Technology Acceptance Model (TAM) dikembangkan oleh Davis pada tahun 1989, sebagai model penerimaan penggunaan pada suatu sistem informasi. Sesuai dengan TAM, penggunaan (system actual usage) paling dipengaruhi oleh minat untuk menggunakan (behavioral intention toward usage). Behavioral intention toward usage dpengaruhi oleh dua kepercayaan , yaitu persepsi pengguna terhadap manfaat (perceived usefulness)dan persepsi pengguna terhadap kemudahan (perceived ease of use). Perceived usefulness diartikan sebagai tingkat dimana seseorang percaya bahwa seseorang menggunakan sistem tertentu dapat meningkatkan kinerjanya, dan perceived ease of use diartikan sebagai suatu tindakan dimana seseorang percaya bahwa menggunakan sistem tidak diperlukan usaha apapun (free of effort). Perceived ease of use juga berpengaruh pada perceived usefulness yang dapat diartikan bahwa jika seseorang merasa sistem tersebut mudah digunakan maka sistem tersebut berguna bagi mereka.
Stevanus W. Wijaya (2005) dalam Asna (2009) menyatakan bahwa TAM mendeskripsikan terdapat dua faktor yang secara dominan mempengaruhi integrasi teknologi. Faktor pertama adalah persepsi pengguna terhadap manfaat teknologi. Sedangkan faktor kedua adalah persepsi pengguna terhadap kemudahan penggunaan teknologi. Kedua faktor tersebut mempengaruhi kemauan untuk memanfaatkan teknologi. Selanjutnya kemauan untuk memanfaatkan teknologi akan mempengaruhi penggunanan teknologi yang sesungguhnya. Pada umumnya penguna teknologi akan memiliki persepsi positive terhadap teknologi yang disediakan. Persepsi negative akan muncul sebagai dampak dari penggunaan teknologi tersebut. Artinya persepsi negative berkembang setelah pengguna pernah mencoba teknologi tersebut atau pengguna berpengalaman buruk terhadap penggunaan teknologi tersebut. Sehingga model TAM dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan upaya-upaya yang diperlukan untuk mendorong kemauan menggunakan teknologi.
Gambar 2.2 Bagan TAM