Teori Kepuasan Kerja (skripsi dan tesis)

Teori kepuasan kerja menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2000:120) adalah sebagai
berikut:
1. Teori keseimbangan (Equity Theory).
Teori ini dikembangkan oleh Adam. Adapun komponen dari teori ini adalah input, outcome,
comparison person, dan equity-in-equity. Menurut teori ini, puas atau tidak puasnya pegawai
merupakan hasil dari membandingkan antara input-outcome dirinya dengan perbandingan
input-outcome pegawai lain (comparison person). Jadi jika perbandingan tersebut dirasakan
seimbang (equity) maka pegawai tersebut akan merasa puas. Tetapi, apabila terjadi tidak
seimbang (inequity) dapat menyebabkan dua kemungkinan, yaitu over compensation inequity
(ketidakseimbangan yang menguntungkan dirinya), dan sebaliknya under compensation
inequity (ketidakseimbangan yang menguntungkan pegawai lain yang menjadi pembanding
atau comparison person).
2. Teori perbedaan (Discrepancy Theory).
Teori ini pertama kali dipelopori oleh Proter. Ia berpendapat bahwa mengukur kepuasan
dapat dilakukan dengan cara menghitung selisih antara apa yang seharusnya dengan
kenyataan yang dirasakan pegawai. Apabila yang didapat pegawai ternyata lebih besar
daripada apa yang diharapkan maka pegawai tersebut menjadi puas. Sebaliknya, apabila yang
didapat pegawai lebih rendah daripada yang diharapkan, akan menyebabkan pegawai tidak
puas.
3. Teori pemenuhan kebutuhan (Need Fulfillment Theory).
Menurut teori ini, kepuasan kerja pegawai bergantung pada terpenuhi atau tidaknya
kebutuhan pegawai. Pegawai akan merasa puas apabila ia mendapatkan apa yang
dibutuhkannya. Makin besar kebutuhan pegawai terpenuhi, makin puas pula pegawai
tersebut. Begitu pula sebaliknya apabila kebutuhan pegawai tidak terpenuhi, pegawai itu
akan merasa tidak puas.
4. Teori pandangan kelompok (Social Reference Group Theory).
Menurut teori ini, kepuasan kerja pegawai bukanlah bergantung pada pemenuhan kebutuhan
saja, tetapi sangat bergantung pada pandangan dan pendapat kelompok yang oleh para
pegawai dianggap sebagai kelompok acuan. Kelompok acuan tersebut oleh pegawai
dijadikan tolak ukur untuk menilai dirinya maupun lingkungannya. Jadi, pegawai akan
merasa puas apabila hasil kerjanya sesuai dengan minat dan kebutuhan yang diharapkan oleh
kelompok acuan.
5. Teori dua faktor dari Herzberg (Second Factor Theory From Herzberg).
Teori dua faktor dikembangkan oleh Frederick Herzberg. Ia menggunakan teori Abraham
Maslow sebagai titik acuannya. Penelitian Herzberg diadakan dengan melakukan wawancara
terhadap subjek insinyur dan akuntan. Masing-masing subjek diminta menceritakan kejadian
yang dialami oleh mereka baik yang menyenangkan (memberikan kepuasan) maupun yang
tidak menyenangkan (tidak memberikan kepuasan). Kemudian dianalisis dengan analisis isi
(content analysis) untuk menentukan faktor-faktor yang menyebabkan kepuasan atau
ketidakpuasan.
6. Teori pengharapan (Exceptancy Theory).
Teori pengharapan dikembangkan oleh Victor H. Vroom. Pengharapan merupakan kekuatan
keyakinan pada suatu perlakuan yang diikuti dengan hasil khusus. Hal ini menggambarkan
bahwa keputusan pegawai yang memungkinkan mencapai suatu hasil dapat menuntun hasil
lainnya. Pengharapan merupakan suatu aksi yang berhubungan dengan hasil, dari range 0-1.
Jika pegawai merasa tidak mungkin mendapatkna hasil maka harapannya adalah 0. Jika
aksinya berhubungan dengan hasil tertentu maka harapannya bernilai 1. Harapan pegawai
secara normal adalah di antara 0-1.