Menurut kamus besar Bahasa Indonesia Eksistensi adalah
keberadaan, kehadiran yang mengandung unsur bertahan. Sedangkan
menurut Zainal Abidin (Abidin, 2007:16) eksistensi adalah “Eksistensi
adalah suatu proses yang dinamis, suatu, menjadi atau mengada. Ini sesuai
dengan asal kata eksistensi itu sendiri, yakni exsistere, yang artinya keluar
dari, melampaui atau mengatasi. Jadi eksistensi tidak bersifat kaku dan
terhenti, melainkan lentur atau kenyal dan mengalami perkembangan atau
sebaliknya kemunduran, tergantung pada kemampuan dalam
mengaktualisasikan potensi-potensinya”.
Eksistensi adalah kata yang berasal dari bahasa latin yaitu existere
yang memiliki arti : muncul, ada, timbul dan berada. Hal ini kemudian
melahirkan empat penjelasan baru tentang eksistensi, yaitu:
a. Eksistensi adalah apa yang ada
b. Eksistensi adalah apa yang memiliki
c. Eksistensi adalah segala sesuatu yang dialami dengan penekanan bahwa
sesuatu itu ada
d. Eksistensi adalah kesempurnaan.
Seorang ahli filsafat atau filsuf bernama Karl Jaspers memaknai
eksistensi sebagai pemikiran manusia yang memanfaatkan dan mengatasi
seluruh pengetahuan objektif. Berdasarkan pemikiran tersebut, manusia
dapat menjadi dirinya sendiri dan menunjukkan bahwa dirinya adalah
makhluk eksistensi. Selain itu, Jaspers juga menjelaskan
tentang penerangan eksistensi yang dikemukakannya, yaitu:
a. Eksistensi selalu memiliki hubungan dengan transedensi.
b. Eksistensi merupakan filsafat yang menghayati dan menghidupi
kebenaran.
c. Eksistensi seorang manusia dapat dibuktikan oleh cara berpikir dan
tindakannya.
Karl Jaspers menerangkan hal-hal tersebut dengan tujuan supaya semua
Karl Jaspers menerangkan hal-hal tersebut dengan tujuan supaya semua
orang paham dan sadar bahwa setiap orang memiliki keunikan yang
berbeda satu dengan yang lain. Sebab, eksistensi merupakan sesuatu yang
sifatnya individual sehingga bisa ditentukan oleh masing-masing individu.
Dan menurut Jaspers, semua orang memiliki cara keberadaan yang khas
dan unik, itulah yang dinamakan sebagai eksistensi seorang individu.
Sehingga setiap orang yang dapat menentukan jati diri atas keberadaannya
dan mampu berdiri diantara eksistensi orang lain maka mereka akan
mendapatkan eksistensi yang sejati.
Konsep dasar mengenai eksistensi digambarkan oleh Abidin (2007:18)
adalah sebagai berikut :
a. Umwelt, adalah dunia objek-objek di sekitar kita, dunia yang bersifat
objektif. Umwelt adalah dunia kebutuhan biologis, dorongan hewani,
naluri tidak sadar, dan segala sesuatu yang biasanya dinamakan
“lingkungan”.
b. Mitwelt, adalah dunia perhubungan antar manusia, terdapat perasaan
seperti benci dan cinta. Baik cinta dan benci, tidak pernah bisa
dipahami hanya sebagai sesuatu yang bersifat biologis dan
tergantung pada sejumlah faktor yang bersifat manusia, misalnya
keputusan pribadi dan komitmen terhadap orang lain.
c. Eigenwelt, adalah kesadaran diri, perhubungan diri, dan secara khas
hadir dalam diri manusia. Eigenwelt merupakan pusat dari perspektif
manusia dan pusat dari perhubungan antara manusia dengan bendabenda atau orang lain. Eigenwelt juga berarti kesadaran, bahwa
manusia “ada” dan “keberadaannya” tidak dapat disangkal. Tanpa
kesadaran itu manusia kehilangan orientasi dan dengan demikian
kehilangan eksistensinya