Pembentukan identitas diri merupakan proses yang panjang, kompleks, dan sifatnya berlanjut dari masa lalu, sekarang dan yang akan datang dari kehidupan individu, selanjutnya hal ini akan membentuk kerangka berfikir untuk mengorganisasikan dan mengintegrasikan perilaku dalam berbagai ranah kehidupan. Berkaitan dengan pembentukan identitas, Yoder (dalam Muttaqin & Ekwarni, 2016) menjelaskan bahwa pembentukan identitad tergantung kesempatan, harapan, dan kebebasan yang dimiliki individu. Individu harus sadar bahwa mereka memiliki kesempatan untuk mengeksplorasi dan mengevaluasi altenatif identitas. Sedangkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan identitas menurut Soetjiningsih (2004) yakni lingkungan sosial yang meliputi:
a. Reference Group
Lingkungan sosial merupakan tempat dimana seorang remaja tumbuh dan berkembang, seperti keluarga, tetangga yang meruapakan lingkungan masa kecil, dan juga kelompok-kelompok yang terbentuk ketika memasuki usia remaja atau yang disebut dengan reference group. Kelompok-kelompok tersebut yang merupakan tempat seorang remaja memperoleh nilai-nilai dan peran yang dapat menjadi acuan bagi dirinya sendiri. Nilai-nilai dan peran yang dapat menjadi acuan bagi dirinya sendiri. Nilai- nilai yang ada dalam kelompok dan nilai-nilai yang ada pada diri seorang remajalah yang selanjutnya akan menjadi pertimbanganpertimbangan apakah nilai-nilai dalam kelompok tersebut dapat diteriima atau tidak (Soetjiningsih, 2004).
b. Significant Other
Significant other merupakan orang yang sangat berarti, seperti sahabat, guru, kakak, bintang olahraga atau film, atau siapapun yang dikagumi. Orang-orang tersebut menjadi tokoh idola bagi remaja karena mempunyai nilai-nilai ideal bagi remaja dan memmpunyai pengariuh yang cukup besar bagi perkembangan identitas diri tokoh tersebut yang akhirnya menjadi model bagi para remaja sehingga mereka menginternalisasikan nilai-nilai tersebut ke dalam diri mereka yang tercermin kedalam perilaku sehari-hari (Soetjiningsih, 2004)
Sedangkan menurut Marcia (1996) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi proses pembentukan identitas diri remaja, yaitu:
1) Tingkat iidentifikasi dengan orang tua sebelum dan selama masa remaja
2) Gaya pengasuhan orang tua
3) Adanya figure yang menjadi model
4) Harapan sosial tentang pilihan identitas yang terdapat dalam keluarga, sekolah dan teman sebaya 5) Tingkat keterbukaan individu terdapat berbagai alternative identitas
6) Tingkat kepribadian pada masa pra-adolescence yang memberikan sebuah landasan yang cocok untuk mengatasi identitas.
Remaja membentuk identitasnya dengan menggabungkan identifikasi sebelumnya menjadi struktur psikologis baru, lebih besar dari jumlah bagian-bagian yang membentuknya (Erikson dalam Papalia, Olds, Feldman, 2009). Identitas diri merupakan prinsip kesatuan yang membedakan diri seseorang dengan orang lain. individu harus memutuskan siapakah dirinya sebenarnya dan bagaimanakah perannya dalam kehidupan nanti.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan identitas diri yakni lingkungan sosial yang di dalamnya meliputi reference group dan significant other juga tingkat identifikasi dengan orang tua sebelum dan selama masa remaja, gaya pengasuhan orang tua, adanya figure yang menjadi model, harapan sosial tentang pilihan identitas, tingkat keterbukaan individu, dan tingkat kepribadian pada masa pra-adolescence.