, 2015; Bangun,
Supartha, & Subudi, 2017)
Penelitian yang dilakukan Sih Darmi Astuti (2010) dalam hasil
penelitiannya yang berjudul “Model Person-organization fit (P-O Fit Model)
Terhadap kepuasan kerja, komitmen organisasional, dan kinerja karyawan
Karoseri Laksana Ungaran”mengemukakan hasil bahwa person-organization fit
dihubungkan secara positif dengan komitmen organisasi.
Selanjutnya, Prabawa & Rozak, (2016) yang berjudul Pengaruh Leader
Member Exchange(LMX) dan Person-Organization Fit (Po-Fit) terhadap
Organization Citizenship Behaviour(OCB) dengan Komitmen Organisasional Dan
Kepuasan Kerja sebagai Variabel Intervening. dalam hasil penelitiannya
mengemukakan hasil bahwa person-organization fit dihubungkan secara positif
dengan komitmen organisasi

Pengaruh Lokasi Terhadap Keputusan Menabung


Lokasi bank adalah tempat perbankan untuk menjual produk/jasa
bank.Lokasi merupakan pertemuan antara penjual dan pembeli dalam negoisasi
untuk mendapatkan kesepakatan pembelian. Ada beberapa jenis lokasi bank yaitu
lokasi kantor pusat, cabang utama, lokasi mesin ATM. Lokasi mempengaruhi
keputusan pelanggan untuk menggunakan produk/jasa Bank. Lokasi yang
strategis dan mudah dijangkau dan mesin ATM yang mudah ditemukan
memungkinkan nasabah memutuskan menabung di Bank.Hasil penelitian dari
Yusuffia Nur Azizah Istiqomah (2015), membuktikan bahwa lokasi berpengaruh
secara signifikan terhadap keputusan menabung

Pengaruh Human Capital terhadap Komitmen Organisasi


Berdasarkan hasil temuan Chen, Wang, S., & Sun, (2012) yang berjudul
“Intellectual Capital and Organizational Commitment Evidence from Cultural
Creative Industries in Taiwan.” Menemukan hasil pengaruh human capital
personal dan modal intelektual terhadap komitmen organisasi, merumuskan
bahwa human capital personal merupakan actecedents dari komitmen organisasi.
Penelitian human capital oleh Sukarti & Kistyanto (2014) yang berjudul
pengaruh Human Capital dan Person-Environment Fit terhadap Komitmen
Organisasi pada PT. Aplikanusa Lintasarta Surabaya memberikan hasil bahwa
human capital berpengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen organisasi.
Human capital juga berpengaruh positif terhadap komitmen organisasi
hasil penelitian dari Mavis Yi-Ching Chen, Yung Shui Wang dan Vicky Sun
(2012). Penelitian ini menjadikan human capital seperti pendidikan, usia personal
dan kepemilikan organisasi sebagai salah satu untuk mewujudkan komitmen
organisasi

Pengaruh Promosi Terhadap Keputusan Menabung


Promosi merupakan strategi bank dalam menginformasikan segala jenis
produk yang ditawarkan dan berusaha menarik calon nasabah yang baru.
Kemudian Promosi berfungsi mengingatkan nasabah akan produk, promosi juga
mempengaruhi nasabah untuk membeli dan akhirnya promosi juga akan
meningkatkan citra bank di mata nasabahnya (Kasmir 2008: 155) dalam
Muhammad Fajar Fahrudin dan Emma Yulianti (2015). Berdasarkan uraian di atas
dapat disimpulkan bahwa promosi merupakan proses mengenalkan produk bank
kepada nasabah dengan tujuan untuk menarik sebanyak-banyaknya nasabah untuk
menabung di Bank Mandiri cabang Surabaya. Hasil penelitian dari Junio Andreti
et al (2013) dan Yusuffia Nur Azizah Istiqomah membuktikan bahwa promosi
berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan menabung

Manfaat penilaian Komitmen Organisasi


Menurut Juniarari (2011) menyatakan bahwa manfaat dari komitmen
organisasi yaitu:

  1. Para pegawai yang serius menunjukkan komitmen tinggi kepada organisasi
    memiliki kemungkinan yang jauh lebih besar untuk menunjukkan tingkat
    keikutsertaan yang tinggi dalam organisasi.
  2. Mempunyai keinginan yang lebih kuat untuk tetap bekerja di organisasi yang
    sekarang dan bisa terus memberikan sumbangan untuk mencapai tujuan..
  3. Secara penuh terlibat dengan pekerjaan, karena pekerjaan tersebut merupakan
    mekanisme kunci dan saluran individu untuk memberikan sumbangan dalam
    pencapaian tujuan organisasi

Indikator Komitmen Organisasi


Menurut Darmawan (2016) komitmen organisasi memiliki tiga indikator
yaitu:
a. Kemauan karyawan, dimana adanya keinginan karyawan untuk mengusahakan
agar tercapainya kepentingan organisasi.
b. Kesetiaan karyawan, yang mana karyawan berkeinginan untuk
mempertahankan keanggotaannya untuk terus menjadi salah satu bagian dari
organisasi.
c. Kebanggaan karyawan, ditandai dengan karyawan merasa bangga telah
menjadi bagian dari organisasi yang diikutinya dan merasa bahwa organisasi
tersebut telah menjadi bagian dalam hidupnya.

Keputusan Menabung


Keputusan adalah sebuah proses pendekatan terhadap penyelesaian
masalah yang terdiri dari pengenalan masalah, mencari informasi, beberapa
penelitian alternatif, membuat keputusan membeli dan perilaku setelah membeli
yang dilalui konsumen (Kotler & Keller 2009: 184). Menurut Basu Swasta dan
Irawan (2008: 118) dalam Muhammad Fajar Fahrudin dan Emma Yulianti (2015)
keputusan pembelian adalah pemahaman konsumen tentang keinginan dan
kebutuhan akan suatu produk dengan menilai dari sumber-sumber yang ada
dengan menetapkan tujuan pembelian serta mengidentifikasi alternatif sehingga
pengambilan keputusan untuk membeli yang disertai dengan perilaku setelah
pembelian.
Menurut Kotler (2009) dalam proses pembelian, pelanggan akan
mengalami beberapa tahap yaitu:

  1. Pengenalan masalah, proses pembelian dimulai saat pembeli mengenali
    suatu masalah atau kebutuhan. Kebutuhan ini kemudian dipicu oleh
    rangsangan internal dan eksternal. Sebuah perusahaan perlu
    mengidentifikasi keadaan yang memicu kebutuhan spesifik. Dengan
    mengumpulkan informasi dari sejumlah konsumen, perusahaan dapat
    mengidentifikasi rangsangan yang paling sering membangkitkan strategi
    pemasaran yang memicu minat pelanggan.
  2. Pencarian informasi, Konsumen sangat tertarik untuk terdorong mencari
    informasi lebih lanjut. Situasi pencarian informasi dibagi menjadi dua
    tingkat yaitu:
    a) Perhatian untuk menguatkan, pada tingkat ini seseorang hanya peka
    terhadap informasi produk.
    b) Pencarian informasi secara aktif melalui berbagai sumber informasi.
  3. Evaluasi Alternatif pada tahap ini pelanggan akan memproses informasi
    produk yang bersaing dan melakukan tinjauan ulang.
  4. Keputusan Pembelian, pelanggan tahap ini melakukan pembelian dimana
    pelanggan bisa menunda atau menghindari keputusan pembelian karena
    mereka dipengaruhi oleh risiko yang dirasakan.
  5. Perilaku pasca pembelian, setelah membeli produk pelanggan akan menjalani
    tahap berikutnya dari kepuasan pasca pembelian, pembelian pasca pembelian
    dan penggunaan produk pasca pembelian. Pelanggan yang puas akan terus
    membeli, sementara yang tidak puas akan berhenti untuk membeli produk dan
    cenderung menyebarkan kabar buruk tersebut kepada orang lain. Oleh karena
    itu, perusahaan harus berusaha untuk memastikan kepuasan pelanggan pada
    semua tingkatan dalam proses pembelian.
    Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa Keputusan menabung
    adalah sebuah proses pendekatan terhadap penyelesaian masalah yang terdiri dari
    pengenalan masalah, mencari informasi, beberapa penelitian alternatif, membuat
    keputusan membeli dan perilaku setelah membeli yang dilalui konsumen.
    Indikator Muhammad Fajar Fahrudin dan Emma Yulianti (2015) dan
    dikembangkan :
  6. Pengenalan masalah.
  7. Pencarian informasi
  8. Evaluasi alternatif
  9. Keputusan Pembelian
  10. Perilaku setelah pembelian

Definisi Komitmen Organisasi


Mustika (2012) komitmen adalah sikap loyal pekerja yang ditunjukkan oleh
keterlibatan pekerja terhadap pencapaian tujuan organisasi. Steers dan Porter
dalam Angelia (2013) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai perasaan dan
sikap individu tentang organisasi secara keseluruhan. Komitmen organisasi ini
ditunjukkan oleh loyalitas terhadap organisasi, adanya penerimaan terhadap
tujuan dan nilai-nilai dalam organisasi, adanya keinginan sungguhsungguh untuk
bekerja demi kepentingan organisasi, dan adanya keinginan untuk tetap berada di
dalam organisasi.
Darmawan (2016) memberikan pendapat mengenai komitmen organisasional
yaitu sikap loyal yang ditunjukkan oleh kebanggaan anggota, kesetiaan anggota,
dan kemauan anggota pada organisasi.
Menurut Amstrong (Isniar Budiarti, et. al 2018:147) menyatakan bahwa
“Pengertian komitmen mempunyai ada 3 (tiga) area perasaan atau perilaku terkait
dengan perusahaan tempat seseorang bekerja diantaranya : Kepercayaan, pada
area ini seseorang melakukan penerimaan bahwa organisasi tempat bekerja atau
tujuantujuan organisasi didalamnya merupakan sebuah nilai yang diyakini
kebenarannya. Keinginan, untuk bekerja atau berusaha di dalam organisasi
sebagai kontrak hidupnya pada konteks ini orang akan memberikan waktu,
kesempatan dan kegiatan pribadinya untuk bekerja diorganisasi atau dikorbankan
ke organisasi tanpa mengharapkan imbalan personal. Dan terakhir keinginan
untuk bertahan dan menjadi bagian dari organisasi.”
Berdasarkan pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa komitmen
organisasi bersumber pada rasa identifikasi (kepercayaan terhadap nilai-nilai
organisasi), keterlibatan (kesediaan berusaha sebaik mungkin demi kepentingan
organisasi) dan loyal ( keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi yang
bersangkutan)

Kualitas Layanan


Kualitas layanan dapat diukur baik atau tidaknya berdasarkan sudut
pandang nasabah bukan berdasarkan penyedia jasa.Meskipun demikian, bukan
berarti kualitas layanan tidak dapat diukur.Pengertian kualitas dapat pula
dibedakan menurut pandangan produsen dan konsumen.Definisi kualitas menurut
produsen adalah kesesuaian terhadap spesifikasi, di mana produsen memberikan
toleransi tertentu yang dispesifikasikan untuk dimensi-dimensi kritis dan tiap
bagian yang dihasilkan.Pada bidang jasa, kualitas dipertahankan dengan
memenuhi standar pelayanan.Dari sudut pandang konsumen, kualitas berarti nilai
yaitu seberapa baik suatu produk atau jasa menyajikan tujuan yang dimaksudkan
dengan tingkat harga yang bersedia dibayar oleh konsumen.Menurut Kotler &
Keller (2009: 143) definisi pelayanan adalah totalitas fitur dan karakteristik
produk atau jasa yang bergantung pada kemampuannya untuk memuaskan
kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat.Kualitas layanan memiliki hubungan
yang erat dengan kepuasan pelanggan.Kualitas layanan memberikan suatu
dorongan kepada pelanggan untuk menjalin ikatan/hubungan yang kuat dengan
perusahaan.Dalam jangka panjang, memungkinkan perusahaan untuk memahami
dengan seksama harapan pelanggan serta kebutuhan mereka.Perusahaan dapat
meningkatkan kepuasaan pelanggan dengan memaksimumkan pengalaman yang
menyenangkan dan meminimumkan pengalaman pelanggan yang kurang
menyenangkan.
Kualitas layanan menurut Kotler (1998) dalam Yusuffia Nur Azizah
(2015) adalah tindakan atau aktivitas yang dapat ditawarkan oleh satu pihak ke
pihak lain yang pada dasarnya tidak menimbulkan kepemilikan apapun. Leonard
Berry di Raymond McLeod Jr.(2008) dan Kotler (2000) dalam Yusuffia Nur
Azizah (2015) mengungkapkan bahwa ada lima faktor penentu kualitas layanan
yang disingkat TERRA:

  1. Tangible/berwujud, bisa jadi bentuk penampilan fisik, peralatan, dan berbagai
    bahan komunikasi seperti atraktif, terpelihara dengan baik.
  2. Emphaty/empati, kemauan karyawan dan atasan untuk lebih memperhatikan
    perhatian pribadi terhadap pelanggan.
  3. Responsiveness/respon cepat, kemauan karyawan dan pengusaha untuk
    membantu dan memberikan layanan dengan cepat dan puas mendengar dan
    menyelesaikan keluhan dari pelanggan.
  4. Reliability/akurat, kemampuan untuk memberikan layanan yang dijanjikan,
    andal, dan konsisten
  5. Assurance/jaminan, kemampuan karyawan untuk menghasilkan kepercayaan
    dan kepercayaan akan janji yang telah di presentasikan ke pelanggan.
    Indikator yang dikembangkan Junio Andreti et al. (2013) :
  6. Layanan yang diberikan sangat baik.
  7. Bank memberikan layanan dengan cepat ketika transaksi
  8. Karyawan sangat ramah.
  9. Karyawan tidak membedakan status sosial nasabah.

Indikator Perceived Organizational Support


Rhoades dalam Dharmawan (2017) mengemukakan tiga indikator dari
Perceived Organizational Support (POS) yaitu fairness, supervisory support, dan
organizational reward and job conditions. Berikut penjelasan dari ketiga indikator
tersebut

  1. Fairness (Keadilan)
    Dimana organisasi dapat bersikap adil kepada karyawan-karyawannya dalam
    berbagai hal. Seperti contohnya pengalokasian sumber daya sesuai dengan quality
    yang organisasi miliki.
  2. Supervisory Support (Dukungan Supervisor)
    Dukungan dan dorongan dari atasan yang berkontribusi dan peduli terhadap
    pekerjaan bawahannya. Sebagai seorang atasan,ia tidak hanya bertugas untuk
    memerintah namun juga ikut turun tangan untuk membantu bawahannya.
  3. Organizational Reward and Job Conditions (Penghargaan Organisasi dan
    Kondisi Kerja)
    Merupakan bentuk apresiasi yang diberikan oleh organisasi kepada karyawan
    karena organisasi telah bekerja dengan baik dan menghasilkan pekerjaan yang
    memuaskan

Definisi Perceived Organizational Support


Menurut Robbins & Judge dalam Anggraheni (2016), perceived
organizational support merupakan persepsi atau penafsiran emosional karyawan
bahwa organisasi memberikan penghargaan atas kontribusi mereka dan peduli
terhadap kesejahteraan fisiologis dan psikologis karyawan.
Selanjutnya Robbins dan Judge (2015), mendefinisikan POS sebagai
keyakinan individu mempercayai bahwa organisasi memperhatikan kesejahteraan
karyawan dan menilai apa yang sudah dilakukan individu bagi organisasi.
Menurut Shukla dan Rai (2015), POS didefinisikan sebagai penilaian mengenai
kepedulian organisasi terhadap kebutuhan sosial emosional, usaha, komitmen dan
loyalitas dari pegawai.
Rhoades dalam Dharmawan (2017) mengungkapkan persepsi Perceived
Organizational Support didefinisikan sebagai identifikasi karyawan mengenai
organisasinya, mengetahui penilaian organisasi yang berkaitan dengan
kontribusinya dan kepedulian organisasi tentang kesejahteraan setiap individu.
Dari beberapa pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa Percived
Organizational Support merupakan persepsi seorang karyawan terhadap
bagaimana dukungan dari sebuah organisasi atau bagaimana organisasi
menghargai atas kontribusi yang telah diberikan karyawan berupa kesejahteraan
mereka

Jenis-jenis Keputusan Pembelian


Keputusan pembelian yang dilakukan oleh seseorang terbagi
menjadi beberapa jenis perilaku pembelian menurut (Kotler A. d., 2003)
di antaranya,

  1. Perilaku pembelian yang rumit. Perilaku ini terdiri dari tiga langkah
    proses, awalnya konsumen mengembangkan keyakinan tentang produk
    tertentu, kedua, konsumen membangun sikap tentang produk tersebut,
    ketiga, konsumen membuat pilihan pembelian yang cermat.
  2. Perilaku pembelian pengurang ketidaknyamanan. Terkadang konsumen
    sangat terlibat dalam pembelian, namun mereka hanya melihat sedikit
    perbedaan antar merek. Dalam situasi ini, setelah pembelian konsumen
    mungkin akan mengalami ketidaknyamanan karena merasakan adanya
    fitur yang tidak mengenakkan atau mendengar kabar yang menyenangkan
    mengenai merek lain dan akan siaga terhadap informasi yang mendukung
    keputusannya.
  3. Perilaku pembelian karena kebiasaan. Pada kondisi ini, keterlibatan
    konsumen rendah serta tidak adanya perbedaan antar merek yang
    signifikan. Konsumen memilih merek karena suatu kebiasaan bukan
    karena kesetiaan yang kuat terhadap merek.
  4. Perilaku pembelian yang mencari variasi. Beberapa situasi pembelian
    ditandai oleh keterlibatan konsumen yang rendah tetapi perbedaan antar
    merek signifikan. Dalam situasi ini konsumen sering melakukan peralihan
    merek, akan tetapi hal ini terjadi karena konsumen mencari variasi dan
    bukannya karena ketidakpuasan.

Keputusan pembelian


Menurut (Kotler P. d., 2012) mendefinisikan perilaku
pelanggan dikutip dari kalimat “The study of how individuals, groups, and
organizations select buy, use and dispose of goods, services, ideas, or
experiences to satisfy their needs and wants” dan defisinisi ini merupakan
perilaku pelanggan adalah ilmu yang mempelajari bagaimana individu,
kelompok dan organisasi dalam menyeleksi, membeli, menggunakan dan
membuang barang, jasa, ide ataupun pengalaman. Dengan memenuhi
kebutuhan pelanggan akan melakukan keputusan pembelian sesuai dengan
produk yang menarik dan dibutuhkan. Menurut (Fausan, 2020) keputusan
pembelian merupakan proses yang akan dialami oleh konsumen pada
kegiatan pembelian suatu produk yang akan dipertimbangkan oleh
konsumen sehingga konsumen akan melakuan tindakan memilih suatu
produk dari beberapa alternatif yang ada. Perusahaan dapat mempengaruhi
keputusan pembelian dapat menganalisis dan mempersiapkan kelebihan
produk maka persaingann dalam produk dapat menjadi lebih unggul
sehingga dapat menguntungan bagi pihak perusahaan. (Evelina, 2013)

Manfaat Person- Organization Fit


Menurut Bowen dalam Afianty (2005) terdapat manfaat potensial yang dapat
diperoleh dengan menerapkan person-organization fit dalam organisasi, yaitu:

  1. Pekerja memiliki sikap yang baik (seperti: kepuasan kerja yang tinggi,
    komitmen organisasi dan semangat kelompok).
  2. Perilaku individu yang lebih baik (seperti: kinerja lebih baik dan rendahnya
    turnover).
  3. Memperkuat desain organisasi (seperti: dukungan rancangan kerja dan budaya
    organisasi).

Indikator Person- Organizational Fit


Menurut Kristof dalam Astuti (2010) Person-Organization Fit (P-O Fit)
dapat diartikan dalam empat indikator yaitu :

  1. Kesesuaian nilai (value congruence)
    adalah kesesuaian antara nilai instrinsik individu dengan organisasi
  2. Kesesuaian tujuan (goal congruence),
    adalah kesesuaian antara tujuan individu dengan organisasi dalam hal ini
    adalah pemimpin dan rekan sekerja
  3. Pemenuhan kebutuhan karyawan (employee need fulfillment)
    adalah kesesuaian antara kebutuhan-kebutuhan karyawan dan kekuatan yang
    terdapat dalam lingkungan kerja dan struktur organisasi
  4. Kesesuaian karakteristik kultur-kepribadian (culture personality congruence)
    adalah kesesuaian antara kepribadian (non nilai) dari setiap individu dan iklim
    atau kultur organisasi

Indikator promotion


menurut (Tjiptono F. , Strategi Pemasaran, Edisi III, 2008) Indikator
Promosi diantaranya :

  1. Periklanan Merupakan salah satu bentuk promosi yang menggunakan
    media cetak untuk menyampaikan komunikasi kepada konsumen,
    biasanya melalui media seperti banner, poster, dan lain sebagainya.
  2. Penjualan personal Penjualan personal adalah interaksi langsung,
    komunikasi tatap muka antara penjual dengan pembeli untuk
    memperkenalkan produknya.
  3. Promosi penjualan Promosi penjualan adalah promosi untuk menambah
    dan mengkoordinasikan kegiatan pengambilan keputusan pembelian,
    tujuannya untuk menarik pelanggan.
  4. Hubungan masyarakat Hubungan masyarakat yaitu upaya komunikasi
    menyeluruh untuk mempengaruhi opini, keyakinan dan sikap konsumen
    terhadap perusahaan.

Definisi Person- Organization Fit


Person-organization fit telah didefinisikan dalam beberapa cara termasuk
kesesuaian nilai, kesesuaian sasaran, dan kecocokan antara kebutuhan karyawan
(Ahmadi et al., 2014).
Menurut Edwards & Bilsberry (2010), person-organization fit yaitu
kecocokan karyawan dengan organisasi yang berhubungan dengan ukuran nilai-
nilai dan perilaku seseorang terhadap kesesuaian dengan budaya organisasi atau
perusahaan. Kristof menulis dalam personel psychology tentang apa yang disebut
kesesuaian dengan organisasi adalah “kompabilitas (keadaan penyesuaian diri)
yang terjadi ketika satu entitas menghidangkan sesuatu yang dibutuhkan oleh
pihak lain, saling berbagi karakteristik yang serupa, atau gabungan dari
keduanya.” (Bakrie dkk., 2014).
Selanjutnya, Kristof dalam Astuti (2010) mengartikan kesesuaian tersebut ke
dalam empat konsep, yaitu kesesuaian nilai (value congruence), kesesuaian tujuan
(goal congruence), pemenuhan kebutuhan karyawan (employee need fulfillment),
dan kesesuaian karakteristik kultur-kepribadian (culture personality congruence).
Berdasarkan beberapa definisi person-organiation fit, dapat disimpulkan
bahwa person-organizational fit merupakan kesesuaian nilai antara individu
dengan organisasi juga karakteristik individu dengan organisasi

Jenis-jenis Promotion


Menurut (Religa, 2021) ada berbagai jenis-jenis promosi yang
dapat dilakukan untuk promosi produk, seperti:

  1. Traditional Marketing
    Salah satu jenis promosi yang bisa Anda coba adalah
    traditional marketing atau pemasaran tradisional. Meski termasuk cara
    lama, jenis promosi ini masih banyak digunakan dan cukup efektif. Jenis
    promosi ini masih menggunakan media cetak. Mulai dari koran, papan
    reklame, dan juga brosur. Tak hanya media cetak, media elektronik juga
    termasuk sebagai bentuk promosi tradisional. Promosi elektronik adalah
    iklan yang ada di TV atau radio. Meskipun dikatakan sebagai cara
    tradisional, jangkauan jenis promosi ini sangat luas. Sayangnya, pelaku
    bisnis membutuhkan biaya yang cukup besar untuk bisa melakukan
    kegiatan promosi ini.
  2. Digital Marketing
    Ada juga pemasaran digital yang saat ini populer dan lebih
    efektif. Media sosial dijadikan sebagai sarana untuk melakukan promosi
    produk. Cara ini dianggap efektif karena jangkauan pasarnya sangat luas
    dan bisa lebih spesifik. Tak hanya itu, dilihat dari segi biaya jenis promosi
    ini jauh lebih ekonomis dibandingkan dengan jenis promosi yang lain.
  3. Direct Marketing
    Pemasaran secara langsung atau direct marketing, ada
    keunggulan atau ciri tersendiri dari jenis promosi tersebut. Ciri khasnya
    adalah menggunakan sales representative yang melakukan komunikasi
    secara langsung dengan para konsumen. Promosi secara langsung ini dapat
    dikatakan lebih efektif dalam menjalin interaksi langsung dengan para
    konsumen, sehingga bisa menarik konsumen untuk melakukan pembelian
    produk baik barang atau jasa pada waktu yang sama. Dalam melakukan
    promosi langsung ini membutuhkan tenaga dan juga tempat seperti stand
    kecil. Bisa juga dilakukan dengan cara berkeliling atau door to door.
  4. Endorsement
    Jenis promosi yang juga sesuai dengan era digital adalah
    endorsement. Endorsement sama dengan digital marketing yang
    memanfaatkan media 18ocial. Hanya saja dalam endorsement ada bantuan
    dari influencer untuk melakukan promosi produk

Tujuan dan Manfaat Penilaian Human Capital


Menurut Fitz-Enz dalam Endri (2011), Tujuan yang ingin dicapai dalam
melakukan pengukuran human capital adalah untuk:

  1. Mengkomunikasikan harapan kinerja yang spesifik
  2. Mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi dalam organisasi
  3. Mengidentifikasi gap kinerja yang harus dianalisis dan dieliminasi
  4. Mengetahui kontribusi modal manusia dalam bereproduksi
  5. Memberikan umpan balik dengan membandingkan kinerja terhadap standar
  6. Mendukung keputusan berkaitan dengan alokasi sumber daya, proyeksi, dan
    jadwal
    Manfaat yang diperoleh melakukan penilaian menurut Armstrong (2012)
    dapat digunakan sebagai dasar untuk:
  7. Merencanakan, mengorganisasi, memonitor dan mengukur keefektikan
    sumber daya manusia di dalam organisasi
  8. Merencanakan pengelolaan sumber daya manusia ke masa depan
  9. Menyusun strategi dan metode yang tepat dalam mengembangkan sumber
    daya manusia
  10. Mengukur, mengefisienkan dan keefektifan program bagian pengembangkan
    sumber daya manusia
  11. Mengukur keefektifan strategi bisnis dengan performance
  12. Mengukur modal manusia dengan performance

Indikator Human Capital


Yang dan Lin dalam Ramanda (2015) menemukan bahwa human capital
merupakan asset inti dalam sebuah organisasi yang memiliki komponen penting.
Komponen Human Capital tersebut diuraikan sebagai berikut :

  1. Pengetahuan
    Pengetahuan adalah informasi yang di dapat untuk memperoleh pemahaman,
    pembelajaran dan pengalaman. Pengetahuan adalah hasil “tahu” melalui panca
    indera manusia : Indera penglihatan, pendengaran , penciuman , rasa dan raba.
    Pengetahuan bisa berasal dari pengetahuan ilmiah dan pengetahuan karena
    pengalaman. Anggit NP (2015) .
  2. Keterampilan
    Menurut Muzni Ramanto, Soemarjadi, Wikdati Zahri dalam Sinau (2018)
    Kata keterampilan identik dengan kata kecekatan. Orang yang dikatakan terampil
    adalah orang yang dalam mengerjakan atau menyelesaikan pekerjaannya secara
    cepat dan benar.
  3. Pengalaman
    Handoko (2009 : 27) menyatakan bahwa Pengalaman kerja seseorang
    menunjukkan jenis-jenis pekerjaan yang telah dilakukan seseorang yang
    memberikan peluang besar bagi seseorang untuk melakukan pekerjaan yang lebih
    baik selama jangka waktu tertentu.
  4. Kompetensi
    Menurut Isniar Budiarti (2013) Kompetensi merupakan kemampuan yang ada
    dalam diri seseorang untuk melaksanakan suatu pekerjaan yang akan
    membedakan prestasi antara seorang individu dengan individu lainnya.
  5. Sikap
    Menurut Robbins (2006) sikap adalah pernyataan evaluatif-baik yang
    menguntungkan atau tidak menguntungkan-mengenai objek, orang, atau peristiwa

Definisi Human Capital


Human capital mencerminkan kemampuan kolektif perusahaan untuk
menghasilkan solusi terbaik berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh orang-
orang yang ada dalam perusahaan tersebut dan akan meningkat jika perusahaan
mampu menggunakan pengetahuan yang dimiliki oleh karyawannya (Baron dan
Amstrong, 2013).
Human capital didefinisiskan menurut Kong and Thomson,Snell and Dean Jr
(Isniar Budiarti 2017).
“Human capital contends knowledge, human skills, competency,
attitude, behaviour and personal experiences as employee. It exists in
human resources in the form of cumulative tacit knowledge and human
skills through a sequence of HRM functions such as employee selection,
development and deployment.”
Yang dan Lin (dalam Ramanda 2015) menemukan bahwa human capital
merupakan asset inti dalam sebuah organisasi, yang mencakup pengetahuan,
kecakapan, pengalaman, kompetensi, dan sikap. human capital merupakan segala
sesuatu mengenai manusia dengan segala kapabilitas yang dimilikinya, sehingga
dapat menciptakan nilai bagi organisasi untuk mencapai tujuan. Sukoco dan
Prameswari (2017).
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa human capital merupakan kemampuan
kolektif perusahaan untuk menghasilkan solusi terbaik berdasarkan pengetahuan
yang dimiliki oleh orang-orang yang ada dalam perusahaan tersebut, dimana akan
meningkat jika perusahaan mampu menggunakan pengetahuan yang dimiliki oleh
karyawannya

Manfaat brand positioning


brand positioning yaitu sebuah strategi yang dibentuk untuk
menggaet minat pelanggan. Namun, sekarang ini, brand
positioning memiliki beragam manfaat lain yang dapat menguntungkan
perusahaan. diantaranya

  • mendorong perusahaan untuk menganalisis kompetitornya
  • meningkatkan loyalitas pelanggan
  • perusahaan dapat menentukan kualitas dan harga produk yang sesuai
  • efektif untuk menyaring aspirasi dan kebutuhan pelanggan

Jenis-jenis pemasaran


Dengan adanya jenis-jenis pemasaran akan mempermudah
penjualan produk sehingga banyak yang mengetahui produk yang jual.
Dikutip dari artikel (Kompas.com, 2021) Adapun Beberapa jenis-jenis
pemasaran yang perlu diketahui, yaitu:

  1. Iklan
    Iklan yaitu jenis pemasaran paling sangat umum. Iklan adalah merupakan
    strategi pemasaran berbayar yang menggunakan beragam jenis media yang
    meliputi televisi, surat kabar, radio, media daring, hingga billboard.
    Sehingga informansi produk akan tersebar luas sehingga penjualan dapat
    maksimal.
  2. Internet
    Pemasaran menggunakan internet mulai tersebar luas sejak era digital. Dan
    bentuk pemasaran ini dilakukan dengan cara beriklan melalui website,
    mesin pencari, media online, hingga media sosial. Sehingga
    mempermudahkan calon pelanggan untuk melihat produk yang ditawarkan
    dan bagi calon pelanggan akan lebih mudah mencari informasi tentang
    produk.
  3. MLM
    MLM atau multi level marketing yaitu pemasaran dengan menjaring
    customer dari penjualan langsung dan untuk menerapkan sistem
    berjenjang. Seringkali metode MLM tak hanya menjual namun juga
    seringkali merekrut orang menjadi tenaga pemasarnya. Sehingga untuk
    penjualan dengan cara MLM akan cepat sekali menyebar luas.
  4. Branding
    Branding pemasaran merupakan metode pengenalkan produk agar lebih
    dikenal oleh masyarakat sebagai calon pelanggan. Dan branding juga dapat
    dilakukan dengan berbagai macam cara, seperti menjaga kualitas,
    pelayanan pasca penjualan, hingga logo yang akan menarik calon
    pelanggan agar terlihat siap untuk di produksi dan digunakan oleh calon
    pelanggan.
    Jadi untuk kesimpulannya dapat diketahui dalam marketing
    memiliki kegiatan yang harus dilakukan oleh perusahaan untuk
    mempromosikan sebuat produk atapun layanan yang di tawarkan. Dalam
    melakukan promosi perusahaan akan menargetkan calon pelanggan yang
    sesuai dengan kebutuhan ataupun keinginan calon pelanggan. Selain itu
    adanya pemasaran juga membantu konsumen untuk memudahkan
    menemukan produk yang dibutuhkan atau diinginkan oleh konsumen. Dan
    ketika marketing sesuai dengan perkiraan targetnya makan perusahaan
    akan mendapatkan keuntungan

Bauran Pemasaran


Bauran yang terdapat pada marketing mix dikutip oleh (McCarthy, 1995)
ada 4P diantaranya Product, Price, Place dan promotion. Ke empat variable
tersebut upaya yang bisa dilakukan untuk menerapkan strategi pemasaran

  1. Product (Produk)
    Produk adalah inti penting dari bauran pemasaran. Apapun
    aktivitas pemasaran yang di awali dengan produk. Produk bukanlah entitas
    fisik saja akan tetapi itu menangkap seluruh aspek berwujud dan tidak
    berwujud seperti layanan, kepribadian, organisasi, dan ide. Dan tanpa
    produk, akan tidak memiliki harga, promosi ataupun tempat jual. Karena
    itu, dari 5actor5e 4 P, Produknya adalah P yang paling elemental. Dan di
    sini, pentingnya memahami hubunngan tentang 5actor5 produk dan bauran
    pemasaran. Bauran produk merupakan seluruh rangkaian yang ditawarkan
    oleh perusahaan kepada pelanggannya. Keputusan mengenai bauran
    produk akan bergantung pada banyak 5actor seperti:
  • Rancangan
  • Fitur
  • Nama merk
  • Variasi produk
  • Kualitas
  • Jasa
  • Pengemasan, pengembalian, dll.
  1. Price (Harga)
    Harga yaitu nilai moneter yang dibayar oleh setiap pelanggan
    untuk memperoleh atau memiliki produk suatu perusahaan sehingga
    komponen penghasil pendapatan yang penting bagi perusahaan.
    Keputusan penetapan harga yang harus diambil dengan sangat hati-hati,
    Produk yang dihargai terlalu tinggi, mungkin akan mengalami kesan
    berkualitas tinggi. Dan strategi penetapan harga bisnis harus sesuai dengan
    tujuan yang ingin dicapai dan keseluruhan organisasi. Agar dapat berbaur
    dengan 6actor. Berikut adalah keputusan bauran harga perlu
    mempertimbangkan stategi pemasaran di bawah ini:
  • Metode penetapan harga; kebijakan; strategi
  • Benefit
  • Diskon, rabat
  • Periode pembayaran
  • Kebijakan kredit
  1. Promotion (Promosi)
    Salah satu strategi pemasaran pada 4P ini bertujuan melayani
    dua tujuan. Yang pertama, memberi informasi kepada calon pelanggan
    tentang infromasi produk yang dipasarkan, Dan kedua, dapat membujuk
    calon pelanggan untuk membeli dan memakai produk yang ditawarkan.
    Dan strategi promosi ini demikian akan mencakup apapun cara yang dapat
    digunakan untuk berkomunikasi dengan target pasar. Bauran promosi yang
    efektif akan selalu memastikan agar penjualan yang baik dan pemasar
    harus berusaha untuk menciptakan lingkungan sekitar yang kondusif.
    Adapun elemen bauran promosi adalah:
  • Periklanan
  • Penjualan pribadi
  • Hubungan Masyarakat
  • Pemasaran langsung
  • Publisitas -media 6actor, cetak, dll.
  • Promosi penjualan
    4 Place (Tempat) atau Distribusi
    Tempat atau distribusi fisik yang berkaitan dengan
    kepemilikan produk dari produsen ke pelanggan. Dan dihitung margin
    keuntungan tergantung pada seberapa cepat dapat menyerahkan suatu
    produk. Semakin cepat produk telah mencapai titik penjualan, Maka
    semakin besar kemungkinannya memuaskan pelanggan dan akan
    meningkatkan loyalitas merek. Karenanya itu Tempat sangat penting
    untuk memastikan daya saing produk. Berikut ini adalah elemen-elemen
    campuran distribusi:
  • Saluran distribusi
  • Keputusan pergudangan
  • Penanganan produk
  • Logistik
  • Kontrol inventaris
  • Proses pemesanan
  • Cakupan

Proses Manajemen Pemasaran


Secara spesifik pada strategi marketing terdapat uraian untuk menjelaskan
setiap langkah-langkah yang tidak bisa terlewatkan dan harus dilakukan
oleh seorang manajer marketing. Dan dimana menurut (Sedjati, 2015)
dalam proses marketing dapat dijelaskan sebagai berikut :

  1. Analisis Peluang Pemasarn
    Pada tahap ini analisis peluang pemasaran dan alternative dalam segi pasar
    sasaran, memiliki tahap perencanaan yang menhasilkan alternative
    sehingga strategi pemasaran dan alternative bauran semua pemasaran. Dan
    kemudian untuk tahap penglaksanaan yaitu alokasi sumber daya marketing
    dan sedangkan tahap pengendalian evaluasi suatu kinerja perusahaan.
    Menjadi suatu yang harus dihadapi oleh setiap perusahaan.
  2. Penelitian dan Pemilihan Pasar Sasaran
    Gejala yang semakin banyak selama ini karena perusahaan memilih pasar
    sasarannya yang dituju. Dan keaadan ini juga disebabkan oleh perusahaan
    yang menyadari bahwa pada dasarnya perusahaan tidak melayani seluruh
    pelanggan dengan baik dalam pasar tersebut. Bisa diartikan dari pasar
    sasaran yaitu pasar yang terdiri dari pelanggan dengan kebutuhan ataupun
    keinginan tertentu yang mungkin mampu untuk mengambil bagian dari
    jual beli untuk memuaskan kebutuhan atau keinginan tersebut.
  3. Perencanaan suatu Strategi Pemasaran
    Dalam suatu perencanaan strategi adalah tugas dari strategi perencanaan
    guna membantu keseluruan perusahaan. Hal ini dalam proses manajerial
    dari mengembangkan dan memelihara suatu perpaduan diantaranya
    sumber daya organisasi dan kesempatan pasar dan tugas ini termasuk dari
    perencanaan untuk proses produksi keuangan, sumber daya manusia dan
    lain-lain. Sehingga dapat dikatakan bahwa perencanaan strategi marketing
    yaitu sebuah tujuan, sasaran dan kebijakan serta aturan yang mengarahkan
    usaha marketing dari waktu ke waktu.
  4. Perencanaan Program Pemasaran
    Rencana pemasaran yaitu strategi pemasaran dan yang berhubungan
    dengan waktu untuk strategi marketing. Dan setelah membuat
    pengembangan suatu rencan pemasaran seorang manajer harus focus
    dengan pelaksanaan yang akan dilaksanakan dan keputusan operasional
    yang juga merupakan keputusan dalam jangka pendek berfungsi untuk
    membantu dalam pelaksanaan strategi dan memandukan rencana
    perusahaan dalam rencana besar

Jenis Marketing


Dari artikel (entrepreneur, n.d.) Fungsi marketing ada 4 yaitu
Meningkatkan Motivasi untuk Melihat Masa Depan, Koordinasi
Pemasaran yang Lebih Efektif, Merumuskan Tujuan Perusahaan,
Pengawasan Kegiatan Pemasaran. Berikut merupakan penjelasan dari 4
fungsi marketing

  1. Meningkatkan motivasi untuk melihat masa depan
    Suatu manajemen perusahaan harus memiliki planning untuk dapat
    berfikir secara luas ke depan, Dan hal ini disarankan untuk menjaga ritme
    ataupun keberlangsungnya perusahaan. Sehingga manajemen perusahaan
    harus berusaha untuk tidak selalu mengikuti ritme pasa, namun sesekali
    mencoba menggebrak pasar dengan sesuatu yang baru demi kenyamanan
    suatu perusahaan.
  2. Koordinasi pemasaran yang lebih efektif
    Dalam strategi pemasaran memiliki suatu fungsi sebagai untuk pengatur
    dalam berjalannya arah sebuah perusahaan sehingga membuat tim
    koordinasi akan menjadi jauh lebih baik dan terarah sehingga untuk
    kedepannya perusahaan bagian pemasaran jauh lebih efektif.
  3. Merumuskan tujuan perusahaan
    Dengan strategi pemasaran, perusahaan dibantu untuk merumuskan suatu
    tujuan yang akan dicapai perusahan, sehingga pada tujuan perusahaan
    sangat dijaga agar tujuan perusahaan akan terus berjalan dan tercapai, baik
    itu tujuan dalam jangka panjang ataupun dalam jangka pendek.
  4. Pengawasan kegiatan pemasaran
    Pengawasan pada kegiatan pemasaran sangat perlu karena dengan
    pengawasan semua hal dapat dikendalikan dengan mudah dan lebih
    diperhatikan supaya peningkatan mutu dan kualitas semakin terjamin
    sehingga para pelanggan akan puas.

Hubungan Komitmen Organisasi terhadap Kinerja Karyawan


Komitmen merupakan derajat dimana seorang karyawan
mengidentifikasi dirinya dengan organisasi tertentu beserta tujuannya dan
berkeinginan untuk mempertahankan keanggotannya di dalam organisasi
tersebut (Robbins & Judge, 2010).
Peningkatan komitmen, kemampuan dan keterampilan sumber daya
manusia sangat dibutuhkan untuk peningkatan kinerja karyawan, oleh karena
itu sangat diperlukan kebijakan-kebijakan yang tepat untuk mendukung hal
tersebut.Hasil penelitian terdahulu oleh Hidayat (2018) menyatakan bahwa
komitmen organisasi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap
kinerja karyawan. Artinya semakin baik komitmen karyawan terhadap
organisasi, maka akan meningkat kinerja karyawan

Marketing


Pada dunia pemasaran merupakan aktivitas untuk
menyampaikan informasi dan menawaran sebuah produk kepada
pelanggan dan kegiatan ini sangat terencana dilakukan oleh sebuah
perusahaan upaya akan mampu untuk menyanggupi permintaan pasar
yang ada sehingga keuntungan dalam strategi penjualan akan maksimal
dengan melakukan beberapa startegi yang perlu perusahaaan terapkan
sehingga tujuan dari pemasaran itu sendiri akan berjalan. Dan banyak
perusahaan menggunakan teknik marketing untuk mencapai tujuan dan
defisini sebagai penjualaan maupun periklanan menjadi satu bagian dari
strategi pemasaran. Marketing juga melibatkan hal-hal seperti produk,
promosi, perancangan, menetapkan pasar sasaran dan banyak lagi.
Menurut (Kotler & Armstrong, Prinsip-prinsip
Pemasaran,Jilid 1, 2008) pemasaran atau marketing yaitu proses
perusahaan membuat nilai untuk pelanggan dan membangun suatu
hubungan dengan pelanggan dan dengan tujuan yang jelas menangkap
nilai dari pelanggan sebagai bentuk imbalannya
Jadi, bisa disimpulkan bahwa marketing kegiatan untuk
kepuasan konsumen dan memenuhi kebutuhannya, baik dengan membuat
produk yang inovatif kemudian memberi harga yang relative terjangkau
dan mempromosikan dan pada akhirnya terjadilah penjualan.

Hubungan Iklim Organisasi terhadap Kinerja Karyawan


Peningkatan kinerja karyawan juga dapat dicapai dapat dilihat apabila
lingkungan kerja dapat menunjang terhadap kinerja para anggotanya.Lingkup
organisasi menyangkut seluruh aspek lingkungan sosial, baik formal maupun
informal yang dirasakan oleh para anggota organisasi dan lingkungan tersebut
dapat mempengaruhi pekerjaannya.Suasana lingkungan kerja yang dirasakan
oleh masing-masing individu dalam sebuah organisasi sering disebut iklim
organisasi.
Iklim organisasi yang kondusif memberikan rasa aman dan
memungkinkan para karyawan untuk dapat bekerja optimal (Simamora,
2010).Dibutuhkan iklim organisasi yang kondusif untuk menunjang
pelaksanaan tugas karyawan.Iklim organisasi merupakan faktor yang penting
dalam usaha peningkatan kinerja karyawan di perusahaan.
Hasil dari beberapa penelitian Roselina, dkk(2013) dan Sumarningsih,
dkk(2013) menemukan bahwa iklim organisasi berpengaruh signifikan
terhadap kinerja karyawan. Semakin tinggi pengaruh iklim organisasi maka
semakin meningkat kinerja karyawan.

Hubungan Promosi dengan Keputusan Pembelian


Kotler dan Amstrong (2007), menyatakan adanya pengaruh promosi tusan
pembelian karena promosi memiliki tujuan untuk mendorong konsumen untuk
membeli, banyak audiens sasaran mungkin memiliki keyakinan tetapi tidak
bermaksud untuk melakukan pembelian. Promosi juga bisa diartikan sebagai
kegiatan memperkenalkan produk, meyakinkan pembeli dengan harapan akan
bergerak hatinya secara sukarela membeli produk tersebut , Kotler dan Amstrong
(2007). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Comaeni Enril Ferdinan, dan Rini
Nugraheni (2013) dengan hasil bahwa promosi berpengaruh positif dan signifikan
terhadap keputusan pembelian

Hubungan Kualitas Produk dengan Keputusan Pembelian


Tjiptono (2002:76) dalam memberikan definisi mengenai kualitas, yaitu:
“suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia dan
lingkungan yang memenuhi atau melebihi standar (4 harapan) yang telah
ditetapkan”. Kotler (2002:49) “kualitas adalah keseluruhan ciri serta sifat dari
suatu produk atau pelayanan yang berpengaruh pada kemampuannya untuk
memuaskan kebutuhan yang dinyatakan/tersirat”. Kualitas baik itu produk
maupun pelayanan merupakan hal yang perlu mendapatkan perhatian utama dari
sebuah perusahaan, mengingat kualitas berkaitan erat dengan masalah keputusan
konsumen yang merupakan tujuan dari kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh
sebuah perusahaan. Berdasarkan penelitian Baedowi Za 2012 dengan hasil
penelitian kualitas produk, kesesuaian harga, intensitas promosi berpengaruh
dalam keputusan pembelian Rokok Djarum super.

Hubungan Iklim Organisasi terhadap Komitmen Organisasi


Komitmen organisasional adalah suatu syarat dalam peningkatan kerja
dan prestasi kerja organisasi, sehingga secara tidak langsung adanya
komitmen tersebut akan berhubungan dengan pencapaian tujuan organisasi.
Hal itu terjadi karena apabila karyawan memiliki komitmen yang tinggi
terhadap organisasi maka akan muncul loyalitas kepada organisasi dan
menjalin hubungan aktif dan saling mendukung dalam mencapai tujuan
organisasi yang bersangkutan. Pegawai akan bekerja, bersikap, dan
berperilaku baik dank eras untuk organisasi maka akan memiliki kmitmen
yang tinggi terhadap organisasi (Luthans, 1998). Dari penjelasan tersebut
dapat dikatakan bahwa iklim organisasi berpengaruh terhadap kmitmen
organisasional.
Hasil penelitian terdahulu Widiarti dan Dewi (2016)menemukan
bahwa iklim organisasi berpengaruh positif terhadap komitmen organisas

Keputusan Konsumen


Menurut Kotler dan Amstrong (2011 :226 ), Keputusan Pembelian adalah
tahap dalam proses pengambilan keputusan pembelian dimana konsumem benar –
benar membeli.
Pengetahuan akan keputusan pembelian sangat diperlukan para pemasar
untuk mengetahui niat konsumen terhadap suatu produk maupun untuk
memprediksi perilakun konsumen dimasa mendatang. (Setiadi, 2003:15)

Hubungan antara Person-Organizational Fit terhadap KomitmenOrganisasi


Person-organization fit berhubungan secara positif dengan komitmen
organisasi, bahwa kesesuaian nilai-nilai individu dengan nilai-nilai organisasi
telah memberikan yang mendalam tentang meningkatkan kesesuaian antara
karyawan dengan perusahaan, mempertahankan karyawan dalam jangka
panjang dengan meningkatkan komitmen karyawan terhadap perusahaan
Kristof (1996) dalam Dian Hidayat (2018).
Penelitian dalam keilmuan sumber daya manusia mengenai person-
organization fit telah banyak membuktikan bagaimana meningkatkan
kesesuaian antara nilai karyawan dengan nilai organisasi. Beberapa penelitian
terdahulu menerangkan bahwa person-organization fit dihubungkan secara
positif dengan komitmen organisasi (Ahmadi et al, 2014).
Hasil penelitian terdahulu Istanti (2018) menemukan bahwa person-
organization fit berpengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen
organisasi

Saluran Distribusi


Menurut Revanz (Angipora 2002:295) menyatakan bahwa Saluran
Distribusi adalah sekelompok pedagang dan agen perusahaan yang
mengkombinasikan antara pemindahan fisik dan nama dan suatu produk untuk
menciptakan kegunaan pasar tertentu.
Menurut Waltres (dalam Angipora, 2002:296), menyatakan bahwa saluran
distribusi adalah sekelompok pedagang dan agen perusahaan yang
mengkombinasikan antara pemindahan fisik dan nama dan suatu produk untuk
menciptakan kegunaan pasar tertentu.
Bentuk-Bentuk Saluran Distribusi Menurut Angipora (2007: 193), proses
penyaluran produk sampai ke tangan konsumen akhir dapat menggunakan saluran
yang panjang ataupun pendek sesuai dengan kebijakan saluran distribusi yang
ingin dilaksanakan perusahaan.

  1. Saluran Distribusi Langsung Menurut Angipora (2007: 193), saluran distribusi
    langsung adalah bentuk penyaluran barang-barang atau jasa-jasa dari produsen ke
    konsumen dengan tidak melalui prantara. Bentuk saluran distribusi langsung dapat
    dibagi dalam empat macam, yaitu:
    a. Selling at the point production Adalah bentuk penjualan langsung yang
    dilakukan ditempat produksi.
    b. Selling at the producer’s retail stroren Adalah penjualan yang dilakukan
    ditempat pengecer. Bentuk penjualan ini biasanya produsen tidak
    melakukan penjualan langsung kepada konsumen tapi melalui pihak
    pengecer.
    c. Selling door to door Adalah penjualan yang dilakukan oleh perusahaan
    langsung ke konsumen dengan mengarahkan salesnya ke rumah-rumah
    atau kantor-kantor konsumen.
    d. Selling through mail Adalah penjualan yang dilakukan perusahaan
    dengan menggunakan jasa pos.
  2. Saluran Distribusi Tidak Langsung Menurut Gitosudarmo (2008: 255), saluran
    distribusi tidak langsung adalah bentuk saluran distribusi yang menggunakan jasa
    perantara dan agen untuk menyalurkan barang atau jasa kepada para konsumen.
    Bentuk saluran distribusi tidak langsung dapat dibagi dalam tiga macam, yaitu:
    a. Distribusi Intensif Adalah cara distribusi dimana barang yang
    dipasarkan itu di usahakan agar dapat menyebar seluas mungkin sehingga
    dapat secara intensif menjangkau semua lokasi dimana calon konsumen itu
    berada.
    b. Distribusi Selektif Adalah cara distribusi dimana barang-barang hanya
    disalurkan oleh beberapa penyalur saja yang dipilih atau selektif.
    c. Distribusi Eksekutif Adalah bentuk penyaluran yang hanya
    menggunakan penyalur yang sangat terbatas jumlahnya, bahkan pada
    umumnya hanya ada satu penyalur tunggal untuk satu daerah tertentu.

Indikator Komitmen Organisasi


Komitmen adalah keterlibattan antara karyawan dan organisasi secara
keseluruhan: Karyawan memiliki komitmen tinggi terhadap pekerjaan ketika
mereka puas dengan pekerjaan mereka, dan kondisi kerja yang nyaman untuk
mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan keahlian karyawan.
Karyawan sangat membutuhkan kondisi kerja, jam kerja dan
partisipasi aktif dalam organisasi agar dapat bekerja dengan sukses. Organisasi
harus memastikan bahwa karyawan menunjukkan komitmen tingkat tinggi
Robbins & Judge(2009) menjelaskan 3 item yang digunakan untuk
mengukur komitmen karyawan pada organisasi, yaitu :
a. Komitmen afektif (Affective commitment).
Terjadi karena karyawan ingin menjadi bagian dari organisasi
karena adanya ikatan emosional.
b. Komitmen Berkelanjutan (Continuance commitment)
timbul apabila karyawan tetap bertahan pada suatu organisasi
karena membutuhkan gaji dan keuntungan-keuntungan lain, atau
karena karyawan tersebut tidak menemukan pekerjaan lain.
c. Komitmen Normatif (Normative commitment)
Timbul dari nilai-nilai dalam diri karyawan.Karyawan bertahan
menjadi anggota organisasi karena kesadaran bahwa komitmen
terhadap organisasi merupakan hal yang seharusnya dilakukan

Promosi


Kotler dan Keller (2009) Promosi juga berkaitan erat dengan masalah
keputusan konsumen. Promosi adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran yaitu
aktifitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi atau
membujuk, mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar
bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan
yang bersangkutan.
Sedangkan menurut Gitosudarmo (2002 :237) promosi merupakan
kegiatan yang di tunjukan untuk mempengaruhi konsumen agar mereka menjadi
kenal akan produk yang ditawarkan perusahaan kepada mereka dan mereka
menjadi senang lalu membeli produk itu.
Pada dasarnya kegiatan promosi tidak hanya dilakukam oleh perusahaan
atau penjual saja,tetapi juga sering menggunakannya, misalnya seorang konsumen
yang memasang iklan pada sebuah surat kabar untuk mencari barang atau jasa
yang diperlukan dari pihak lain.
Menurut (Stanton, 2002), promosi terdiri atas lima unsur atau metode
promosi, diuraikan sebagai berikut:

  1. Periklanan (Advertising)
    Periklanan adalah semua bentuk penyajian nonpersonal dan promosi ide,
    promosi barang atau jasa yang dilakukan oleh sponsor yang dibayar.
  2. Promosi Penjualan (Sales Promotion)
    Promosi penjualan adalah variasi insentif jangka pendek untuk
    merangsang pembelian atau penjualan suatu produk atau jasa.
  3. Hubungan Masyarakat dan Publisitas (Public Relation and Publicity)
    Hubungan masyarakat adalah suatu usaha (variasi) dari rancangan
    program guna memperbaiki, mempertahankan, atau melindungi perusahaan atau
    citra produk. Publisitas adalah suatu komunikasi promosional tentang perusahaan
    atau produk yang dihasilkan perusahaan, yang disajikan melalui media, akan tetap
    tidak dibayar oleh sponsor atau perusahaan.
  4. Penjualan Pribadi (Personal Selling)
    Penjualan pribadi atau tatap muka adalah penyajian lisan dalam suatu
    pembicaraan dengan satu atau beberapa pembeli potensial dengan tujuan untuk
    melakukan penjualan.
  5. Pemasaran Langsung (Direct Marketing)
    Komunikasi secara langsung yang digunakan dari mail, telepon, fax, e-
    mail, atau internet untuk mendapatkan tanggapan langsung dari konsumen secara
    jelas.

Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Komitmen Organisasi


Luthans (2006) mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi
komitmen organisasi diantaranya, yaitu :

  1. Variabel Orang. Variabel orang ini meliputi usia, kedudukan, nilai
    individu dalam organisasi dan di posisi seperti efektivitas positif
    atau negative, atau atribusi kontrol internal dan eksternal.
  2. Variabel Organisasi. Variabel organisasi meliputi desain pekerjaan,
    nilai, dukungan, kondisi internal organisasi dan gaya
    kepemimpinan penyelia.
  3. Variabel non-organisasi. Variabel non-organisasi yaitu adanya
    alternatif lain setelah memutuskan untuk bergabung dengan
    organisasi akan mempengaruhi komitmen selanjutnya

Kualitas Produk


Kotler (2002) Kualitas produk berkaitan erat dengan dengan masalah
keputusan konsumen. Kualitas produk adalah kemampuan suatu barang untuk
memberikan hasil/ kinerja yang sesuai atau melebihi dari apa yang diinginkaan
pelanggan .Kotler dan Amstrong (2001:346) adalah segala sesuatu yang dapat
ditawarkan kepasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, digunakan, atau
dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. Setiap perusahaan
yang mengingkinkan sebaiknya mengetahui kebutuhan dan keinginan pelanggan.
Pada usaha ritel, strategi produk dapat diterapkan melalui (C. Widya utami,
2006):

  1. Variasi
    Dengan memberikan variasi terhadap produk sejenis yang saling
    menggantikan satu sama lain, dapat memberikan suatu pilihan terhadap para
    konsumen. Dan dengan melakukan suatu keputusan untuk memilih, konsumen
    tidak akan terpaksa untuk melakukan suatu keputusan untuk membeli.
  2. Keberagaman
    Banyaknya jenis barang yang ditawarkan, akan mampu memenuhi
    kebutuhan dan keinginan konsumen. Dengan keragaman produk yang disediakan,
    akan mampu menjaring pasar yang lebih luas lagi.
  3. Ketersediaan Barang
    Ketersediaan barang adalah suatu strategi yang sangat penting untuk
    dilakukan. Karena percuma suatu gerai yang menyediakan produk yang
    lengkap dan beragam, tetapi tidak memiliki cukup barang untuk dijual. Dengan
    ketersediaan barang yang terjaga akan mampu membuat konsumen untuk
    melakukan keputusan untuk membeli dan juga dapat membuat konsumen untuk
    melakukan pembelian ulang.

Definisi Komitmen Organisasi


Komitmen adalah tingkat di mana karyawan mengidentifikasi dengan
organisasi tertentu dan tujuan-tujuannya dan ingin mempertahankan
keanggotaannya dalam organisasi (Robbins & Judge, 2010).
Dengan menyediakan suasana yang nyaman bagi karyawan, mereka
dapat berkontribusi secara efektif dan efisien.Dalam suatu organisasi, setiap
karyawan harus selalu bersikap ramah terhadap kepemimpinan dan antara
karyawan. Tanpa komitmen yang baik, karyawan tidak akan memberikan
kontribusi maksimal kepada organisasi.
Meidina (2015) Komitmen karyawan adalah tingkatan dimana seorang
pekerja mengidentifikasi diri dengan perusahaan dan tujuan-tujuannya dan
berkeinginan untuk memelihara keanggotaannya dalam perusahaan.Komitmen
karyawan didorong dengan kondisi lingkungan kerja yang adil untuk
karyawan, semakin tinggi karyawan dihargai, semakin tinggi juga komitmen
karyawan pada perusahaan tersebut.
Robbins (2001) dalam Muhammad Fauzan Baihaqi (2010), komitmen
pegawai pada suatu organisasi adalah suatu kondisi dimana karyawan
memihak kepada organisasi tertentu dan tujuan-tujuannya, serta bernniat
menjaga keanggotannya dalam organisasi itu.
Komitmen terhadap organisasi atau komimen karyawan adalah suatu
perilaku yang dapat diartikan sebagai :
a. Kepercayaan dan penerimaan yang kuat terhadap nilai-nilai dan
tujuan organisasi
b. Ketersediaan untuk berusaha semaksimal mungkin untuk
kepentingan organisasi.
c. Keinginan yang kuat untuk mempertahankan keanggotaannya
dalam organisasi

Perilaku Konsumen


Proses perilaku konsumen yang mengambil keputusan harus dipahami
pemasar perusahaan dengan tujuan untuk membuat strategi yang tepat dan
mempunyai target yang baik. Perilaku konsumen yang berhubungan dengan
masalah keputusan pergantian merk yang diambil seseorang dengan
persaingannya dan penentuan untuk mendapatkan dan mempergunakan barang
dan jasa. Perilaku konsumen diartikan sebagai perilaku pembelian konsumen akir,
baik individu maupun rumah tangga, yang membeli produk untuk konsumsi
personal Kotler dan Amstrong (2008).
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen yaitu Menurut
(Kotler, Amstrong, 2006) konsumen sangat dipengaruhi oleh karakteristik budaya,
sosial, pribadi dan psikologis. Faktor-faktor tersebut tidak dapat sepenuhnya
dikendalikan oleh pemasar, akan tetapi harus diperhitungkan . Faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku konsumen dalam keputusan pembelian yaitu :

  1. Faktor Kebudayaan
    Faktor kebudayaan yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen,
    berkaitan dengan budaya yang dianut oleh individu dan masyarakat sekitar. Dari
    ruang lingkupnya, faktor kebudayaan memberikan pengaruh yang paling luas dan
    paling dalam terhadap perilaku konsumen.
  2. Faktor Sosial
    Faktor sosial merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen
    dari sisi eksternal individu. Yang termasuk ke dalam faktor sosial adalah
    kelompok referensi, keluarga serta peran dan status.
  3. Faktor Pribadi
    Keputusan pembelian yang dilakukan individu juga dipengaruhi oleh
    karakteristik yang ada pada dirinya. Beberapa karakteristik individu yang dapat
    mempengaruhi keputusan pembelian adalah usia dan tahapan dalam siklus hidup,
    pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup serta kepribadian dan konsep.
  4. Faktor Psikologis
    Kebutuhan yang harus dipenuhi oleh seseorang tidak selalu bersifat
    fisiologis, yaitu pemenuhan kebutuhan fisik, misalnya pemenuhan kebutuhan akan
    rasa lapar, haus, dan sebagainya. Pada saat tertentu, seseorang akan memenuhi
    kebutuhan yang bersifat psikologis. Kebutuhan psikologis merupakan kebutuhan
    yang timbul dari keadaan fisiologis tertentu, misalnya kebutuhan untuk diakui,
    harga diri atau kebutuhan untuk diterima dalam masyarakat. Beberapa hal yang
    termasuk ke dalam faktor psikologis ini adalah:
  5. Motivasi
    Motivasi muncul karena adanya kebutuhan yang dirasakan oleh
    konsumen.kebutuhan sendiri muncul karena konsumen merasakan
    ketidaknyamanan antara yang seharusnya dirasakan dam yang
    sesungguhnya dirasakan.kebutuhan yang dirasakan tersebut mendorong
    seseorang untuk melakukan tindakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
    Artinya, motivasi adalah daya dorong yang muncul dari seseorang
    konsumen yang akan mempengaruhi proses Keputusan konsumen dalam
    membeli dan menggunakan barang.
  6. Persepsi Konsumen
    Persepsi Konsumen adalah proses dimana kita memilih, mengatur ,dan
    menerjemahkan masukan informasi untuk menciptakan gambaran dunia
    yang berarti. Poin utamanya adalah bahwa persepsi tidak hanya tergantung
    pada rangsangan fisik, tetapi juga pada hubungan rangsangan terhadap
    bidang yang mengelilinginya.
  7. Sikap Konsumen
    Sikap Konsumen adalah faktor penting yang akan mempengaruhi
    keputusan konsumen. Konsep sikap sangat terkait dengan konsep
    kepercayaan dan perilaku. sikap merupakan ungkapan perasaan konsumen
    tentang suatu objek apakah disukai atau tidak. dan sikap yang
    menggambarkan kepercayaan konsumen terhadap berbagai atribut dan
    manfaat objek tertentu.

Dimensi dan Indikator Iklim Organisasi


Stringer dalam Wirawan (2010) bahwa karakteristik atau dimensi iklim
organisasi bisa mempengaruhi motivasi anggota organisasi untuk
berperilaku demikian. Ia juga mengatakan enam dimensi yang di perlukan
yaitu :

  1. Struktur. Struktur membuat perasaan bahwa karyawan di
    organisasi dengan baik dan mempunyai definisi yang jelas
    mengenai peran dan tanggung jawab mereka Indikator struktur
    terdiri atas :
    a. Peran yang jelas dalam pekerjaan
    b. Tanggung jawab pekerjaan
  2. Standar-standar. Mengukur perasaan tekanan untuk
    memperbaiki kinerja dan derajat kebanggaan yang dimiliki
    karyawan dalam melakukan pekerjaannya dengan baik.
    Indikator standar terdiri atas :
    a. Derajat kebanggaan pada perusahaan dan pekerjaan
    b. Mempengaruhi perasaan karyawan
  3. Tanggung jawab. Mempengaruhi perasaan karyawan bahwa
    mereka menjadi seorang yang lebih unggul dan tidak pernah
    meminta pendapat mengenai keputusannya dari orang lain.
    Iindikator tanggung jawab ialah : kemandirian dalam
    menyelesaikan pekerjaan.
  4. Pengakuan. Perasaan memberi karyawan imbalan yang layak
    setelah menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Indikator
    pengakuan ialah : imbalan atau upah yang di terima karyawan
    setelah menyelesaikan pekerjaan.
  5. Dukungan. Mempengaruhi perasaan karyawan mengenai
    kepercayaan dan saling mendukung yang berlaku dikelompok
    kerja. Indikator dukungan ialah :
    a. Hubungan dengan rekan kerja yang lain
    b. Hubungan dengan atasan
  6. Komitmen. Mempengaruhi perasaan bangga dan berkomitmen
    sebagai anggota organnisasi. Meliputi pemahaman karyawan
    mengenai tujuan yang ingin di capai perusahaan

Manajemen Pemasaran


Sehubungan dengan permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini
maka diperlukan adanya teori-teori atau konsep-konsep yang memerlukan
penjelasan. Manajemen Pemasaran memegang peranan sebagai suatu faktor
penting untuk tetap bertahan menjalankan usaha dan bergelut dalam dunia
persaingan. Manejemen Pemasaran merupakan faktor vital sebagai strategi
perusahaan dalam menjalankan usahanya, yang terutama behubungan dengan
konsumen. Kata pemasaran berasal dari kata pasar, atau juga diartikan dengan
mekanisme yang mempertemukan permintaan dan penawaran.
Kotler dan Keller (2009) mengemukakan manajemen pemasaran sebagai
seni dan ilmu memilih pasar sasaran dan mendapatkan, menjaga, dan
membutuhkan pelanggan dengan menciptakan, menyerahkan dan
mengkomunikasikan nilai pelanggan yang unggul

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Iklim Organisasi


a. Karakteristik internal
Terdiri dari kondisi dalam organisasi yang diatur dan ditentukan
dalam mencapai tujuan organisasi. Karakteristik internal dikenal oleh
berbagaidimensi :
1.Formalisasi, yaitu tingkat penggunaan dokumentasi tertulis
2.Spesialisasi, yaitu derajat pembagian tugas
3.Sentralisasi, yaitu berupa pembagian kekuasaan dan proses
pengambilan keputusan
4.Otoritas, yaitu berupa pembagian tugas dan pengambilan keputusan
5.Profesionalisme, yaitu menggambarkan tingkat pendidikan anggota
6.Konfigurasi, yaitu menunjukkan pembagian anggota ke dalam
bagian-bagian
b. Karakteristik organisasi secara keseluruhan
Organisasi yang memiliki karakteristik tertentu sebagai sistem
terbuka untuk mencapai tujuan dapat, secara keseluruhan, dipahami
dengan memahami ukuran organisasi, teknologi dan lingkungan yang
digunakan, faktor organisasi umum, ukuran organisasi, teknologi, dan
lingkungan yang mendukung organisasi.Mempengaruhi iklim
anggota, anggota berinteraksi secara langsung atau tidak langsung
dengan faktor-faktor tertentu.
c. Karakteristik individu
Seperti disebutkan di atas, iklim organisasi ini muncul dari
hasil interaksi individu dalam organisasi. Iklim adalah atmosfer yang
dirasakan oleh orang-orang yang terlibat dalam organisasi. Dengan
demikian, karakteristik individu seperti persepsi, sifat, kemampuan
mempengaruhi iklim organisasi. Demikian pula, harapan dan nilai-
nilai yang telah diadopsi setiap individu di masa lalu akan
mempengaruhi proses interaksi. Karakteristik individu berbeda satu
sama lain, memberi warna pada iklim yang terbentuk

Faktor-faktor Penjualan


Menurut Swastha (2012:129), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
penjualan, yaitu:

  1. Kondisi serta Kemampuan Penjual
    Penjual dan pembeli memiliki keterlibatan yang intens
    dalam kegiatan transaksi jual-beli. Untuk dapat mencapai
    keberhasilan target penjualan perusahaan, penjual perlu memiliki
    kemampuan untuk dapat meyakinkan dan mendapatkan perhatian
    serta kepercayaan konsumennya. Maka dari itu, penjual sudah
    sewajarnya untuk memahami sejumlah hal penting sebagai berikut:
  2. Jenis barang
  3. Harga
  4. Ketentuan kegiatan jual-beli, seperti sistem bayar, distribusi
    / pengiriman, servis konsumen, garansi produk dan lain-
    lain.
  5. Kondisi Pasar
    Pasar adalah sekelompok konsumen yang merupakan target
    pasar sebuah perusahaan, pasar memiliki peran besar dalam
    kegiatan penjualan perusahaan. Terdapat beberapa hal yang
    mempengaruhi kondisi pasar yang harus diketahui, yaitu:
  6. Macam-macam variasi pasar
  7. Segmentasi atau sekumpulan konsumen
  8. Kemampuan membeli konsumen
  9. Frekuensi pembelian konsumen
  10. Kemauan dan kepentingan konsumen
  11. Modal
    Modal atau yang biasa disebut dana adalah hal yang
    esensial untuk sebuah perusahaan guna mengembangkan
    perusahaannya. Modal perusahaan diartikan sebagai modal kerja
    atau working capital perusahaan yang dipakai untuk membayar
    biaya yang dikeluarkan supaya perusahaan dapat berjalan dan
    berujung mencapai target penjualan perusahaan. Modal biasanya
    digunakan perusahaan untuk melakukan penyetokan stok produk,
    alat transportasi, tempat untuk beroperasi, upaya promosi dan
    lainnya. Dengan menyediakan modal yang tepat, akan lebih mudah
    bagi penjual untuk dapat menjual barangnya kepada konsumen.
  12. Kondisi Organisasi Perusahaan
    Organisasi perusahaan memiliki arti sebagai sebuah proses
    dimana sekumpulan orang melakukan interaksi guna mencapai
    tujuan perusahaan. Sehubungan dengan itu, maka kondisi
    organisasi perusahaan merupakan kondisi dari proses yang
    dilakukan guna mencapai tujuan perusahaan. Di dalam proses
    tersebut, pastinya terdapat lika-liku yang terjadi sehingga
    diperlukan atasan yang mampu memberikan arahan kepada
    karyawannya sehingga proses terlaksanakan dengan lancar.
  13. Faktor lainnya
    Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi penjualan adalah
    faktor periklanan, pergelaran acara, campaign giveaway dan
    lainnya. Akan tetapi, biasanya hanya perusahaan bermodal yang
    dapat melakukan kegiatan tersebut dikarenakan membutuhkan
    modal yang cukup banyak. Sedangkan bagi perusahaan yang baru
    merintis, akan lebih terbatas untuk dapat melakukan hal-hal
    tersebut.

Definisi Iklim Organisasi


Iklim organisasi adalah pemahaman anggota organisasi (secara
individul dan kelompok) dan mereka secara tetap berkaitan dengan organisasi
(misalnya konsumen, pemasok, konsultan dan kontraktor) menegenai apa
yang terjadi di lingkungan dalam organisasi secara rutin, yang mempengaruhi
perilakudan sikap organisasi dan kinerja anggota organisasi yang kemudian
menentukan kinerja organisasi (Wirawan, 2010).
Luthans dalam Simamora (2011) iklim organisasi adalah lingkungan
dalam atau ilmu organisasi.Iklim organisasi mempengaruhi penerapan dan
kebijakan SDM yang diterima oleh anggota organisasi. Perlu diketahui bahwa
setiap organisasi akan memliki iklim organisasi yang berbeda. Berbagai
pekerjaan yang diatur dalam organisasi, atau tipe orang yang hadir yang ada
akan menggambarkan perbedaan tersebut.
Iklim adalah hasil akhir dari perilaku sekelompok orang dalam suatu
organisasi.Iklim organisasi juga dapat dianggap sebagai kepribadian
organisasi, karena karakteristik lingkungan kerja hanya dirasakan dan
mempengaruhi perilaku anggota, dan iklim organisasi muncul sebagai akibat
dari kegiatan dalam organisasi.
Ada beberapa teori iklim organisasi yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

  1. Teori Steers
    Steers (1977) mempresentasikan hubungan antara beberapa
    faktor penentu iklim, hasil individu, dan efektivitas organisasi, dengan
    faktor penentu iklim organisasi adalah kebijakan dan praktik
    manajemen, struktur organisasi, teknologi, dan lingkungan eksternal.
  2. Teori Likert
    Likert (1986) mengembangkan instrumen yang sesuai dengan
    kondisi perilaku dan gaya kepemimpinan yang diterapkan. Fitur dari
    skala Likert adalah kepemimpinan, motivasi, interaksi, komunikasi,
    penetapan tujuan, pengambilan keputusan dan kontrol.
  3. Teori Litwin dan Stringer
    Litwin dan Stringer (1968) menggunakan teori McClelland
    tentang tiga kebutuhan (prestasi, afiliasi, dan kekuasaan) sebagai
    motivasi utama untuk menentukan bahwa ketiga kebutuhan
    dipengaruhi oleh iklim organisasi. Ada juga sembilan dimensi iklim
    organisasi: struktur, tanggung jawab, penghargaan, risiko, kebaikan,
    kehangatan hati, dukungan, standar, konflik, dan identifikasi.
    Dari beberapa teori yang telah dikemukakan di atas, para ahli
    memiliki konsep iklim organisasi yang berbeda-beda. Namun teori yang
    berbeda tersebut memiliki karakteristik yang menggambarkan iklim
    organisasi dan berbeda dari konsep yang lain.
    Adapun karakteristik adalah sebagai berikut:
  4. Iklim secara umum dapat berubah kapan saja
  5. Lingkungan adalah persepsi dan bagian dari anggota organisasi
    yang dapat membentuk konsensus di antara individu.
  6. Terdiri dari pengaruh global anggota organisasi melalui interaksi
    dengan kebijakan, struktur, dan proses organisasi lainnya dan
    organisasi.
  7. Persepsi iklim lebih menggambarkan peristiwa dan kondisi
    lingkungan daripada penilaiannya.
  8. Iklim mungkin dapat mempengaruhi perilaku individu.

Jenis-jenis Penjualan


Menurut Swastha (2012:11), terdapat beberapa jenis-jenis penjualan, yaitu:

  1. Trade Selling
    Trade Selling adalah kegiatan dimana penjual utama menjual
    produknya kepada pengecer atau penjual lainnya untuk menjual kembali
    produknya. Jenis penjualan ini bertujuan untuk meningkatkan penjualan
    dengan memasarkan produknya seluas mungkin.
  2. Missionary Selling
    Missionary Selling bertujuan untuk meningkatkan penjualan
    dengan memberikan dorongan kepada konsumen untuk membeli barang
    dari distributor perusahaan yang menjual produk milik perusahaan.
    Perusahaan yang menggunakan jenis penjualan ini umumnya mempunyai
    channel pemasaran nya sendiri.
  3. Technical Selling
    Technical Selling bekerja dengan cara memberikan penjelasan dan
    saran mengenai produk atau jasanya kepada konsumen. Dalam jenis
    penjualan ini, tenaga kerja diminta agar dapat menjadi pendengar dan
    penganalisa serta problem solver. Contoh perusahaan yang menggunakan
    jenis penjualan ini adalah toko klinik kecantikan.
  4. New Business Selling
    New Business Selling bertujuan untuk mengubah dari yang
    awalnya hanya calon pembeli menjadi pembeli sungguhan dengan
    membujuk dan mengubah perspektif pembeli. Contoh perusahaan yang
    paling sering menggunakan jenis penjualan ini adalah perusahaan asuransi.
  5. Responsive Selling
    Responsive Selling bekerja dengan memberikan arahan kepada
    setiap tenaga kerja nya untuk dapat memberikan tanggapan atau bereaksi
    terhadap permintaan konsumen. Dalam jenis penjualan ini penjualan yang
    terjadi terlalu besar. Namun begitu, dengan hubungan yang baik dengan
    konsumen, perusahaan dapat memberikan nilai dan menghasilkan
    pembelian berulang.

Iklim Organisasi


Setiap organisasi atau perusahan mempunyaicara sendiri dalam
mengelola usahanya. Sebabitu, organisasi mempunyai iklim berbeda dengan
iklim organisasi lainnya.kondisi bisa bersifat menekan, netral maupun bisa
bersifat mendukung, tergantung bagaimana cara mengaturnya, sebab itu setiap
organisasi mempunyai kondisi kerja yang berbeda dan unik. Organisasi
biasanya selalu bisa mempertahankan individ-individu yang sesuai dengan
iklimnya, sehingga dalam tingkatan tertentu dapat bertahan.
Iklim organisasi merupakan salah satu aspek yang sangat penting
sebagai fungsi MSDM yaitu fungsi pemeliharaan karyawan agar tujuan
organisasi bisa tercapai

Penjualan


Penjualan merupakan suatu aktivitas jual-beli dengan menggunakan
rencana yang strategis untuk digunakan dalam usaha bisnis, yang bertujuan untuk
mendapatkan laba dari hasil penjualan. Menurut Wardani (2022), penjualan
adalah suatu upaya produsen dalam menyediakan dan memberikan benda yang
menjadi kebutuhan konsumen dengan sejumlah harga yang telah disetujui dengan
tujuan membimbing konsumen untuk melakukan pembelian. Tujuan dari
penjualan adalah untuk mengubah minat konsumen untuk membeli produk,
mencapai target penjualan, menunjang pertumbuhan perusahaan dan mendapatkan
keuntungan. Konsep penjualan adalah sebuah usaha bisnis memproduksi produk
dan kemudian menarik konsumen untuk membeli produknya agar permintaan
konsumen dapat terpenuhi dengan menggunakan metode penjualan.

Indikator Person-Organization Fit


Adapun indikator-indikator person-organization fit sebagai berikut
Kristof (1996) dalam Dian Hidayat (2018) mengemukakan ada empat konsep
yang dijadikan indikator adalah :

  1. Kesesuaian Nilai
    Kesesuaian antara nilai yang menyatu antara individu dengan
    organisasi, Robbins (2008) bahwa untuk menghubungkan kepribadian
    dan nilai seorang individu didasarkan pada kesesuaian antara karakter.
  2. Kesesuaian Tujuan
    Kesesuaian antara tujuan individu dengan organisasi dalam hal ini
    adalah pemimpin dan rekan sekerja. Organisasi mempunyai tujuan
    tertentu, begitu pula orang-orang yang ada didalam organisasi juga
    memiliki tujuan tertentu.
  3. Keaesuaian Pemenuhan Kebutuhan karyawan
    Kesesuaian antara kebutuhan-kebutuhan karyawan dan kekuatan yang
    terdapat dalam lingkungan kerja dengan system dan struktur
    organisasi.
  4. Kesesuaian karakteristik kultur-kepribadian
    Kesesuaian antara kepribadian (non nilai) dari setiap individu dan
    iklim atau kultur organisasi. Maksud kultur atau budaya organisasi
    adalah norma, nilai, kepercayaan, filsafat, kebiasaan organisasi

Bauran Pemasaran


Bauran Pemasaran atau yang dikenal sebagai marketing mix adalah suatu
strategi pemasaran yang dilakukan oleh badan usaha atau perusahaan untuk dapat
mencapai tujuan pemasarannya. Menurut Musfar (2020), bauran pemasaran
adalah suatu alat pemasaran yang digunakan perusahaan dengan tujuan
mengetahui dan menaklukkan tanggapan dari sasaran pasar perusahaan. Bauran
pemasaran terdiri dari komponen-komponen penting dalam pemasaran.
Komponen-komponen yang disebut dengan 4P tersebut, memiliki pengertian
sebagai berikut:

  • Product
    Product atau Produk adalah suatu hal yang diperjual-belikan oleh
    produsen kepada konsumen dalam suatu bisnis. Produk merupakan barang
    atau jasa yang harus mempunyai value atau nilai manfaat dari suatu
    produk dibandingkan dengan produk atau jasa dari kompetitor lain.
    Menurut Musfar (2020), produk adalah suatu benda berbentuk maupun
    tidak berbentuk yang diciptakan guna melengkapi kebutuhan individu
    maupun kelompok individu tertentu. Indikator produk menurut Menurut
    Kotler dan Armstrong (2018:78) adalah:
    a) Variasi,
    b) Kualitas,
    c) Fitur,
    d) Desain,
    e) Merek,
    f) Kemasan,
    g) Pelayanan.
    Jika suatu perusahaan mampu memenuhi kebutuhan dan keinginan
    pelanggannya, maka strategi pemasaran perusahaan tersebut dapat
    dikatakan berhasil. Dengan memiliki value lebih, perusahaan dapat
    memberikan rasa kepercayaan dan keamanan kepada konsumen sehingga
    konsumen juga akan menaruh rasa loyalitas kepada perusahaan. Ditambah
    lagi pada zaman ini, persaingan bisnis sudah semakin ketat membuat
    jumlah produk atau jasa yang serupa mudah sekali ditemukan oleh
    konsumen dimanapun. Produk harus dikembangkan secara sempurna
    sebelum perusahaan mulai menentukan strategi pemasaran yang akan
    dilakukan supaya konsumen senang dengan produk yang ditawarkan
    perusahaan.
  • Price
    Price atau Harga merupakan biaya yang diberikan oleh konsumen
    kepada perusahaan sebagai timbal balik dari adanya pertukaran barang
    atau jasa perusahaan kepada konsumen. Harga adalah unsur bauran
    pemasaran tunggal yang membuahkan keuntungan sedangkan unsur
    lainnya mengeluarkan biaya (Simanjuntak dkk, 2021). Menurut Musfar
    (2020), harga memiliki peran yang penting sebagai penentuan keuntungan
    dan kesinambungan perusahaan. Harga yang diberikan oleh perusahaan
    kepada konsumen telah ditimbang dan dievaluasi secara intensif karena hal
    tersebut berkaitan erat dengan identitas dari suatu perusahaan. Indikator
    harga menurut Tjiptono (2019:210) adalah:
    a) Harga Terjangkau,
    b) Harga Sesuai dengan Kualitas,
    c) Harga Sesuai dengan Manfaat,
    d) Kemampuan Harga Bersaing.
    Biasanya konsumen akan membandingkan harga produk dengan
    kompetitor terlebih dahulu kemudian konsumen akan menentukan untuk
    membeli produk yang mana sehingga dapat berpengaruh terhadap
    penjualan perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan patut mempunyai
    strategi penetapan harga yang baik, salah satu langkah yang paling umum
    adalah dengan memperhatikan harga pasar dan menghitung harga modal
    produk. Hal lainnya yang penting untuk dipertimbangkan dalam
    melakukan penetapan harga, yaitu:
    a) Nilai atau value dari suatu produk atau jasa
    b) Komparasi harga dengan kompetitor
    c) Promo / Diskon
    d) Laba
  • Promotion
    Promotion atau promosi adalah suatu aktivitas utama yang
    dilaksanakan oleh perusahaan guna menumbuhkan angka penjualan suatu
    perusahaan. Menurut Kotler dan Armstrong (2018:78), promosi
    merupakan upaya perusahaan dalam mempresentasikan faedah produk
    bagi konsumen dan membujuk calon konsumen dalam melakukan
    transaksi. Promosi memiliki nilai esensial yang tinggi karena dapat
    meluaskan nama merek serta meningkatkan penjualan (Musfar, 2020).
    Menurut Maino (2022), promosi adalah satu dari elemen bauran
    pemasaran yang digunakan perusahaan untuk memberi informasi,
    meyakinkan, dan mengingatkan konsumen terhadap perusahaan. Cara
    yang dilakukan adalah dengan menawarkan dan menginformasikan produk
    kepada konsumen. Promosi dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik
    secara offline seperti face-to-face, atau door-to-door dan juga promosi
    secara online yang dikenal sebagai digital marketing yang dilakukan
    melalui media sosial, internet, dan lainnya. Harapan dari melakukan
    kegiatan promosi adalah agar konsumen dapat mengetahui dan mengenal
    serta merasa tertarik untuk membeli produk perusahaan. Dalam melakukan
    kegiatan promosi, perusahaan memiliki dua inti sasaran yaitu, pertama
    untuk meningkatkan brand awareness perusahaan supaya banyak orang
    yang tahu. Kedua, untuk membujuk calon konsumen dalam membeli
    produk perusahaan. Indikator promosi menurut Wijaya (2013:109) adalah:
    a) Media Promosi,
    b) Kreativitas Promosi,
    c) Diferensiasi Promosi,
    d) Kualitas Tenaga Pemasar.
  • Place
    Place atau Tempat, adalah posisi atau letak dimana perusahaan
    akan menjalankan proses transaksi jual-beli produknya, baik barang
    ataupun jasa. Menurut Alma (2018), definisi dari tempat adalah lokasi
    berdirinya suatu perusahaan dan dimana suatu perusahaan beroperasi
    dengan tujuan memperoleh keuntungan. Alma (2018) mengemukakan
    bahwa tempat dapat menjadi penentu dari kesuksesan atau
    ketidakberhasilan suatu bisnis di masa yang akan datang. Indikator tempat
    menurut Kotler (2012:122) adalah:
    a) Sistem Transportasi,
    b) Ketersediaan Produk,
    c) Waktu Penantian.
    Letak lokasi perusahaan berdiri bersifat fundamental bagi
    perusahaan karena dapat memberikan menggambarkan citra perusahaan
    dalam pandangan konsumen, sehingga perusahaan harus dapat mencari
    lokasi yang strategis sehingga memberikan rasa kenyamanan kepada
    konsumen. Salah satu faktor penentu keberhasilan suatu usaha adalah
    pemilihan tempat atau lokasi, perusahaan harus memilih lokasi yang
    strategi atau lokasi yang ramai dikunjungi atau yang ramai dilewati orang.
    Tujuan dari memilih lokasi yang strategis adalah agar calon konsumen
    merasa tertarik untuk mengunjungi tempat usaha dan merupakan sebuah
    plus point jika lokasinya mudah ditemukan. Namun di zaman serba digital
    ini, banyaknya perusahaan bermunculan di internet atau media sosial
    sehingga menyebabkan perusahaan tidak begitu memerlukan lokasi yang
    strategis dikarenakan proses jual-beli hanya dilakukan via online saja.
    Tetapi bagi perusahaan konvensional yang masih berjualan secara offline,
    maka lokasi yang strategis menjadi hal yang penting bagi perusahaan.

Definisi Person Organization Fit


Person Organization Fit (P-O Fit) adalah kesesuaian antara nilai-nilai
individu dengan organisasi (Kristof, 1996). Pada penelitian mengenai seleksi
karyawan, person organization fit dapat diartikan sebagai kecocokan atau
kesesuaian antara calon karyawan dengan karakter organisasai.
Person Organization Fit didasarkan pada dugaan keinginan individu
untuk menjaga kesesuaian mereka dengan nilai-nilai organisasi. Kristof-
Brown dan Billsberry (2013) Person-Organization Fit sebagai kesesuaian
antara personal dan organisasi, yang terjadi ketika satu pihak memberikan
kebutuhan pihak lainnya, atau kedua pihak berbagi kepriadian yang sama.
Person-organization fit telah diartikan dalam beberapa cara termasuk
kesesuian nilai, kesesuaian sasaran, dan kecocokan antara kebutuhan
karyawan (Ahmadi et al.,2014). Edwards & Billsberry (2010), person-
organization fit yaitu kecocokan karyawan dengan organisasi yang
berhubungan dengan ukuran nilai-nilai dan karakter seseorang terhadap
kesesuaian dengan budaya organisasi atau perusahaan.
Dari beberapa pengertian person organization fit tersebut dapat
diambil kesimpulan bahwa person-organization fit adalah kesamaan perilaku
individu dengan organisasi, yang memiliki fungsi setara dengan iklim
organisasi dalam membangun komitmen individu dan sebagai pedoman
individu dalam organisasi

Jenis-jenis Strategi Pemasaran


Menurut Widodo (2019), terdapat 4 jenis strategi pemasaran, yaitu:

  1. Direct Selling
    Direct selling merupakan jenis pemasaran yang dilakukan
    secara langsung kepada konsumen. Perusahaan biasanya
    melakukannya dengan door-to-door dengan kemampuan
    persuasifnya. Kelebihan dari strategi ini adalah perusahaan tidak
    mengeluarkan modal yang besar sedangkan kekurangannya adalah
    perusahaan “membayar” dengan tenaga dan sebagian konsumen
    mungkin merasa tidak nyaman karena mengganggu dan terkesan
    memaksa konsumen untuk melakukan pembelian.
  2. Earned Media
    Earned Media merupakan jenis pemasaran yang dilakukan
    secara tidak langsung. Dalam strategi ini, perusahaan perlu
    membentuk brand image di media sosial yang baik untuk dapat
    membangun hubungan dengan masyarakat dan memperoleh
    kepercayaan masyarakat.
  3. Point of Purchase
    Point of Purchase (POP) adalah salah satu jenis strategi
    dimana perusahaan meletakkan iklan dengan lokasi produk secara
    berdekatan guna mengarahkan konsumen membeli produk. Strategi
    ini cocok digunakan oleh toko ritel yang menawarkan beraneka
    ragam produk. Jenis pemasaran ini membutuhkan kemampuan
    mendalam dalam menguasai informasi tentang produk dan
    kemampuan komunikasi yang baik guna membuat pembeli tertarik.
  4. Internet Marketing
    Internet marketing merupakan jenis strategi pemasaran
    yang umum dan sangat banyak dilakukan oleh para perusahaan saat
    ini dikarenakan jenis strategi pemasaran ini mudah dan cepat untuk
    dilakukan. Banyak jenis media sosial yang dapat dipilih yaitu
    Instagram, Facebook, website, email marketing dan lainnya. Kunci
    utama supaya perusahaan dapat melakukan jenis strategi
    pemasaran ini dengan baik adalah dengan membuat konten yang
    menarik bagi pembeli.

Person-Organization Fit


Kesesuaian nilai-nilai karyawan atau individu di dalam organisasi
terdapat dalam pemahaman person-organization fit (P-o Fit). P-O Fit
merupakan variabel pembantu bagi organisasi untuk menemukan sumberdaya
manusia memliki kesesuaian karakteristik dengan organisasinya dan secara
bersama-sama mampu membentuk pengalaman untuk memperkuat kesesuaian
nilai tersebut.
Kesesuaian nilai-nilai dan kecocokan karyawan dengan organisasi,
secara dapat meningkatkan hubungan lebih baik dengan komitmen
organisasikarena terjadi suatu keterikatan positif antara karyawan dengan
organisasi.Nilai-nilai individu atau karyawan dapat dijabarkan lebih lanjut
sebagai kebutuhan karyawan yang diinginkan terhadap organisasinya

Strategi Pemasaran


Perusahaan harus merancang dan menjalankan strategi pemasaran guna
mempertahankan usahanya agar tetap dapat bersaing. Strategi pemasaran dapat
membantu perusahaan untuk mencapai tujuan jangka panjang serta tujuan jangka
pendek perusahaan. Menurut Wijoyo (2021), strategi pemasaran adalah panduan
perusahaan dalam yang berbentuk rencana yang disusun secara sistematis dan
menyeluruh dalam melakukan kegiatan pemasaran guna mencapai tujuan
perusahaan yaitu, menghasilkan keuntungan. Perusahaan perlu menjalankan
strategi pemasaran dengan baik untuk dapat berkembang. Salah satu alasan
perusahaan harus memiliki strategi pemasaran adalah selain untuk mencapai
tujuan, perusahaan juga dapat mengetahui dan menetapkan tujuan perusahaan secara pasti dan spesifik. Dengan memiliki strategi pemasaran, kegiatan
pemasaran juga dapat dilakukan dengan rencana dan pola yang terarah.
Perusahaan memiliki kewajiban untuk menjalankan strategi pemasaran dengan
baik karena bagaimanapun perusahaan merupakan suatu badan usaha yang
mementingkan laba. Tanpa adanya laba, perusahaan tidak dapat bertahan di
persaingan bisnis yang semakin tinggi. Oleh karena itu, strategi pemasaran
merupakan hal utama yang harus diperhatikan, dievaluasi dan dilakukan secara
konsisten oleh perusahaan

Pemasaran


Pemasaran adalah suatu kegiatan mempromosikan atau mengiklankan
suatu produk atau jasa dari sebuah perusahaan dengan melakukan segmentasi
dengan tujuan mengenalkan suatu brand kepada masyarakat dan dapat memicu
terjadinya transaksi. Jenis pemasaran yang dapat dilakukan oleh sebuah
perusahaan adalah branding, iklan, multi-level marketing, dan juga online.
Kesimpulannya, pemasaran adalah suatu cara meraih keunggulan dalam bersaing
dengan kompetitor yang dilakukan dalam dunia perdagangan.

Indikator Kinerja Karyawan


Adapun indikator dari kinerja karyawan sebagai berikut
(Mangkunegara A. , 2011) :

  1. Kualitas Kerja
    Seberapa baik seorang karyawan melaksanakan pekerjaan yang
    seharusnya dikerjakan
  2. Kuantitas Kerja
    Seberapa banyak bekerja seseorang karyawan dalam sehari-
    harinya.
  3. Pelaksanaan Tugas
    Seberapa jauh kemampuan melaksanakan pekerjaannya dengan
    akurat tanpa melakukan kesalahan.
  4. Tanggung Jawab
    Kesadaran akan kewajiban melaksanakan pekerjaan dengan akurat
    atau tidak ada kesalahan.
    Adapun indikator yang digunakan oleh Rumah Sakit Umum Daerah
    Jombang, berdasarkan data dan informasi peneliti memperoleh untuk
    mengukur kinerja karyawan khusunya perawat IGD pada Rumah Sakit Umum
    Daerah Jombang dipergunakan instrumen khusu yang ditetapkan oleh
    Pemerintah Daerah Kabupaten Jombang, yang disebut dengan Evaluasi
    Kinerja Karyawan. Ada beberapa item yang terdiri dari sebagai berikut :
  5. Pengetahuan tentang pekerjaan. Pengetahuan tentang pekerjaan ini
    mencangkup: memahami tugas dan tanggungjawab, memiliki
    pengetahuan di bidangnya, menggunakan informasi dengan tepat dan
    benar, mengikuti perkembangan pengetahuan.
  6. Kualitas kerja. Kualitas kerja ini mencangkup : kecermatan dan ketelitian
    dalam pekerjaan, mematuhi peraturan dan prosedur, memilih tindakan
    yang tepat.
  7. Produktifitas. Produktifitas ini mencangkup : menyelesaikan, tugas
    secara konsisten, menggunakan waktu secara efisien, memelihara tempat
    kerja secara teratur sesuai fungsinya.
  8. Adaptasi dan fleksibilitas. Adaptasi dan fleksibilitas ini mencangkup :
    menyesuaikan diri dengan segala perubahan dalam lingkungan kerja,
    menunjukkan hasil kerja yang baik meskipun dibawah tekanan kerja.
  9. Inisiatif dan pemecahan masalah. Inisiatif dan pemecahan masalah ini
    mencangkup : mempunyai inisiatif, menghasilkan tindakan dan
    pemecahan yang inovatif, mengantisipasi masalah yang mungkin terjadi,
    mencari tantangan baru dan kesempatan untuk pengembangan diri.
  10. Kerjasama. Kerjasama ini mencangkup : memelihara hubungan kerja,
    dapat bekerjasama secara tim, memberikan bantuan kepada orang lain,
    mengakui kesalahan sendiri dan ma belajar dari kesalahan.
  11. Disiplin. Disiplin ini mencangkup beberapa hal : hadir secara rutin dan
    tepat waktu, bekerja secara mandiri, menyelesaikan tugas dan memenuhi
    tanggung jawab sesuai waktu yang ditentukan.
  12. Kemampuan berinteraksi. Kemampuan berinteraksi ini mencangkup :
    dapat berkomunikasi secara jelas baik lisan dan tulis, selalu memberikan
    informasi kepada orang lain, dapat berinteraksi dengan orang lain dan
    berbagi jenis pekerjaan, memberikan sikap yang baik dan profesional,
    mau menerima masukan dari orang lain

Strategi


Strategi mempunyai arti yang luas. Secara umum, strategi diartikan
sebagai suatu outline yang digunakan sebagai arahan untuk melakukan sesuatu
dalam rangka mencapai tujuan. Strategi juga bisa diartikan sebagai suatu siasat
panduan yang dapat memotivasi seseorang dalam melakukan aktivitasnya.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan


Kinerja seorang karyawan dapat dipengaruhi berbagai faktor, baik
faktor eksternal maupun fakor internal dari karyawan tersebut.Simamora
(dalam Mangkunegara, 2012). Mengatakan bahwa kinerja pada umumnya
dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu :
a. Faktor individual yang terdiri dari :
1) Kemampuan dan keahlian
2) Latar belakang
3) Demografi
b. Faktor Psikologis yang terdiri dari :
1) Persepsi
2) Attitude
3) Personality (nilai, karakter, perilaku)
4) Pembelajaran
5) Motivasi
c. Faktor Organisasi yang terdiri dari :
1) Sumberdaya
2) Kepemimpinan
3) Penghargaan
4) Struktur (meliputi ikim organisasi)
5) Komitmen
Person organization fit juga termasuk salah satu faktor penting yang
memiliki keterkaitan dalam kinerja karyawan. Robbins dan Judge (2015)
pada dasarnya orang tertarik dan memilih masuk menjadi organisasi yang
sesuai dengan nilai-nilai mereka, dan mereka akan meninggalkan
organisasi yang tidak cocok dengan kepribadiannya

Definisi Kinerja Karyawan


Kinerja karyawan merupakan tujuan akhir dan merupakan cara bagi
manajer untuk memastikan bahwa aktivitas karyawan dan output yang
dihasilkan sesuai dengan potensi yang dimiliki seorang karyawan sesuai
dengan tujuan organisasi atau perusahaan. Kinerja ini menggambarkan sejauh
mana aktivitas seseorang dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang
telah ditetapkan.(Robbins S. P., 2008)
Kinerja merupakan dampak kerja secara kualitas maupun kuantitas
yang dicapai seseorang dalam melaksanakan fungsinya sesuai dengan
tanggungjawab yang diberikan kepadanya(Mangkunegara A. , 2011).
Kerja merupakan usaha yang ditunjukkan untuk menghasilkan sesuatu
atau hasil yang dicapai. Sedangkan pekerjaan adalah pengelompokan tugas,
kewajiban dan tanggungjawab yang merupakan penugasan kerja total untuk
karyawan (Malthis & Jackson, 2012).
Berdasarkan pengertian kinerja dari beberapa pendapat, dapat ditarik
kesimpulan bahwa Kinerja merupakan output kerja baik itu secara kualitas dan
kuantitas yang telah dicapai karyawan, dalam menjalankan kewajiban tugas
dengan sesuai yang diberikan organisasi atau perusahaan, melalui kriteria dan
standart kinerja dari hasil kerjanya tersebut sesuai dengan hasil kerja yang
diharapkan organisasi atau perusahaan

Pengaruh Person-organization fit dan Dukungan Atasan Langsungterhadap Kepuasan Kerja


Person-organization fit atau kecocokan nilai-nilai yang dimiliki perusahaan
dengan nilai-nilai yang dimiliki karyawan dapat memengaruhi dukungan atasan
langsung yang dirasakan karyawan seperti pada penelitian yang dilakukan oleh
Gurkan et al. (2015). Atasan langsung (supervisor) merupakan orang yang
mewakili atau mencerminkan nilai-nilai atau budaya organisasi. Atasan langsung
akan bersikap, berperilaku, dan bekerja sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku di
perusahaan, sehingga nilai-nilai perusahaan akan tersampaikan dengan baik kepada
karyawan.
Smith dan Shields (2013) dalam penelitiannya menyatakan pengalaman
yang dialami karyawan dan supervisor secara signifikan berpengaruh terhadap
kepuasan kerja, dan memainkan peran dalam meningkatkan kepuasan kerja
karyawan. Penelitian Maden dan Kabaskal (2014) menunjukkan dukungan atasan
langsung menjadi mediator pada hubungan antara P-O Fit dan kepuasan kerja

Pengaruh Dukungan Atasan Langsung terhadap Kepuasan Kerja


Karyawan sangat mementingkan umpan balik dan dukungan dari orang-
orang yang dekat dengannya (Kottke dan Sharafinski, 1998 dalam Chen et al.,
2016). Menurut Eisenberger et al. (2001) dalam Chen et al. (2016) ketika karyawan
merasa didukung oleh organisasi, maka karyawan akan membalas dengan
menunjukkan sikap kerja dan perilaku yang positif terhadap organisasi. Penelitian
terdahulu yang dilakukan oleh Sia et al., (2012) menyatakan dukungan organisasi
yang dirasakan karyawan berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan kerja.
Dukungan-dukungan yang diberikan oleh perusahaan memiliki peran penting untuk
membangun rasa puas para karyawan. Jika dukungan organisasional berdampak
positif maka kepuasan kerja karyawan akan tinggi.
Dukungan atasan langsung yang tinggi menimbulkan efek tidak langsung
terhadap kepuasan kerja. Menurut Hsu (2011) dalam Gurkan et al. (2015), semakin
tinggi dukungan atasan langsung yang dirasakan karyawan, maka semakin tinggi
juga kepuasan kerja karyawan. Wnuk (2016) menyatakan beberapa penelitian
mengkonfirmasi atasan langsung merupakan kunci utama dalam menjalankan
fungsi subordinate di tempat kerja, dengan menciptakan atmosfir kerja, membentuk
hubungan dengan karyawan, menetapkan tujuan, memonitor kinerja, memotivasi,
dan mengevaluasi. Semua aspek tersebut akan menimbulkan pengaruh yang besar
terhadap kepuasan kerja

Pengaruh Person-organization Fit terhadap Dukungan AtasanLangsung


Kecocokan antara karyawan dan supervisor juga merupakan komponen
yang penting dalam P-O Fit berdasarkan salah satu dimensi P-O Fit yakni person-
supervisor fit. Penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh Wnuk et al., (2016)
menyatakan P-O Fit berhubungan secara langsung dengan dukungan atasan
langsung. Dukungan organisasional dapat dirasakan oleh karyawan melalui P-O Fit
yakni konsistensi antara nilai-nilai yang dimiliki karyawan dan organisasi tersebut.
Semakin tinggi keyakinan karyawan mengenai nilai yang dimilikinya konsisten
dengan nilai yang dimiliki perusahaan, karyawan merasa memiliki dukungan yang
semakin besar dari perusahaan

Pengaruh Person-organization Fit terhadap Kepuasan Kerja


Person-organization fit yang tinggi dipandang sebagai kunci dalam
mempertahankan karyawan dengan fleksibilitas yang tinggi dan komitmen
organisasi yang diperlukan untuk memenuhi tantangan kompetitif. P-O Fit sebagai
indikator terhadap sikap kerja seseorang seperti kepuasan kerja, komitmen
organisasi, dan turnover intention. Penelitian terdahulu telah memberikan penilaian
teoritis dan bukti empiris yang membuktikan P-O Fit memiliki pengaruh yang
positif terhadap kepuasan kerja (Mahardika, 2006) P-O Fit merupakan
kompatibilitas nilai-nilai individu karyawan dan nilai-nilai organisasi. Karyawan
tentu saja ingin bekerja di organisasi yang memiliki nilai-nilai organisasi selaras
dengan nilai-nilai karyawan dan juga organisasi akan mencoba untuk merekrut
karyawan yang nilainya konsisten dengan nilai-nilai organisasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Chatman (1991) mengemukakan adanya
pengaruh positif antara P-O Fit dengan kepuasan kerja di mana individu yang
sesuai dengan organisasi maka karyawan merasa puas terhadap pekerjaannya.
Autry dan Daugherty (2003) juga telah melakukan penelitian mengenai hubungan
P-O Fit dan kepuasan kerja dan menyimpulkan adanya pengaruh yang kuat antara
dimensi-dimensi P-O Fit (person-company value fit dan person-supervisor fit)
dengan kepuaan kerja.

Kepuasan Kerja


Kepuasan kerja merupakan orientasi individu yang berpengaruh terhadap
peran dalam bekerja dan karakteristik dari pekerjaannya. Davis dan Newton (1996)
dalam Mahardika (2006) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai keadaan
emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan ketika para karyawan
memandang pekerjaannya. Kepuasan adalah keadaan yang sifatnya subyektif yang
merupakan hasil kesimpulan yang didasarkan pada suatu perbandingan mengenai
apa yang diterima karyawan dari pekerjaannya dibandingkan dengan yang
diharapkan, diinginkan, dan dipikirkannya sebagai hal yang pantas atau berhak
atasnya.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja menurut
As’ad (2004) dalam Melani (2012) antara lain:

  1. Faktor Psikologis
    Faktor yang berhubungan dengan kejiwaan pegawai yang meliputi minat,
    ketentraman kerja, sikap terhadap kerja, dan perasaan kerja.
  2. Faktor Fisik
    Faktor yang berhubungan dengan fisik lingkungan kerja dan kondisi fisik
    pegawai, meliputi jenis pekerjaan, pengaturan waktu kerja, perlengkapan
    kerja, sirkulasi udara, dan kesehatan pegawai.
  3. Faktor Finansial
    Faktor yang berhubungan dengan jaminan serta kesejahteraan pegawai,
    yang meliputi sistem penggajian, jaminan sosial, besarnya tunjangan,
    fasilitas yang diberikan, promosi dan lain-lain.
  4. Faktor Sosial
    Faktor yang berhubungan dengan interaksi sosial baik antara sesama
    karyawan, dengan atasannya, maupun karyawan yang berbeda jenis
    pekerjaannya.
    Kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat individual. Setiap individu
    akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda sesuai dengan sistem yang berlaku
    dalam dirinya. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan pada masing-masing
    individu. Semakin banyak aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan keinginan
    individu, maka semakin tinggi tingkat kepuasan yang dirasakan, dan sebaliknya

Dukungan Atasan Langsung


Dukungan atasan langsung (supervisor) diartikan sebagai sejauh mana para
pemimpin menghargai kontribusi karyawan dan peduli tentang kesejahteraan
karyawan (Bhate (2013) dalam Adhitian (2017). Supervisor dianggap sebagai
perwakilan organisasi dan memiliki tanggung jawab untuk mengarahkan dan
mengevaluasi kinerja bawahan yang mana karyawan akan melihat hal tersebut
sebagai indikasi dukungan organisasi (Eisenberger et al., 2002).
Dukungan atasan langsung memiliki peran yang sangat penting dalam
membantu karyawan untuk mencapai keseimbangan peran pekerjaan. Menurut
Feinberg (2013), dukungan atasan langsung dapat ditunjukkan dengan perilaku
sebagai berikut:

  1. membantu menetapkan tujuan untuk menerapkan pelatihan,
  2. memberikan bantuan ketika mencoba perilaku baru,
  3. feedback pada kinerja tugas.
    Supervisor bertanggung jawab untuk memantau kinerja karyawan,
    melakukan penilaian berkala, dan memberikan umpan balik untuk meningkatkan
    kontribusi pegawai dan komitmen terhadap organisasi. Menurut Humphrey (2002,
    dalam Adhitian 2017) supervisor yang simpatik dan memberikan kebutuhan
    karyawan secara khusus menghasilkan respon karyawan yang antusias. Karyawan
    akan menciptakan sudut pandang terhadap supervisor mengenai sejauh mana
    supervisor mengakui dedikasi dan menunjukkan simpati terhadap kesejahteraan
    karyawan. Indikator dukungan supervisor menurut Chen (2003) dalam Nurdiana
    (2014) terdiri atas:
  4. keterlibatan supervisor dalam menjelaskan ekspektasi kinerja setelah
    penelitian,
  5. mengidentifikasi peluang untuk menerapkan keterampilan dan pengetahuan
    baru,
  6. menetapkan tujuan realistis didasarkan pada pelatihan,
  7. bekerja sama dengan individu pada saat menghadapi masalah dalam
    menerapkan keterampilan baru,
  8. memberikan umpan balik ketika individu berhasil menerapkan kemampuan
    baru

Person-organization Fit


Person-organization fit (P-O Fit) secara umum didefinisikan sebagai
kesesuaian antara nilai-nilai organisasi dengan nilai-nilai individu (Kristof, 1996).
Sementara Donald dan Pandey (2007) dalam Astuti (2010) mendefinisikan person-
organization fit adalah adanya kesesuaian/kecocokan antara individu dengan
organisasi, ketika: a) setidak-tidaknya ada kesungguhan untuk memenuhi
kebutuhan pihak lain, atau b) memiliki karakteristik dasar yang serupa. Dalam
melakukan perekrutan karyawan, perusahaan sering menggunakan pendekatan
kesesuaian antara individu dengan pekerjaan yang ditawarkan (Person-Job Fit).
Kristof (1996) berpendapat pendekatan person-job fit ini kurang baik dalam proses
seleksi karyawan, efektivitas organisasi tidak hanya didukung oleh kesuksesan
tugas pekerjaan karyawan tetapi perlu memperhatikan perilaku karyawan secara
luas.
Beberapa peneliti, Chatman (1989), O’ Reilly, et al. (1991) dalam Astuti
(2010) berpendapat individu dan organisasi saling tertarik manakala terdapat
kesesuaian antara satu dengan yang lain, hal ini sangat berpengaruh terhadap
organisasi dalam merekrut karyawan dan juga sikap karyawan untuk memilih
pekerjaan tersebut.
Menurut Kristof (1996) dalam Mahardika (2006), person-organization fit
(P-O Fit) dapat diartikan dalam empat konsep yaitu:

  1. Kesesuaian nilai (value congruence) yaitu kesesuaian antara nilai intrinsik
    individu dengan organisasi.
  2. Kesesuaian tujuan (goal congruence) yaitu kesesuaian antara tujuan
    individu dengan organisasi dalam hal ini adalah pemimpin dan rekan
    sekerja.
  3. Pemenuhan kebutuhan karyawan (employee need fulfillment) yaitu
    kesesuaian antara kebutuhan-kebutuhan karyawan dan kekuatan yang
    terdapat dalam lingkungan kerja dengan sistem dan struktur organisasi.
  4. Kesesuaian karakteristik kultur-kepribadian (culture personality
    congruence) yaitu kesesuaian antara kepribadian (non nilai) dari setiap
    individu dan iklim atau kultur organisasi.
    Vianen (2000) menjelaskan konsep P-O Fit dari perspektif supplementary
    fit dan complementary fit. Supplementary fit terjadi apabila individu memiliki
    karakteristik (preferences dan attitudes) yang serupa dengan karakteristik yang
    dimiliki oleh individu-individu lain dalam organisasi/lingkungan yang
    bersangkutan. Sedangkan complementary fit terjadi apabila karakteristik yang
    dimiliki oleh individu dapat ditambahkan untuk melengkapi karakteristik yang
    tidak dimiliki oleh organisasi yang bersangkutan. Hal ini dapat terjadi apabila
    individu tersebut memiliki skills khusus yang berguna untuk peningkatan
    kesuksesan sebuah kerja tim.
    Perspektif person-organization fit juga dibedakan menurut French et al.,
    (1982) dalam Vianen (2000) menjadi dua yaitu supplies-values fit dan demands-
    abilities fit. Dari perspektif supplies-values fit, P-O Fit tercapai apabila organisasi
    mampu memuaskan nilai-nilai yang dimiliki oleh individu. Jika seorang karyawan
    memiliki preferensi yang tinggi terhadap pertumbuhan atau perkembangan
    (growth), maka fit dapat terjadi apabila organisasi memberikan kesempatan pada
    individu tersebut untuk terus berkembang. Sedangkan perspektif demands-abilities
    fit memandang P-O Fit dapat tercapai apabila individu memiliki skills dan abilities
    yang dibutuhkan oleh organisasi yang bersangkutan.
    Menurut Bowen et al., (1991), terdapat manfaat potensial yang dapat
    diperoleh dengan menerapkan person-organization fit dalam organisasi, yaitu:
  5. Pekerja memiliki sikap yang baik (seperti: kepuasan kerja yang tinggi,
    komitmen organisasi dan semangat kelompok).
  6. Perilaku individu yang lebih baik (seperti: kinerja lebih baik dan rendahnya
    turnover).
  7. Memperkuat desain organisasi (seperti: dukungan rancangan kerja dan
    budaya organisasi)

Kekuatan dan Kelemahan Street Level Bureaucracy


Para birokrat yang berhubungan langsung dengan masyarakat ini tentunya
mempunyai kekuatan dan kelemahan sebagai pemberi pelayanan. Michael Lipsky
(1980) mendeskripsikan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh street level
bureaucracy.
Kekuatan street level bureaucracy :
 Street level bureaucracy sebagai pemberi pelayanan secara langsung artinya
bahwa para birokrat ini yang memberikan pelayanan langsung kepada para
customernya (publik). Contohnya adalah perawat, dokter-dokter praktek,
polisi lalulintas, atau aparat birokrasi lainnya yang terjun langsung kepada
publik dan memberikan pelayanan sesuai dengan permintaan publik dalam
batasan aturan lembaga mereka masing-masing.
 Sebagai birokrat yang memberikan sanksi dan membatasi kehidupan
masyarakat sesuai dengan kebijakan atau prosedur-prosedur yang telah
ditetapkan. Para birokrat ini mengarahkan orang bertindak dalam konteks
kehidupan sosial.
 Mereka menentukan kelayakan warga negara untuk tunjangan pemerintah
dan sanksi. Mereka mengawasi pelayanan (servis) warga dalam menerima
program tersebut. Jadi, secara tersirat street level bureaucracy memediasi
aspek hubungan konstitusional warga negara. Singkatnya, mereka
memegang kunci ke dimensi kewarganegaraan.
Kelemahan street level bureaucracy :
 Perekrutan pegawai dikalangan street level bureaucracy yang
mengedepankan perwakilan komposisi sosial masyarakat disekitar
birokrasi, membuat birokrasi mengabaikan merit sistem dan objektifitas
berdasarkan kualifikasi standar yang telah ditetapkan dalam perekrutan
pegawai. Oleh sebab itu dalam perekrutan anggota birokrasi sering muncul
istilah putra daerah. Putra daerah yang mewakili belum tentu memiliki
kapasitas yang memadai untuk menduduki suatu jabatan dalam pelayanan
publik. Hal tersebut dapat membuat kinerja birokrasi kurang maksimal
atau bisa dikatakan tidak profesional.
 Orientasi street level bureaucracy terhadap peraturan dan prosedur amat
tinggi dan menjadikannya sebagai barometer pelayanan yang
mengakibatkan rendahnya kemampuan street level bureaucracy dalam
merespon perubahan, tidak adanya inisiatif dan pengembangan kreatifitas
dalam mengendalikan perubahan sehingga rutinitas dianggap sesuatu yang
wajar dan benar.
 Kinerja street level bureaucracy menjadi instrumen penguasa. Sistem
kekuasaan yang cenderung sentralistik dan paternalistik mengakibatkan
kinerja street level bureaucracy terkonsentrasi pada pejabat atasan.
Kepentingan penguasa yang cenderung sentral dan menggusur
kepentingan publik mengakibatkan krisis kepercayaan terhadap birokrasi
publik.

Konflik Interaksi Street Level Bureaucracy dengan Warga


Lipsky telah menyatakan bahwa street level bureaucracy menimbulkan
kontroversi karena mereka harus melakukan reformulasi jika kebijakan
berubah. Alasan kedua street level bureaucracy cenderung menjadi fokus
kontroversi publik adalah kedekatan interaksi mereka dengan warga negara dan
dampaknya terhadap kehidupan masyarakat. Keputusan street level bureaucracy
cenderung mendistribusikan serta alokatif. Dengan menentukan kelayakan untuk
manfaat mereka meningkatkan pernyataan beberapa warga untuk barang dan jasa
pemerintah dengan mengorbankan pembayar pajak umum dan mereka yang klaim
ditolak. Dengan kata lain, dalam memberikan kebijakan street level bureaucracy
membuat keputusan tentang orang-orang yang mempengaruhi peluang hidup
mereka. Singkatnya, kebenaran pekerjaan street level bureaucracy hampir tidak
bisa jauh dari ideal birokrasi detasemen impersonal dalam pengambilan
keputusan. Sebaliknya, pada obyek street level bureaucracy kritis keputusan
(orang) benar-benar berubah sebagai akibat dari keputusan. street level
bureaucracy juga fokus dari reaksi warga karena kebijaksanaan mereka membuka
kemungkinan bahwa mereka akan merespon baik atas nama rakyat. Diskusi ini
membantu menjelaskan kontroversi lanjutan atas street level bureaucracy di
tingkat persediaan dana pelayanan individual. Akhirnya, street level bureaucracy
memainkan peran penting dalam mengatur tingkat konflik kontemporer
berdasarkan peran mereka sebagai agen kontrol sosial. Warga negara yang
menerima manfaat publik berinteraksi dengan agen orang yang membutuhkan
perilaku tertentu dari mereka. Fungsi kontrol sosial street level bureaucracy
membutuhkan komentar dalam diskusi tentang tempat pekerja pelayanan publik
dalam masyarakat yang lebih besar. Sektor pelayanan publik memainkan peran
penting dalam pelunakan dampak dari sistem ekonomi mereka yang tidak
penerima manfaat utama dan merangsang orang untuk menerima mengabaikan
ketidakmampuan institusi ekonomi dan sosial utama. Kontroversi Publik juga
fokus pada jenis yang tepat dari kontrol sosial. Dari sudut pandang warga negara,
peran street level bureaucracy luas yaitu sebagai fungsi pemerintahan dan
intensif. Sebagai rutinitas sehari-hari mengharuskan mereka untuk berinteraksi
dengan pendidikan, penyelesaian sengketa, dan layanan kesehatan. Sebagai
individu, street level bureaucracy mewakili harapan warga untuk perlakuan yang
adil dan efektif oleh pemerintah bahkan saat mereka diposisikan untuk melihat
dengan jelas keterbatasan intervensi yang efektif dan kendala pada respon yang
telah ditimbulkan

Pengertian Street Level Bureaucracy


Street level bureaucracy merupakan aparat birokrasi yang langsung bersentuhan
dengan pelayanan publik atau dalam arti lain adalah aparat birokrasi yang
melakukan akses langsung dengan publik atau melakukan pelayanan publik .
Menurut Michael Lipsky pada tahun 1980 berpendapat bahwa street level
bureaucracy adalah mereka yang menjalankan tugas dan berhubungan langsung
dengan masyarakat. Lipsky juga berpendapat bahwa praktek street level
bureaucracy tersebut merupakan mekanisme untuk mengatasi situasi yang sulit,
yaitu sebagai upaya untuk keluar dari situasi frustatif antara besarnya permintaan
pelayanan dan keterbatasan sumber daya yang dimiliki. Apalagi dalam
kenyataannya permintaan peningkatan pelayanan seperti tidak pernah berhenti.
Lipsky (1980) menjelaskan bahwa street level bureaucracy mempraktekkan
pemberian diskresi atas dispensasi manfaat atau alokasi sanksi. Terjadi konflik
antara pembuat kebijakan dan street level bureaucracy sebagai pelaksana
kebijakan. Konsep street level bureaucracy ini telah diperkenalkan oleh Michael
Lipsky pada tahun 1980 bahwa street level bureaucracy adalah sebagai orang
yang “Public Service secara langsung” dan “Pelaksana dari kebijakan
Penguasa”.Public Service secara langsung artinya bahwa para birokrat ini yang
memberikan pelayanan langsung kepada para customernya (publik). Contohnya
adalah perawat, dokter-dokter praktek, polisi lalulintas, atau aparat birokrasi
lainnya yang terjun langsung kepada publik dan memberikan pelayanan sesuai
dengan permintaan publik dalam batasan aturan lembaga mereka masing-masing.
Pelaksana dari kebijakan penguasa bermakna bahwa para birokrat ini yang
menjalankan kebijakan yang dikeluarkan oleh penguasa mereka dan mereka pula
yang menguatkan kebijakan yang dikeluarkan

Mekanisme Akuntabilitas


Mekanisme akuntabilitas merupakan cara kerja, aturan-aturan, atau pedoman
dalam menerapkan akuntabilitas. Secara ringkas, mekanisme akuntabilitas
mencakup hal-hal berikut:
a) Pembuatan sebuah keputusan dan laporan harus dibuat secara tertulis dan
tersedia bagi setiap warga yang membutuhkan,
b) Pembuatan keputusan sudah memenuhi standar etika dan nilai-nilai yang
berlaku, artinya sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar
maupun nilai-nilai yang berlaku di stakeholders,
c) Adanya kejelasan dari sasaran kebijakan yang diambil, dan sudah sesuai
dengan visi dan misi organisasi, serta standar yang berlaku,
d) Adanya ketentuan untuk menjamin bahwa standar telah terpenuhi, dengan
konsekuensi ketentuan pertanggungjawaban jika standar tersebut tidak
terpenuhi,
e) Konsistensi maupun kelayakan dari target operasional yang telah
ditetapkan maupun prioritas dalam mencapai target tersebut (Dra.Loina
Lalolo Krina P, 2003)

Pengertian Akuntabilitas


Akuntabilitas adalah kewajiban untuk memberikan pertanggungjawaban atau
menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan seseorang, badan hukum dan
pimpinan organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau berkewenangan untuk
meminta keterangan atau pertanggungjawaban (Adisasmita, 2011: 89).
Selanjutnya, dalam Sedarmayanti (2009:289), akuntabilitas yakni adanya
pembatasan dan pertanggungjawaban tugas yang jelas. Akuntabilitas merujuk
pada pengembangan rasa tanggungjawab publik bagi pengambil keputusan di
pemerintahan, sektor privat dan organisasi kemasyarakatan sebagaimana halnya
kepada pemilik (stakeholder). Khusus dalam birokrasi, akuntabilitas merupakan
upaya menciptakan sistem pemantauan dan mengontrol kinerja kualitas,
inefisiensi, dan perusakan sumberdaya, serta transparansi manajemen keuangan,
pengadaan, akunting, dan dari pengumpulan sumber daya. Secara umum,
akuntabilitas berarti kewajiban suatu organisasi untuk membuat perhitungan-
perhitungan yang seksama dan mencatatnya dengan gambaran yang benar tentang
transaksi finansial dan keadaan organisasi, kemudian menyampaikan laporan
tersebut pada laporan tahunan.
Prinsip akuntabilitas menghendaki bahwa setiap pelaksanaan tugas dan hasil akhir
dari kegiatan pemerintahan dan pembangunan harus dapat dan wajib
dipertanggungjawabkan dengan sebaik-baiknya kepada masyarakat dan para
pihak yang terkait sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Pertanggungjawaban kepada masyarakat disamping merupakan kewajiban adalah
juga sewajarnya dilakukan karena rakyat adalah pemegang kedaulatan tertinggi
negara sesuai dengan UUD 1945. Prinsip ini menekankan bahwa semua kegiatan
dan hasil akhir yang dicapai harus dilaporkan dan dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat atau rakyat secara benar dan jujur dengan dukungan data/informasi
yang lengkap. Keharusan menerapkan konsep ini mengingat kegiatan pemerintah
mempunyai pengaruh (dampak) besar dan juga karena kegiatan pemerintah
dibiayai dari uang rakyat, sehingga segala kegiatan dan hasilnya harus dapat
dipertanggungjawabkan

Mekanisme Partisipasi


Mekanisme partisipasi merupakan cara kerja, aturan-aturan, atau pedoman dalam
menerapkan partisipasi. Secara ringkas, mekanisme partisipasi mencakup hal-hal
berikut:
a) Mengeluarkan informasi yang dapat diakses oleh publik,
b) Menyelenggarakan proses konsultasi untuk menggali dan mengumpulkan
masukan-masukan dari stakeholders termasuk aktivitas warga negara
dalam kegiatan publik,
c) Mendelegasikan otoritas tertentu kepada pengguna jasa layanan publik
seperti proses perencanaan dan penyediaan panduan bagi kegiatan
masyarakat dan layanan publik (Dra.Loina Lalolo Krina P, 2003)

Pengertian Partisipasi


Partisipasi (melibatkan masyarakat terutama aspirasinya) dalam pengambilan
kebijakan atau formulasi rencana yang dibuat pemerintah, juga dilihat pada
keterlibatan masyarakat dalam implementasi berbagai kebijakan dan rencana
pemerintah, termasuk pengawasan dan evaluasi. Keterlibatan dimaksud bukan
dalam prinsip terwakilnya aspirasi masyarakat melalui wakil di DPR, melainkan
keterlibatan secara langsung. Partisipasi dalam arti mendorong semua warga
negara menggunakan haknya menyampaikan secara langsung atau tidak, usulan
dan pendapat dalam proses pengambilan keputusan. Terutama member kebebasan
kepada rakyat untuk berkumpul, berorganisasi dan berpartisipasi aktif dalam
menentukan masa depan (Sedarmayanti, 2009:290).
Partisipasi berarti bahwa setiap warga negara mempunyai suara dalam pembuatan
keputusan, baik secara langsung maupun melalui intermediasi institusi legitimasi
yang mewakili kepentingannya. Dari uraian tersebut, dapat ditarik suatu
pengertian bahwa partisipasi yang sering juga disebut peran serta atau ikut serta
masyarakat, diartikan sebagai adanya motivasi dan keterlibatan masyarakat secara
aktif dan terorganisasikan dalam seluruh tahapan pembangunan, sejak tahap
persiapan, perencanaan, pelaksanaan, pemeliharaan, evaluasi hingga
pengembangan atau perluasannya

Mekanisme Transparansi


Mekanisme transparansi merupakan cara kerja, aturan-aturan, atau pedoman
dalam menerapkan transparansi. Secara ringkas, mekanisme transparansi
mencakup hal-hal berikut:
a) Adanya suatu jaminan dalam sistem keterbukaan dan standarisasi dari
semua proses-proses pelayanan publik
b) Memfasilitasi pertanyaan-pertanyaan publik tentang berbagai kebijakan
dan pelayanan publik maupun proses-proses didalam sektor publik
c) Adanya fasilitas pelaporan maupun penyebaran informasi publik
(kebijakan atau program kerja) maupun penyimpangan tindakan aparat
publik didalam kegiatan melayani (Dra.Loina Lalolo Krina P, 2003)

Indikator Transparansi


Transparansi dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu adanya kebijakan terbuka
terhadap pengawasan, adanya akses informasi sehingga masyarakat dapat
menjangkau setiap segi kebijakan pemerintah, dan berlakunya prinsip check and
balance antara lembaga eksekutif dan legislatif. Tujuan dari transparansi adalah
membangun rasa saling percaya antara pemerintah dengan publik dimana
pemerintah harus memberi informasi akurat bagi publik yang membutuhkan,
terutama informasi handal yang berkaitan dengan masalah hukum, peraturan, dan
hasil yang dicapai dalam proses pemerintahan, adanya mekanisme yang
memungkinkan masyarakat mengakses informasi yang relevan, adanya peraturan
yang mengatur kewajiban pemerintah daerah menyediakan informasi kepada
masyarakat, serta menumbuhkan budaya di tengah masyarakat untuk mengkritisi
kebijakan yang dihasilkan pemerintah daerah (Sedarmayanti, 2009:289)

Pengertian Transparansi


Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BPPN) dan Departemen Dalam
Negeri (2002), menyebutkan transparansi adalah prinsip yang menjamin akses
atau kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang
penyelenggaraan pemerintah, yakni informasi tentang kebijakan, proses
pembuatan dan pelaksanaannya, serta hasil-hasil yang dicapai. Menurut
Transparancy International, undang-undang Fredom of Information (FOI) bukan
hanya mengatur tentang hak publik untuk mengakses informasi tetapi juga
menekankan pada obligasi pemerintah untuk memfasilitasi akses tersebut. Krina
(2003: 19)

Kendala Mewujudkan Good Governance


Upaya perbaikan sistem birokrasi belum berjalan sesuai dengan tuntutan
masyarakat. Hal tersebut terkait dengan tingginya kompleksitas dalam mencari
solusi perbaikan. Demikian pula masih tingginya tingkat penyalahgunaan
wewenang, banyaknya praktik KKN, dan masih lemahnya pengawasan terhadap
kinerja aparatur negara merupakan cerminan kondisi kinerja birokrasi yang masih
jauh dari harapan. Banyaknya permasalah birokrasi tersebut belum sepenuhnya
teratasi, baik dari sisi internal maupun eksternal (Sedarmayanti, 2009: 310-311).
Dari sisi internal, faktor demokrasi dan desentralisasi telah membawa dampak
pada proses pengambilan keputusan kebijakan publik. Dampak tersebut terkait
dengan makin meningkatnya tuntutan akan partisipasi masyarakat dalam
kebijakan publik, meningkatnya tuntutan penerapan prinsip tata kepemerintahan
yang baik antara lain transparansi, akuntabilitas, dan kualitas kinerja publik serta
taat hukum. Secara khusus dari sisi internal birokrasi, berbagai permasalahan
masih banyak yang dihadapi, antara lain pelanggaran disiplin, penyalahgunaan
kewenangan, dan banyaknya praktik KKN. Dari sisi eksternal, faktor globalisasi
dan revolusi teknologi informasi (e-government) merupakan tantangan tersendiri
dalam upaya menciptakan pemerintahan yang bersih, baik, dan berwibawa. Hal
tersebut terkait dengan makin meningkatnya ketidakpastian akibat perubahan
faktor lingkungan politik, ekonomi, dan sosial yang terjadi dengan cepat
(Sedarmayanti, 2009: 310-311).
Selain itu, problem demokrasi dari segi lembaga dan perilaku individu masih
muncul. Rakyat masih belum merasa terwakili oleh keberadaan wakilnya di
DPR(D) karena partisipasinya hanya pada saat pemilu, setelah itu rakyat ditinggal
dalam proses pengambilan kebijakan. Rendahnya partisipasi dalam masyarakat
mengurangi tingkat legitimasi pemerintah sehingga munculnya pemerintahan
yang kuat ditingkat lokal maupun pusat masih dalam cita-cita (Nugroho, 2001
dalam Sedarmayanti, 2009: 311)