Pengertian Impulsive Buying (skripsi tesis)

Murray dan Dholakia (2000), mendefinisikan impulsive buying sebagai
kecenderungan individu untuk membeli secara spontan, reflektif, atau kurang
melibatkan pikiran, segera, dan kinetik. Individu yang sangat impulsif lebih
mungkin terus mendapatkan stimulus pembelian yang spontan, daftar belanja
lebih terbuka, serta menerima ide pembelian yang tidak direncanakan secara tibatiba. Pembelian impulsive seringkali melibatkan komponen hedonik atau afektif
(Cobb and Hoyer, 1986)
Rook (dalam Engel et.al, 1994), menyebutkan bahwa belanja impulsif
memiliki satu atau lebih karakteristik, yaitu:
a. Spontan artinya belanja dilakukan sebagai reaksi terhadap stimulus visual yang
diterima langsung di tempat penjualan,
b. Adanya kekuatan, kompulsivitas, dan intensitas yang tinggi untuk
mengesampikan kebutuhan lain dan membeli seketika.
c. Kegairahan dan stimulasi. Desakan mendadak untuk membeli sering disertai
dengan emosi yang dicirikan sebagai menggairahkan, menggetarkan, atau liar.
d. Ketidakpedulian akan akibat. Desakan untuk membeli dapat menjadi begitu
sulit untuk ditolak sehingga akibat yang mungkin negatif diabaikan. Menurut
Rook‟s dalam Engel, et al (1995) karakteristik impulsive buying adalah spontan,
kekuatan impuls dan intensitas tinggi, merangsang kegembiraan, dan tidak peduli
dengan konsekuensi. Engel et al., (2003). Impulse buying didefinisikan sebagai
pembelian yang tiba-tiba dan segera tanpa ada minat pembelian sebelumnya.
Goldenson (dalam Rook, 1987) menjelaskan bahwa definisi umum suatu
dorongan psikologis (psychological impulse) seseorang adalah sebuah „kekuatan‟,
desakan yang tak tertahankan, serta munculnya kecenderungan secara tiba-tiba
untuk melakukan sesuatu tanpa adanya pertimbangan sebelumnya. Goldenson
menjelaskan juga bahwa dorongan yang kuat tersebut kemungkinan akan sulit
untuk dilawan, karena seseorang seringkali sulit mencegah pengalaman yang
dianggap menyenangkan bagi mereka (Rook, 1987).
Perilaku impulsif dapat terjadi di beberapa situasi, dan pembelian secara
impulsif pada konsumen merupakan konteks yang juga sering ditemukan dalam
kehidupan sehari-hari (Rook, 1987). Pembelian impulsif didefinisikan sebagai
perilaku pembelian yang tidak terencana, yang dicirikan dengan mendadak, sangat
kuat dan teguh, mendesak untuk segera membeli, spontan ketika menemukan
suatu produk, dan disertai dengan perasaan senang atau bersemangat (Rook,
1987). Dengan kata lain, pembelian impulsif adalah tindakan yang tanpa
pertimbangan, dan disertai dengan respon emosi yang kuat (Rook & Gardner,
1993).
Gasiorowska (2011) mendefinisikan pembelian impulsif sebagai
pembelian yang tidak reflektif, sebenarnya tidak diharapkan, terjadi secara
spontan, diiringi dengan munculnya keinginan yang mendadak untuk membeli
produk-produk tertentu, dan dimanifestasikan dalam sebuah reaksi terhadap suatu
stimulus dari produk. Gasiorowska (2011) menambahkan bahwa dalam hal ini,
konsumen distimulasi oleh kedekatan secara fisik dari hasrat sebuah produk dan
reaksinya terhadap stimulus bisa dikaitkan dengan kontrol intelektual yang rendah
(kurangnya evaluasi yang didasarkan pada kriteria keperluan, berkurangnya alasan
untuk membeli, kurangnya evaluasi terhadap konsekuensi yang mungkin
ditimbulkan, munculnya kepuasan yang datang secara tiba-tiba sebagai penundaan
datangnya kekecewaan) serta aktivasi emosional yang tinggi (kegembiraan dan
stimulasi yang disebabkan oleh produk atau oleh situasi atau proses membeli).
Rook (1987), mengemukakan bahwa pembelian impulsif lebih
mengutamakan emosional daripada rasional. Konsumen yang sering melakukan
pembelian secara impulsif (highly impulsive buyers) memiliki kecenderungan
unreflective dalam pemikirannya, memiliki ketertarikan secara emosional pada
suatu objek, menginginkan kepuasan segera dan disertai dengan gerakan cepat
serta menggemari pengalaman spontan ketika melakukan pembelian, yang
ditunjukkan dengan adanya daftar belanja yang bersifat terbuka sehingga
menyebabkan terjadinya pembelian barang tidak terduga yang didominasi oleh
emosi (Hoch & Lowenstein, 1991 ; Thomson et al., 1990 dalam Kacen & Lee,
2002).
Pembelian secara impulsif sering dialami seseorang ketika berbelanja di
pusat-pusat perbelanjaan. Menurut Utami (2010) pembelian impulsif adalah
pembelian yang terjadi ketika konsumen melihat produk atau merek tertentu,
kemudian konsumen menjadi tertarik untuk mendapatkannya, biasanya karena
adanya rangsangan yang menarik dari toko tersebut.
Lebih luas Mowen dan Minor (2001) menjelaskan bahwa pembelian
barang secara impulsif terjadi ketika konsumen merasakan pengalaman, terkadang
keinginan kuat, untuk membeli barang secara tiba-tiba tanpa ada rencana terlebih
dahulu.
Menurut Fitri (2006), belanja impulsif adalah gaya belanja spontan, tanpa
perencanaan, merupakan pemicu timbulnya belanja impulsif. Apabila tidak
dikontrol, belanja impulsif dapat menjadi habbit atau kebiasaan yang tidak sehat.
Belanja impulsif sendiri dapat dijelaskan sebagai belanja tanpa perencanaan,
diwarnai dorongan kuat untuk membeli yang muncul secara tiba-tiba dan sering
kali sulit ditahan. Hal itu diiringi oleh perasaan menyenangkan serta penuh gairah.