Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya OCB cukup kompleks dan
terkait satu sama lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi OCB adalah faktor
budaya dan iklim organisasi, kepribadian, suasana hati, dukungan
organisasional, kualitas interaksi atasan-bawahan, masa kerja dan jenis
kelamin.
1) Budaya dan Iklim Organisasi
Menurut Organ (Borman & Botowidlo, 1997), terdapat bukti-bukti
kuat yang mengemukakan bahwa budaya organisasi merupakan kondisi
awal yang utama yang memicu terjadinya OCB. Sloat (Borman &
Botowidlo, 1997) berpendapatbahwa karyawan cenderung melakukan
tindakan yang melampaui tanggung jawab kerja mereka apabila mereka
merasa puas dengan pekerjaannya, menerima perlakuan yang positif dan
penuh perhatian dari para pengawas, percaya bahwa mereka diperlakukan
adil oleh organisasi.
Iklim organisasi dan budaya organisasi dapat menjadi penyebab kuat
atas berkembangnya OCB dalam suatu organisasi. Di dalam iklim
organisasi yang positif, karyawan merasa lebih ingin melakukan
pekerjaannya melebihi apa yang telah disyaratkan dalam uraian pekerjaan
dan akan selalu mendukung tujuan organisasi jika mereka diperlakukan
oleh para atasan dengan sportif dan dengan penuh kesadaran serta percaya
bahwa mereka diperlakukan secara adil oleh organisasinya.
2) Kepribadian dan Suasana Hati
Kepribadian dan suasana hati mempunyai pengaruh terhadap
timbulnya perilaku OCB secara individual maupun kelompok. Geoge dan
Brief (Borman & Botowidlo, 1997) berpendapat bahwa kemauan
seseorang untuk membantu orang lain juga dipengaruhi oleh suasana hati.
Sebuah suasana hati yang positif akan meningkatkan peluang untuk
seseorang membantu orang lain.
3) Persepsi terhadap Dukungan Organisasional
Studi Shore & Wayne (Borman & Botowidlo, 1997)menemukan
bahwa persepsi terhadap dukungan organisasional dapat menjadi predictor
OCB. Pekerja yang merasa mereka didukung oleh organisasi akan
memberikan timbal baliknya dan menurunkan ketidakseimbangan dalam
hubungan tersebut dengan terlibat dalam OCB.
4) Persepsi terhadap Kualitas Interaksi Atasan-Bawahan
Kualitas interaksi atasan-bawahan juga diyakini sebagai prediktor
OCB. Miner (Borman & Botowidlo, 1997)mengemukakan bahwa interaksi
atasan-bawahan yang berkualitas tinggi akan memberikan dampak seperti
meningkatnya kepuasan kerja, produktifitas dan kinerja karyawan.
Ringgio (Borman & Botowidlo, 1997) menyatakan bahwa apabila
interaksi atasan-bawahan berkualitas maka seorang atasan akan
berpandangan positif terhadap bawahannya sehingga bawahannya akan
merasakan atasannya banyak memberikan dukungan dan motivasi. Hal ini
meningkatkan rasa percaya dan hormat bawahan pada atasannya sehingga
mereka termotivasi untuk melakukan lebih dari yang diharapkan oleh
atasan mereka.
5) Masa kerja
Karakteristik personal seperti masa kerja dan jenis kelamin
berpengaruh pada OCB. Karyawan yang telah lama bekerja di suatu
organisasi akan memiliki keterdekatan dan keikatan yang kuat terhadap
organisasi tersebut. Masa kerja lama juga akan meningkatkan rasa percaya
diri dan kompetensi karyawan dalam melakukan pekerjaannya, serta
menimbulkan perasaan dan perilaku positif terhadap organisasi yang
mempkerjakannya Greenberg dan Baron (Borman & Botowidlo, 1997).
6) Jenis Kelamin
Konrad et al (Borman & Botowidlo, 1997)mengemukakan bahwa
perilaku-perilaku kerja seperti menolong orang lain, bersahabat dan
bekerjasama dengan orang lain lebih menonjol dilakukan oleh wanita
daripada pria. Lovell (Borman & Botowidlo, 1997) juga mengemukakan
perbedaan yang cukup signifikan antara pria dan wanita dalam tingkatan
OCB mereka, dimana perilaku menolong wanita lebih besar daripada
pria.Morisson (1994) juga membuktikan bahwa ada perbedaan persepsi
terhadap OCB antar pria dan wanita dimana wanita menganggap OCB
merupakan bagian dari perilaku in-role mereka dibanding pria