Penyebab perilaku kekeraan orang tua  (skripsi dan tesis)

Tindak kekerasan terhadap istri dalam rumah tangga terjadi dikarenakan
telah diyakini bahwa masyarakat atau budaya yang mendominasi saat ini adalah patriarkhi, dimana laki-laki adalah superior dan perempuan inferior sehingga lakilaki dibenarkan untuk menguasai dan mengontrol perempuan. Hal ini menjadikan perempuan tersubordinasi. Di samping itu, terdapat interpretasi yang keliru terhadap stereotipi jender yang tersosialisasi amat lama dimana perempuan dianggap lemah, sedangkan laki-laki, umumnya lebih kuat (Ichwan, 2010).
Tindakan kekerasan dalam rumah tangga disebabkan oleh berbagai fatkor,
antara lain : faktor ekonomi; kultur hegomoni yang patriarkis; merosotnya
kepedulian dan solidaritas sosial; masyarakat miskin empati dan belum
memasyarakatnya UU PKDRT (Hanifah, 2007).
Menurut Center for Community Development and Education (2011)
Adapun faktor-faktor pemicunya antara lain:
a. Faktor ekonomi
Kekerasan dalam rumah tangga yang disebabkan faktor ekonomi,
antara lain karena penghasilan suami yang lebih kecil daripada penghasilan
isterinya, sehingga ego sebagai seorang suami merasa terabaikan, karena ia
merasa tak mampu mencukupi kebutuhan rumah tangganya dan kemudian
berdampak bagi suami.
b. Faktor pendidikan yang rendah
Pendidikan yang rendah bagi pasangan suami isteri, yaitu karena tidak
adanya pengetahuan bagi keduanya dalam hal bagaimana cara mengimbangi
pasangan dan mengatasi kekurangan yang dimiliki pasangan satu sama lain
dalam menyeleraskan sifat-sifat yang tidak cocok diantara keduanya.
c. Cemburu yang berlebihan.
Jika tidak adanya rasa kepercayaan satu sama lain, maka akan timbul
rasa cemburu dan curiga yang kadarnya mungkin berlebih. Sifat cemburu
yang terlalu tinggi ini bisa menjadi pemicu terjadinya kekerasan dalam rumah
tangga.
d. Disebabkan adanya salah satu orang tua dari kedua belah pihak, yang ikut
ambil andil dalam terciptanya sebuah pernikahan.
KDRT juga bisa disebabkan oleh tidak adanya rasa cinta yang dimiliki
oleh seorang suami terhadap istrinya. Pernikahan mereka terjadi mungkin
akibat campur tangan kedua orang tua mereka yang telah sepakat untuk
menjodohkan putera puteri mereka. Pernikahan tanpa dilandasi rasa cinta bisa
mengakibatkan seorang suami melakukan hal-hal yang tidak sepatutnya
dilakukan oleh seorang pemimpin rumah tangga, dan harapan untuk bisa
mejadi seorang suami yang baik dan bertanggung-jawab tidak pernah akan
dapat terwujud.
Zastrow & Browker (1984) menyatakan bahwa ada tiga teori utama yang
mampu menjelaskan terjadinya kekerasan, yaitu teori biologis, teori frustasiagresi, dan teori kontrol.
a. Teori biologis
Menjelaskan bahwa manusia, seperti juga hewan, memiliki suatu
instink agressif yang sudah dibawa sejak lahir. Sigmund Freud menteorikan
bahwa manusia mempunyai suatu keinginan akan kematian yang
mengarahkan manusia-manusia itu untuk menikmati 6 tindakan melukai dan
membunuh orang lain dan dirinya sendiri. Robert Ardery yang menyarankan
bahwa manusia memiliki instink untuk menaklukkan dan mengontrol
wilayah, yang sering mengarahkan pada perilaku konflik antar pribadi yang
penuh kekerasan.
Seseorang yang tidak menyukai atau marah terhadap bagian tubunya,
seksual yang tidak terpenuhi sehingga melakukan kekerasan seksual. Pada
keadaan ini respon psikologis timbul karena kegiatan system saraf otonom
bereaksi terhadap sekresi ephineprin yang menyebabkan tekanan darah
meningkat, takhikardi, wajah merah, menimbulkan rasa marah, merasa tidak
adekuat, mengungkapkan secara verbal menjadi lega, kebutuhan terpenuhi.
(Latipun, 2010).
b. Teori frustasi-agresi
Menyatakan bahwa kekerasan sebagai suatu cara untuk mengurangi
ketegangan yang dihasilkan situasi frustasi. Teori ini berasal dari suatu
pendapat yang masuk akal bahwa sesorang yang frustasi sering menjadi
terlibat dalam tindakan agresif. Orang frustasi sering menyerang sumber
frustasinya atau memindahkan frustasinya ke orang lain. Misalnya. Seorang
remaja (teenager) yang diejek oleh orang lain mungkin membalas dendam,
sama halnya seekor binatang kesayangan yang digoda. Seorang pengangguran
yang tidak dapat mendapatkan pekerjaan mungkin memukul istri dan anakanaknya. Suatu persoalan penting dengan teori ini, bahwa teori ini tidak
menjelaskan mengapa frustasi mengarahkan terjadinya tindakan kekerasan
pada sejumlah orang, tidak pada orang lain. Diakui bahwa sebagian besar
tindakan agresif dan kekerasan nampak tidka berkaitan dengan frustasi.
Misalnya, seorang pembunuh yang pofesional tidak harus menjadi frustasi
untuk melakukan penyerangan.
Frustasi adalah suatu respon yang terjadi akibat individu gagal
mencapai tujuan, kepuasaan, atau rasa aman, yang biasanya individu tidak
menemukan jalan keluar atas masalah yang dihadapinya. Frustasi akan
berkurang melalui perilaku kekerasan (Sarwono, 2002). Timbulnya frustasi
karena suatu tekanan atau depresi sehingga muncul marah dengan masalah
yang tidak terselesai sehingga menimbulkan gangguan agresif yaitu dengan
marah, perilaku agresif merupakan perilaku yang menyertai marah karena
dorongan individu untuk menuntut sesuatu yang dianggapnya benar, dan
masih terkontrol. (Alwisol, 2006).
c. Teori kontrol
Ini menjelaskan bahwa orang-orang yang hubungannya dengan orang
lain tidak memuaskan dan tidak tepat adalah mudah untuk terpaksa berbuat
kekerasan ketika usaha-usahnya untuk berhubungan dengan orang lain
menghadapi situasi frusstasi. Teori ini berpegang bahwa orang-orang yang
memiliki hubungan erat dengan orang lain yang sangat berarti cenderung
lebih mampu dengan baik mengontrol dan mengendalikan perilakunya yang
impulsif