Jenis-Jenis Pengukuran Rasio Leverage


Menurut Kasmir (2016:156) ada beberapa jenis pengukuran leverage
yaitu :

  1. Debt to Asset Ratio
  2. Debt to Equity Ratio
  3. Time Interest Earned Ratio
  4. Fixed Charge Coverage
  5. Debt Service Coverage
    Berikut penjelasan mengenai beberapa ratio leverage sebagai berikut:
  6. Debt to Asset Ratio
    Formula :
    Debt to Assets Ratio = Total Utang
    Total Asset
    Debt to Assets Ratio menurut Kasmir (2016: 156) adalah rasio utang
    yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang
    dengan total asset. Dengan kata lain, seberapa besar asset perusahaan
    dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh
    terhadap pengelolaan asset. Rasio ini menunjukkan besarnya total
    hutang terhadap keseluruhan total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan.
  7. Debt to Equity Ratio
    Formula :
    Debt to Equity Ratio = Total Utang (debt)
    Ekuitas (Equity)
    Debt to Equity Ratio (DER) menurut Kasmir (2016: 156) merupakan
    rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas, perbandingan
    antara seluruh hutang perusahaan baik hutang jangka panjang maupun
    hutang jangka pendek dengan modal sendiri yang dimiliki perusahaan
    atau dengan cara membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang
    lancar dengan seluruh ekuitas. Semakin tinggi DER menunjukkan
    semakin besar total utang terhadap total ekuitasnya. Debt to equity ratio
    digunakan untuk mengukur total shareholders equity yang dimiliki
    perusahaan.
    Bagi bank atau kreditor, semakin besar rasio ini akan semakin tidak
    menguntungkan karena akan semakin besar resiko yang ditanggung atas
    kegagalan yang mungkin terjadi di perusahaan. Namun, bagi perusahaan
    justru semakin besar rasio akan semakin baik.
  8. Time Interest Earned Ratio
    Formula :
    Time Interest Earned Ratio = Laba sebelum bunga dan pajak
    Beban Bunga
    Time interest earned ratio menurut Kasmir (2016: 156) adalah rasio
    antara laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) dengan beban bunga. Rasio
    ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi beban tetapnya berupa
    bunga, atau mengukur seberapa jauh laba dapat berkurang tanpa
    perusahaan mengalami kesulitan karena tidak mampu membayar bunga.
  9. Fixed Charge Coverage
    Formula :
    Fixed Charge Coverage = EBIT+Bunga+Pembayaran Sewa
    Bunga+Pembayaran Sewa
    Fixed charge coverage ratio menurut Kasmir (2016: 156) merupakan
    mengukur berapa besar keamampuan perusahaan untuk menutup beban
    tetapnya termasuk pembayaran dividen saham preferen, bunga,
    angsuran pinjaman, dan, sewa. Karena tidak jarang perusahaan
    menyewa aktivanya dari perusahaan lising dan harus membayar
    angsuran tertentu.
  10. Debt service coverage
    Formula :
    Debt service coverage = Laba sebelum bunga dan pajak
    Bunga+Sewa+ Angsuran Pokok Pinjaman
    (1-tarif pajak)
    Debt service coverage menurut Kasmir (2016: 156) merupakan
    mengukur kemampuan perusahaan memenuhi beban tetapnya termasuk
    angsuran pokok pinjaman. Jadi sama dengan leverage yang lain, hanya
    dengan memasukan angsuran pokok pinjaman.
    Berdasarkan uraian tersebut, penulis menggunakan debt to Asset ratio
    dalam menentukan leverage yang digunakan oleh perbankan, karena bagi bank atau
    kreditur biasanya memilih debt to asset ratio yang rendah karena kondisi
    perusahaan aman sehingga berpeluang lebih tinggi tidak akan bangkrut. Semakin
    meningkatknya DAR, maka semakin meningkatnya juga asset yang dibiayai hutang
    dan meningkat juga resiko keuangannya sehingga kreditur lebih menyukai apabila
    nilai DAR rendah. Tingkat rasio yang rendah berati kondisi perusahaan semakin
    aman dan utang yang dihitung dalam hal ini adalah semua utang perusahaan baik
    jangka pendek maupun jangka panjang. Jadi, jika tingkat rasio ini semakin tinggi
    maka jaminan berupa aset yang ada dan uang yang diberikan oleh kreditur dalam
    jangka panjang semakin terjamin.