Konsep diri terbagi atas beberapa bagian. Atwater dalam Puspasari (2007), mengolongkannya dalam lima bagian, setelah melakukan penelitian panjang tentang konsep diri, yaitu pola pandang diri subjektif (subjective self), bentuk dan bayangan tubuh (self image), perbandingan ideal (the ideal self), pembentukan diri secara sosial (the social self) dan skala-skala konsep diri:
a) Pola pandangan diri subjektif (Subjective self)
Cara pengenalan diri yang terbentuk dari bagaimana individu melihat dirinya sendiri. Biasanya secara umum diri yang dipikirkan itu terdiri dari gambaran-gambaran diri (self image) baik itu potongan visual (seperti bentuk wajah dan tubuh yang diamati ketika bercermin), persepsi diri (umumnya didapati melalui bentuk komunikasi terhadap diri sendiri ataupun pengalaman bersosialisasi dengan orang lain). Dengan pemahaman konsep diri, seseorang akan membandingkan dirinya dengan orang lain dalam berbagai hal baik itu bersifat nonfisik. Salah satu proses yang berkaitan dengan perbandingan nonfisik adalah proses perbandingan perspektif. Perbandingan ini dilakukan seseorang untuk melihat karakteristik dirinya dalam mengembangkan diri, seperti tingkat kemampuan komunikasi, tingkat kemampuan untuk menarik perhatian lawan jenis atau lainya. Tentunya mekanisme pengenalan diri nyata dan perseptif tidak dapat dipisahkan. Proses pengenalan diri yang bersifat nyata mempengaruhi persepsi diri kita. Misalnya seseorang yang melihat bayangan dirinya pada cermin secara nyata kemudian secara langsung akan mempengaruhi persepsi dirinya
. b) Bentuk dan Bayangan Tubuh (Body Image)
Berbeda dengan mekanisme yang sebelumnya, bahwa bayangan tubuh dicermin mempengaruhi persepsinya, sebaliknya yang kedua ini adalah kondisi emosional dapat memberi pengaruh terhadap bagaimana seseorang mengenali bentuk fisiknya. Misalnya pengalaman traumatis yang beresiko besar seperti pelecehan seksual atau kekerasan fisik maupun psikologis lainnya. Korban pada umumnya akan memiliki konsep diri yang negatif pada tubuhnya.
c) Perbandingan Ideal
Salah satu proses pengenalan diri adalah dengan membandingkan diri dengan sosok ideal yang diharapkan. Proses pembentukan diri ideal ini melalui proses-proses seperti adanya pembentukan harapan diri seperti ingin menjadi cantik atau lebih pandai, persyaratan moral, seperti kejujuran, ketaatan beribadah dan tingkah laku terhadap orangtua. Misalnya anak yang tinggal pada lingkungan yang sangat religious, kemungkinan besar akan memiliki konsep diri yang sangat tinggi pada kejujuran. Menurut Keliat dalam Salbiah (2003), agar individu mampu berfungsi dan mendemonstrasikan kecocokan antara persepsi diri dan ideal diri, idela diri hendaknya ditetapkan tidak terlalu tinggi, tetapi masih lebih tinggi dari kemampuan agar menjadi pendorong dan masih dapat dicapai.
d) Pembentukan Diri Secara Sosial (The Social Self)
Proses ini merupakan proses melihat diri seperti yang dirasakan orang lain. Seseorang mencoba untuk memahami persepsi orang lain terhadap dirinya. Pembentukan konsep diri ini melibatkan penilaian sekelompok terhadap suatu individu. Penilaian sekelompok orang inilah yang merupakan proses labelisasi terhadap karakteristik konsep diri seseorang. Proses labeling ini, misalnya memanggil anak dengan nama si gendut, bandel, tukang berkelahi. Pemberian label ini dilakukan berdasarkan persepsi orang terhadap apa yang kelihatan, baik fisik maupun non fisik. Keliat dalam Salbiah (2003) memasukan peran dan identitas dalam pembentukan diri secara sosial.