Pemasar saat ini menaruh banyak perhatian tentang bagaimana cara untuk memuaskan pelanggan mereka dengan cara yang dianggap terbaik dan dapat dijadikan sebagai keunggulan kompetitif yang kuat. Kepuasan adalah pengalaman keseluruhan konsumen dengan produk atau layanan dan niat pembelian kembali juga termasuk didalamnya (Rehman, et, al., 2014). Mourie (2005) menyatakan bahwa pengalaman yang memenuhi kebutuhan atau keinginan pelanggan dapat meningkatkan kemungkinan hubungan jangka panjang. Selain itu, lebih tinggi atau lebih rendah kepuasan kemauan konsumen tergantung pada kualitas karakteristik merek yang ditawarkan oleh perusahaan (Sahin, dkk, 2011; Gerpott; Rans dan Schindler, 2001). Berbagai penelitian mengatakan bahwa loyalitas dipengaruhi oleh kepuasan melalui tingkat kepuasan kita dapat memprediksi niat pembelian dan perilaku konsumen terhadap merek produk (Ahmed, Dkk, 2014; Eggert, A. & Ulaga, 2002). Studi praktis menggambarkan bahwa kepuasan adalah pendahulu dari loyalitas merek, niat untuk membeli kembali produk dan perilaku merek terhadap pelanggan (Ahmed, Dkk, 2014; Oliver, 1980; Pritchard et al, 1999; Russell- Bennett et al, 2007). Kepuasan saja mungkin belum memenuhi unsur yang cukup untuk membuat seorang konsumen menjadi loyal (Rehman, dkk, 2014; Agustin dan Singh, 2005). Akan tetapi, loyalitas merek secara langsung dipengaruhi oleh kepuasan merek (Rehman, 2014).