Anggraini (dalam Taviono, 2016) dalam penelitiannya mengungkapkan
hasil bahwa gaya hidup brand minded yang tinggi akan membawa beberapa
dampak yang cukup merugikan, yaitu :
a. Individu dengan kecenderungan gaya hidup brand minded yang tinggi akan
lebih mengikuti perkembangan produk fashion. Seperti,setiap bulannya membeli
produk fashion terbaru dengan merek (brand) tertentu yang sebenarnya tidak
terlalu diperlukan.
b. Dalam hal keuangan, individu dengan gaya hidup brand minded yang tinggi
cenderung lebih boros dan akan lebih mudah mengeluarkan uangnya untuk
mendapatkan produk-produk fashion terbaru dan bermerek (branded) yang
diinginkannya. Ketika telah mendapatkan produk fashion yang diinginkan,
individu dengan kecenderungan gaya hidup brand minded yang tinggi ini akan
merasakan kepuasan tersendiri. Namun, jika belum atau tidak berhasil
mendapatkan apa yang diinginkannya, maka akan timbul perasaan tertekan dan
membuat individu tersebut menjadi rendah diri.
13
Maka, individu dengan gaya hidup brand minded yang tinggi akan selalu
berusaha untuk membeli produk fashion bermerek (branded). Orientasi pada
merek (brand) ini dapat mendorong individu untuk membeli suatu barang yang ia
sukai secara spontan, dan lama-kelamaan akan menjadi candu tanpa
mempertimbangkan manfaatnya, sehingga ia dengan mudahnya menjadi boros.
Hal ini menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki kecenderungan gaya hidup
brand minded tinggi, membeli tidak lagi berdasarkan kebutuhan, tetapi semua itu
dilakukan untuk mencari kepuasaan semata. Tanpa disadari, individu tersebut
akan memiliki perilaku pembelian yang mengarah kepada kecenderungan
pembelian Impulsif (Impulsive buying).