The winner’s cure hypothesis ini dikembangkan oleh Rock (1986) yang menjelaskan bahwa underpricing terjadi karena adanya asimetri infromasi antar investor. Model rock ini membagi investor menjadi dua bagian yaitu investor yang memiliki informasi (informed) dan investor yang tidak memiliki informasi (uninformed). Rock (1986) menyatakan bahwa : “Ketika terjadi kelebihan permintaan, dapat diasumsikan hasilnya secara khusus banyak pesanan tersebut dilakukan oleh investor yang memiliki informasi yang mengetahui keuntungan mengenai prospek dari penawaran, investor ini di pasar disebut „informed’, sedangkan semua investor lain termasuk emiten disebut „uninformed’ “ Kelompok informed investors memiliki banyak informasi yang lebih mengenai nilai sebenarnya dari saham sehingga kelompok ini akan membeli saham yang memberikan keuntungan tinggi di masa mendatang. Informed investors akan membeli saham ketika harga saham pada penawaran perdana mengalami underpricing yang menyebabkan permintaan pembelian saham menjadi berlebihan, sebaliknya untuk kelompok uninformed investors tidak memiliki informasi yang lebih seperti kelompok informed investors sehingga tipe ini akan membeli saham IPO yang harganya murah (underpricing) atau mahal (overpricing) yang memberikan keuntungan tinggi maupun tidak memberikan keuntungan. 35 Kedua tipe investor ini mengalami apa yang dinamakan dengan winner’s curse dan menghadapi kondisi adverse selection (Ritter, 1989). Adverse selection sendiri menurut Manurung (2013:24) dinyatakan sebagai kondisi dimana: “Underpricing merupakan konsekuensi dari tingkah laku rasional oleh emiten pada karakteristik lingkungan oleh adanya asimetri informasi mengenai perusahaan diantara investor yang potensial, dimana investor memiliki perbedaan informasi mengenai perusahaan sehingga biasanya kompetisi investor sangat ketat pada saham yang sangat bagus dikarenakan investor yang memiliki informasi akan memesan saham lebih besar