Ryff (1989) menyebutkan bahwa, selama dua puluh tahun terakhir
penelitian mengenai Psychological Well-Being terpak pada perbedaan antara
efek positif da negatif serta kepuasan hidup (life satisfaction). Penelitianpenelitian
mengenai psychological well-being tidak didasari oleh tinjauan
teori yang kuat, akibatnya pengukuran Psychological well-being melupakan
satu aspek penting yaitu fungsi positif (positive functioning) dari manusia.
Fungsi positif tersebut merupakan pemahaman bagaimana seseorang
mempunyai kemampuan dan potensi dan mampu mengembangkannya.
Ryff (1989) mengembangkan pendekatan multidimensial untuk
mengukur psychological well-being. Pendekatan multidimensial tersebut
berdasarkan pada tinjauan berbagai sudut pandang berbagai ahli psikologi
yang tertarik dengan pertumbuhan dan perkembangan penuh potensi
individual seperti teori aktualisasi diri Abraham Maslow (1968), fully
functioning person Carl Rogers (1961), mature person Gordon Allport
(1961), dan individuation Carl Jung (1933) (dalam Ryff, Keyes dan
Shmothkin, 2002).
Ryff (1989) telah menyusun pendekatan multidimensional untuk
menjelaskan mengenai psychological well-being. Dimensi-dimensi tersebut
antara lain kepemilikan akan rasa penghargaan terhadap diri sendiri,
kemandirian, memiliki hubungan yang positif dengan orang lain, penguasaan
terhadap lingkungan di sekitarnya, memiliki tujuan hidup dan pertumbuhan
pribadi yang berkelanjutan. Berikut penjelasan mengenai keenam dimensi
tersebut (Ryff, 1989):
a. Penerimaan diri (Self acceptance)
Dimensi penerimaan diri merupakan ciri utama kesehatan mental dan
juga sebagai karakteristik utama dalam aktualisasi diri, berfungsi secara
optimal dan kematangan. Penerimaan diri yang baik ditandai dengan
kemampuan menerima diri sendiri apa adanya, sehingga kemampuan tersebut
memungkinkan seseorang untuk bersikap positif terhadap diri sendiri dan
kehidupan yang dijalaninya. Seseorang yang mamiliki tingkat penerimann diri
yang tinggi memiliki sikap positif terhadap diri sendiri, mengakui dan
menerima berbagai aspek yang ada dalam dirinya, baik positif maupun negatif
dan memiliki pandangan positif tentang kehidupan masa lalu. Sebaliknya
individu dengan tingkat penerimaan diri yang rendah akan merasa tidak puas
dengan dirinya, merasa kecewa dengan pengalaman masa lalu dan mempunyai
pengharapan untuk tidak menjadi dirinya seperti saat ini.
b. Hubungan positif dengan orang lain (Possitive relations with others)
Banyak teori yang menekankan pentingnya hubungan interpersonal
yang hangat dan saling mempercayai dengan orang lain. Kemampuan untuk
mencintai dipandang sebagai komponen utama kesehatan mental. Individu
yang mempunyai hubungan positif dengan orang lain atau tinggi untuk
dimensi ini ditandai dengan adanya hubungan yang hangat, memuaskan, dan
saling percaya dengan orang lain. Individu tersebut juga mempunyai rasa
afeksi dan empati yang kuat. Sebaliknya, individu yang rendah atau kurang
baik untuk dimensi ini, sulit untuk bersikap hangat dan enggan untuk
mempunyai ikatan dengan orang lain.
c. Kemandirian (Autonomy)
Dimensi ini menjelaskan mengenai kemandirian, kemampuan untuk
menentukan diri sendiri dan kemampuan untuk mengatur tingkah laku.
Individu yang baik dalam dimensi ini, mampu menolak tekanan sosial untuk
berfikir dan bertingkah laku dengan cara tertentu, serta dapat mengevaluasi
dirinya sendiri dengan standard personal. Sedangkan individu yang rendah
atau kurang baik untuk dimensi ini akan memperhatikan harapan dan evaluasi
dari orang lain, membuat kepuusan berdasarkan penilaian orang lain dan
cenderung bersikap konformis.
d. Penguasaan lingkungan (Environmental mastery)
Dimensi ini menjelaskan tentang kemampuan individu untuk memilih
lingkungan yang sesuai dengan kondisi fisiknya. Kematangan pada dimensi
ini telihat pada kemampuan individu dalam menghadapi kejadian di luar
dirinya. Individu yang mempunyai penguasaan lingkungan baik mampu dan
berkompetensi mengatur lingkungan, menggunakan secara efektif kesempatan
dalam lingkungan, mampu memilih dan menciptakan konteks yang sesuai
dengan kebutuhan dan nilai individu itu sendiri. Sebaliknya, apabila individu
tersebut memiliki penguasaan lingkungan yang rendah akan kesulitan untuk
mengatur lingkungannya, selalu mengalami kekhawatiran dalam
kehidupannya, tidak peka terhadap sebuah kesempatan dan kurang memiliki
kontrol lingkungan di luar dirinya.
e. Tujuan hidup (Purpose of life)
Kesehatan mental didefinisikan mencakup kepercayaan-kepercayaan
yang memberikan individu suatu perasaan bahwa hidup ini memiliki tujuan
dan makna. Individu yang berfungsi secara positif memiliki tujuan, misi dan
arah yang membuatnya merasa hidup ini memiliki makna. Dimensi ini
menjelaskan mengenai kemampuan individu untuk mencapai tujuan dalam
hidup. Seseorang yang mempunyai arah dalam hidup akan mempunyai
perasaan bahwa kehidupan saat ini dan masa lalu mempunyai makna,
memegang kepercayaan yang memberikan tujuan hidup dan mempunyai target
yang ingin dicapai dalam kehidupan. Sebaliknya, seseorang yang kurang baik,
dalam dimensi ini akan memiliki perasaan bahwa tidak ada tujuan yang ingin
dicapai dalam hidup, tidak melihat adanya manfaat dari masa lalu
kehidupannya dan tidak mempunyai kepercayaan yang membuat hidup lebih
bermakna.
f. Pertumbuhan pribadi (Personal grouwth)
Dimensi ini menjelaskan mengenai kemampuan individu untuk
mengembangkan potensi dalam dirinya. Pertumbuhan pribadi yang baik
ditandai dengan perasaan mampu dalam melalui tahap-tahap perkembangan,
terbuka terhadap pengalaman baru, menyadari potensi yang ada dalma dirinya,
melakukan perbaikan dalam hidupnya setiap waktu. Sebaliknya, seseorang
yang kurang baik dalam dimensi ini akan menampilkan ketidakmampuan
untuk mengembangkan sikap dan bertingkah laku baru, mempunyai perasaan
bahwa ia adalah pribadi yang stagnan dan tidak tertarik dengan kehidupan
yang dijalaninya.
Berdasarkan pada dimensi-dimensi yang ada dalam kesejahteraan psikologis
dapat disimpulkan bahwa dimensi kesejahteraan psikologis meliputi kemampuan
individu dalam menerima diri apa adanya, mampu mengembangkan potensi dalam
dirinya, memiliki hubungan yang positif dengan orang lain, memilki kemandirian,
memiliki tujuan dalam hidup, dan mampu mengusai lingkungannya