Menurut Diener (2005) kesejahteraan subjektif adalah evaluasi atau
penilaian seseorang terhadap hidupnya secara kognitif dan afektif. Hal ini
mencakup reaksi emosional seseorang terhadap kejadian atau peristiwa di dalam
hidupnya serta penilaian kognitif terhadap kepuasan dan pemenuhan kebutuhan
didalam hidupnya. Kesejahteraan subjektif ditandai dengan rendahnya emosi yang
negatif, kepuasan hidup yang tinggi, dan membuat hidupnya lebih berharga.
Individu dengan kesejahteraan subjektif yang tinggi adalah orang yang puas
dengan hidupnya dan sering merasa bahagia, serta jarang merasakan emosi yang
tidak menyenangkan seperti sedih atau marah. Sebaliknya, individu dengan
kesejahteraan subjektif yang rendah adalah orang yang merasa kurang puas
dengan hidupnya, jarang merasa bahagia, dan lebih sering merasakan emosi yang
tidak menyenangkan, seperti marah atau cemas. Kesejahteraan subjektif adalah
persepsi individu terhadap kehidupannya atau pandangan subjektif individu
terhadap pengalaman hidupnya (Russel, 2008). Beberapa peneliti menggunakan
istilah well-being sebagai istilah dari kebahagiaan (happiness) itu sendiri. Konsep
well-being sendiri mengacu pada pengalaman dan fungsi psikologis secara
optimal. William C. Compton (2005) menyatakan bahwa secara garis besar,
indeks kesejahteraan subjektif seseorang dilihat dari skor dua variabel utama yaitu
kebahagiaan dan kepuasan dalam hidup.
Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori kesejahteraan
subjektif dari Diener (2005).