Menurut Gilang dan Muhammad (2017:195) Perilaku adalah sebuah
respon dari diri sendiri terhadap suatu obyek atau benda yang ada disekitarnya.
Seperti halnya dengan tenaga kerja, mereka melakukan suatu perilaku safety di
kantor karena adanya suatu obyek/ alat pelindung diri yang mempengaruhi
mereka bahwa apabila mereka memakainya mereka akan aman dan selamat
sehingga terhindar dari kecelakaan kerja yang dapat membuat kerugian seperti
penderitaan fisik (perasaan trauma, cacat, kematian dan rasa bersalah), kerusakan
benda seperti mesin produksi, perlengkapan produksi, terjadi keributan dan
kepanikan, produksi tidak sesuai target dan lain-lain nya.
Perilaku dalam bekerja dibagi menjadi dua yaitu, perilaku safety dan
perilaku unsafety. perilaku safety adalah sebuah perilaku yang mempunyai risiko
terjadinya kecelakaan kerja yang sangat rendah, dimana para tenaga kerja sudah
menggunakan alat pelindung diri seperti helm safety, sepatu safety, dan earplug.
Sehingga tenaga kerja dapat bekerja dengan aman dan selamat. Perilaku unsafety
adalah suatu perilaku dimana risiko terjadinya kecelakaan kerja pada tenaga kerja
sangat tinggi, hal ini dikarenakan tenaga kerja tidak menggunakan alat pelindung
diri yang sudah diatur ditempat kerja oleh perusahaan Ayu dkk.2017 dalam
Gilang dan Muhammad (2017:195)
Beberapa penelitian berhasil membuktikan bahwa variabel keperilakuan
berpengaruh pada kinerja organisasi. Seorang pemimpin yang memiliki
karakteristik safety dengan gaya kepemimpinannya akan berupaya memberikan
motivasi kepada bawahannya untuk mau berperilaku selama dalam bekerja
Hafizah 2014 Dalam Huda, dkk (2016:54).
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang
mempunyai bentangan arti yang sangat luas Antara lain berjalan, berbicara,
menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari
uraian tersebut bisa disimpulkan bahwa perilaku manusia adalah semua kegiatan
atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat
diamati oleh pihak luar.
Menurut Hafizah 2014 dalam Usep, dkk (2016:54) Perilaku manusia
merupakan refleksi dari berbagai kejiwaan, seperti pengetahuan, keinginan, minat,
emosi, kehendak, berfikir, motivasi, persepsi, sikap, reaksi dan sebagainya.
Perilaku dapat diartikan suatu respon seseorang terhadap rangsangan dari luar
kemudian dinyatakan bahwa respon yang diberikan berbentuk dua macam yaitu
bentuk pasif atau tanpa tindakan dan bentuk aktif dengan suatu tindakan,
sedangkan perubahan perilaku mengikuti tahap-tahap, yaitu proses perubahan
pengetahuan, sikap, dan perilaku, pengetahuan dan sikap adalah faktor internal.
Perilaku pekerja juga bias diartikan sebagai tindakan yang dapat berupa
kesalahan-kesalahan atau kelainan yang dilakukan oleh manusia.
Faktor-faktor yang memegang peranan dalam pembentukan perilaku dapat
dibedakan menjadi dua faktor, yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal
meliputi kebijakan manajerial (disain reaktor dan petunjuk reaksi reaktor),
ketersedian alat pelindung diri (APD), yaitu sepatu khusus, jas lab, masker,
personal dosimetri, survey meter, alat dekontaminasi, dan lain-lain. Faktor internal
meliputi kebiasaan pekerja dalam bekerja seperti ketertiban dalam mengenakan
film badge, tidak makan, minum dan merokok pada daerah radiasi, tidak bersenda
gurau dalam menjalankan reaktor, kebiasaan membersihkan diri dan lain-lain.
Menurut Ginting, 2013 dalam Usep, dkk (2016:52).Perilaku manusia dapat
disimpulkan sebagai refleksi kejiwaan untuk memberikan respon terhadap situasi
diluar dirinya. Perilaku kesehatan manusia atau individu dipengaruhi faktor dasar
yaitu factor yang menjelaskan alasan atau motivasi seseorang untuk berperilaku,
faktor pendukung adalah faktor yang merupakan pendukung untuk berperilaku
dan factor pendorong yaitu faktor lingkungan yang dominan dalam pembentukan
perilaku. Tenaga kerja yang berperilaku sehat akan menghindari resiko terjadinya
penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja, faktor yang paling dominan sebagai
penyebab terjadinya kecelakaan kerja di industry beresiko tinggi adalah karena
perilaku kerja yang tidak selamat (Astuti, 2010), hasil analisa di tempat kerja
menunjukan bahwa 73 persen diantaranya disebabkan faktor perilaku kerja yang
tidak selamat.
