Dalam buku Pengantar Manajemen oleh H.B. Siswanto (2005 : 130) Victor H. Vroom mendeskripsikan teori proses menjadi tiga bagian teori:
1. Teori Harapan (Expectation Theory). Teori ini menekankan bahwa kekuatan kecenderungan berperilaku tertentu tergantung pada kuatnya harapan bahwa perilaku tersebut akan diikuti oleh keluaran tertentu dan oleh kuatnya daya tarik keluaran itu bagi orang uang bersangkutan.
2. Teori harapan memfokuskan pada tiga jenis hubungan yaitu :
a. Hubungan upaya dengan kinerja dimana karyawan mempuyai presepsi bahwa upaya yang lebih besar berakibat pada kinerja yang makin memuaskan.
b. Hubungan kinerja dengan imbalan. Hubungan ini menyangkut keyakinan seseorang bahwa, menampilkan kinerja pada tingkat tertentu akan berakibat pada hasil tertentu yang diinginkan.
c. hubungan imbalan dengan tujuan pribadi. sejauh mana imbalan yang diterima dari organisasi memuaskan tujuan dan kebutuhan pribadi dari karyawan dan seberapa besar daya tarik imbalan tersebut bagi yang bersangkutan.
3. Teori Keadilan (Equity Theory) Teori ini menekankan bahwa bawahan membandingkan usaha dan imbalannya dengan usaha dan imbalan yang diterima orang lain dalam iklim kerja yang sama. Individu dimotivasi oleh keinginan untuk diperlakukan secara adil. Dalam pekerjaan, individu bekerja untuk memperoleh imbalan.
4. Teori Penguatan (Reinforcement Theory).
Penguatan merupakan prinsip belajar yang sangat penting dan memotivasi individu. Motivasi juga merupakan proses pemberian dorongan yang akan dapat menentukan intensitas, arah dan ketekunan individu dalam usaha mencapai sasaran serta berpengaruh secara langsung terhadap tugas dan psikologi seseorang, Robbin (2006, dalam Kusmawati 2011 : 105), Sulistiyani dan Rosidah (2003, dalam Kusmawati 2011: 105), Falk (2000, dalam Kusmawati 2011 : 105). Teori Abraham Maslow yang dikembangkan oleh Robbin (2006, dalam Kusmawati : 105) mengatakan bahwa dalam diri seseorang terdiri dari lima jenjang kebutuhan, yaitu : (1) Psikologis, (2) Kebutuhan Keamanan, (3) Kebutuhan Sosial, (4) Kebutuhan Penghargaan dan (5) Kebutuhan Aktualisasi Diri. Ketika seseorang sudah dapat memenuhi kebutuhan substansialnya, maka kebutuhan berikutnya akan menjadi motivasi bagi seseorang untuk melakukan tindakan selanjutnya. Kebutuhan sosial, kebutuhan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri dapat memicu seseorang untuk melakukan tindakan atau keputusan di dalam atau di luar kehidupan sehari-hari. Salah satu contohnya adalah melakukan pengelolaan keuangan dan investasi. Kebutuhan untuk melakukan pengelolaan keuangan dilakukan oleh seseorang ketika kebutuhan substansialnya sudah terpenuhi, seperti kebutuhan psikologis dan kebutuhan keamanan. Seseorang yang memiliki dana yang melebihi kebutuhan substansialnya akan berfikir untuk memanfaatkan dana tersebut. Tindakan minimal yang dilakukan untuk memanfaatkan kelebihan dananya adalah menabung atau mendepositokan untuk simpanan di masa tuanya nanti. Keinginan untuk menunjukkan eksistensinya mengarahkan individu untuk melakukan berbagai usaha meskipun tidak mudah dan membutuhkan usaha yang maksimal. Keinginan inilah yang nantinya akan menimbulkan minat individu untuk melakukan seseuatu di bidang ekonomi terutama dalam bidang mengelola keuangan, karena hal demikian pun juga akan memberikan harapan masa depan yang cerah.