Motif-motif yang Mendasari Organizational Citizenship Behavior (OCB) (skrispi dan tesis)

Seperti halnyasebagian besar perilaku yang lain, Organizational
Citizenship Behavior (OCB) ditentukan oleh banyak hal, artinya tidak ada
penyebab tunggal dalam Organizational Citizenship Behavior (OCB). Sesuatu
yang masuk akal bila kita menerapkan Organizational Citizenship Behavior
(OCB) secara rasional.Salah satu pendekatan motif dalam perilaku organisasi
seperti yang ditulis dalam salah satu penelitian dengan konsep salah satu
variabel Organizational Citizenship Behavior milik Hardaningtyas (2004)
berasal dari kajian McClelland dan rekan-rekannya. Menurut McClelland,
manusia mempunya tiga motif, yaitu:
a) Motif Berprestasi
Organizational Citizenship Behavior (OCB) dianggap sebagai alat untuk
menunjukkan prestasi dalam tugas kerjanya.Ketika prestasi menjadi motif
organizational citizenship behavior muncul karena perilaku tersebut
dipandang perlu untuk kesuksesan tugas tersebut.Karyawan yang memiliki
motif prestasi memandang tugas dan perspektif yang lebih menyeluruh.
Karyawan yang berorientasi pada prestasi akan tetap menunjukkan
Organizational Citizenship Behavior selama cukup kesempatan untuk
melakukannya, hasil-hasil penting didasarkan pada penampilan kerja pribadi
masyarakat, tujuan tugas yang telah terdefenisi secara jelas dan feedback
penampilan kerja yang diterima. Karyawan yang berorientasi pada prestasi
memperlihatkan perilaku Organizational Citizenship Behavior sebagai suatu
kontribusi yang unik terhadap unit kerja, membantu unit tersebut untuk
bekerja lebih efisien.
b) Motif Afiliasi
Van Dyne (1994) menggunakan istilah afiliatif sebagai kategori perilaku
extra-role yang melibatkan Organizational Citizenship Behavior dan perilaku
prososial organisasi untuk membentuk dan memelihara hubungan dengan
orang lain atau organisasi. Karyawan yang berorientasi pada afiliasi
menunjukkan Organizational Citizenship Behavior karena mereka
menempatkan nilai orang lain dan hubungan kerjasama. Motif afiliasi
dipandang sebagai suatu komitmen terhadap pemberian pelayanan pada orang lain. Karyawan yang berorientasi pada afiliasi membantu orang lain karena mereka membutuhkan bantuan, atau menyampaikan suatu informasi karena hal tersebut menguntungkan penerima. Karyawan ini akan bersungguh-sungguh karena seseorang (atasan ataupun pelanggan) membutuhkan mereka.
Hasil penampilan kerja mereka tidak sebanyak perhatian tentang keuntungan
yang diterima oleh orang lain. Mereka menempatkan prioritas pada
Organizational Citizenship Behavior(OCB), meskipun kadang-kadang
merugikan dirinya sendiri.
Karyawan yang berorientasi pada afiliasi akan menunjukkan komitmen
terhadap orang lain dalam organisasi dengan rekan kerja, manajer dan
supervisor. Perilaku menolong, berkomunikasi, bekerjasama, dan
berpartisipasi kesemuanya muncul dari keinginan mereka untuk memiliki dan
tetap berada dalam kelompok. Selama karyawan tersebut memahami bahwa
kelompok tersebut bernilai, Organizational Citizenship Behavior (OCB)
akantetap berlanjut. Pada karyawan yang berorientasi pada afiliasi pemberian
pelayanan orang lain merupakan prioritas utama.
c) Motif Kekuasaan
Karyawan yang berorientasi pada kekuasaan menganggap OCB
merupakan alat untuk mendapatkan kekuasaan dan status dengan figur otoritas dalam organisasi.Tindakan-tidakan organizational citizenship behavior
didorong oleh suatu komitmen terhadap agenda karir seseorang. Karyawan
yang berorientasi pada kekuasaan, menolong orang lain, berkomunikasi lintas
departemen atau memberikan masukan dalam proses organisasi adalah agar
dapat terlihat peran kekuasaanya. Karyawan yang berorientasi pada kekuasaan menginvestasikan modalnya dengan menampilkan organizational citizenship behavior dan membangun landasan untuk kekuasaan mereka melalui organizational citizenship behavior