Modal kerja selalu dalam keadaan berputar selama perusahaan yang bersangkutan masih beroperasi atau menjalankan usahanya. Perputaran modal kerja (working capital turnover) merupakan rasio yang menunjukkan tingkat keefektifan modal kerja dalam pencapaian penjualan dan dinyatakan dalam bentuk persentase. Periode perputaran modal kerja dimulai pada saat kas diinvestasikan sebagai komponen modal kerja perusahaan untuk membiayai kegiatan operasional sehari-hari sampai saat terjadi penjualan dan menghasilkan kas untuk diinvestasikan kembali sebagai modal kerja. Makin pendek periode perputaran modal kerja berarti makin cepat pula modal kerja suatu perusahaan berputar. Menurut Komaruddin (2005: 62), lama periode perputaran modal kerja tergantung kepada berapa lama periode perputaran dari masing-masing komponen dari modal kerja tersebut. Untuk menilai efisiensi penggunaan modal kerja, dapat digunakan rasio yang membandingkan penjualan bersih (net sales) dengan modal kerja bersih (net working capital).
Salah satu metode untuk menentukan perputaran modal kerja (working capital adalah metode perputaran (turnover), dimana metode ini menggunakan analisis laporan keuangan secara umum dan perputaran modal kerja dihitung menggunakan rumus working capital turnover. Tingkat perputaran modal kerja dapat diukur menggunakan rasio yang diambil dari data laporan laba rugi dan neraca suatu perusahaan. “Rasio perputaran modal kerja menunjukkan hubungan antara modal kerja dengan penjualan dan menunjukkan hubungan antara modal kerja dengan penjualan dan menunjukkan banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah modal kerja” (Munawir, 2004: 80).
Perputaran modal kerja ini menunjukkan jumlah rupiah penjualan bersih yang diperoleh bagi setiap rupiah modal kerja. Dari hubungan antara penjualan bersih dengan modal kerja bersih (selisih antara aktiva lancar dengan kewajiban lancar) tersebut dapat diketahui pula apakah perusahaan bekerja modal kerja yang tinggi atau bekerja dengan modal kerja yang rendah. Perputaran modal kerja yang tinggi dapat dikarenakan oleh rendahnya modal kerja yang diinvestasikan pada persediaan dan piutang atau dapat juga menandakan bahwa modal kerja yang tersedia tidak cukup serta tingginya perputaran persediaan dan piutang