Sahi (2013) mengemukakan bahwa financial satisfaction merupakan
kepuasan yang dirasakan individu berkaitan dengan berbagai aspek kondisi
keuangan mereka. Menurut Kim (1999), financial satisfaction adalah kepuasan
seseorang terhadap kondisi keuangan pribadi. Praag dan Carbonell (2001)
mengemukakan bahwa orang yang memiliki financial satisfaction adalah orang
yang merasa puas terhadap kondisi keuangan saat ini. Hira dan Mugenda
(1998) mengartikan kepuasan keuangan sebagai persepsi subjektif individu
pada kecukupan sumber daya keuangan yang dimiliki. Oleh karena itu,
kepuasan keuangan merupakan salah satu komponen dari kehidupan yang
ditandai dengan ketercukupan aset keuangan. Berpijak pada definisi tersebut,
tampak bahwa mencapai atau tidak mencapai kepuasan keuangan ditentukan
oleh bagaimana mengelola uang. Selain daripada itu, kepuasan keuangan
merupakan salah satu kewajiban bagi siapa saja untuk mewujudkannya.
Financial satisfaction dapat diukur melalui cara pandang seseorang
terhadap kepuasan dari income yang diterima, kemampuan mengatasi masalah
keuangan, kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar, level hutang yang
dimiliki, jumlah tabungan, ketersediaan uang untuk kebutuhan di masa depan,
serta tujuan hidup (Hira dan Mugenda, 1998). Penilaian financial satisfaction
dapat dilakukan secara objektif maupun secara subjektif. Penilaian secara
objektif yaitu melihat dari kondisi keuangan secara riil. Penilaian subjektif
merupakan penilaian dari dalam diri masing-masing individu dalam melihat
kondisi keuangan. Financial satisfaction dapat dinilai secara terpisah, yaitu
berdasarkan objektif saja atau berdasarkan subjektif saja, maupun secara
bersama-sama.
Menurut Tascano et al. (2006), tujuan kebahagian individu ialah untuk
memenuhi kebutuhan individu dan keinginan untuk membuat diri kita lebih
bahagia. Secara umum individu akan melakukan yang terbaik mengingat
situasi keuangan tertentu untuk memaksimalkan kebutuhan mereka. Untuk itu,
tingkat kepuasan yang berasal dari situasi financial yang diberikan akhirnya
akan menjadi penentu penting dari kebahagiaan individu. Oleh karena itu,
financial satisfaction dapat dilihat sebagai mediator antara pendapatan dan
kebahagiaan, karena kepuasan hidup dipengaruhi oleh banyak faktor selain
penghasilan, sedangkan financial satisfaction memiliki penghasilan input
utama. Penilaian secara subjektif masing-masing individu terhadap financial
satisfaction dinilai lebih akurat karena setiap individu dapat menilai kondisi
keuangan saat ini terhadap kondisi dimasa lalu, ekspektasi dimasa depan dan
standar sosial, dibandingkan melihat kondisi keuangan secara objektif saja.
Cara mengukur financial satisfaction disesuaikan terhadap sampel yang di uji.
Orang dapat mengevaluasi tingkat kesejahteraan yang berkaitan dengan
keadaan dan perbandingan kepada orang lain, pengalaman masa lalu dan
harapan masa depan. Faktor-faktor penentu kesejahteraan dapat
diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok yang berbeda, yaitu atribut tujuan
(misalnya pendapatan, karakteristik pribadi dan jenis rumah tangga lainnya),
atribut yang dirasakan (misalnya kepuasan dengan standar hidup atau dengan
tabungan dan investasi sebagai indikator terkait atribut objektif), dan atribut
dievaluasi sebagai penilaian individu karakteristik keuangan dan non-keuangan
ketika dinilai terhadap standar perbandingan (misalnya aspirasi, harapan, dan
lain-lain).