Menurut Perlman dan Peplau (dalam Peplau & Goldston, 1984) terdapat
dua faktor yang menyebabkan terjadinya kesepian
a. Faktor pemicu (Precipitate factor)
Faktor pemicu kesepian dapat dibagi menjadi dua yaitu, perubahan
pada hubungan sosial yang dimiliki dan perubahan hubungan sosial
yang diinginkan.
1) Hubungan sosial yang sebenarnya
Hubungan sosial yang sebenarnya dapat memicu kesepian apabila
hubungan tersebut dinilai tidak lagi memuaskan bagi individu
seperti sebelumnya. Mungkin penentu yang paling jelas dari
kesepian adalah sifat hubungan sosial yang sebenarnya. Meskipun
beberapa kegagalan untuk meniru menunjukan bukti yang tegas
bahwa orang yang kesepian memiliki kontak atau hubungan sosial
yang lebih sedikit dari pada yang tidak kesepian. Seseorang yang
kesepian mengatakan bahwa kegiatan sosial yang dimiliki lebih
sedikit dan memiliki teman-teman yang lebih sedikit (Jones,
Perlman, Goldenbreg, Russell, dalam Peplau & Goldston 1984).
Seseorang yang kesepian memiliki kontak yang kurang dengan
teman-teman mereka (Perlman, 1978). Survey yang dilakukan
oleh Perlman dan Goldenbreg (dalam Peplau & Goldston 1984)
pada mahasiswa tahun pertama di Universitas, bahwa kontak
dengan teman-teman menjadi prediktor yang kuat untuk kesepian.
Bentuk kontak dengan teman-teman dapat berupa dukungan sosial.
Dukungan sosial dapat diperoleh dari berbagai sumber diantaranya
dukungan sosial dari keluarga dukungan sosial teman sebaya dan
kelompok tertentu yang memberikan informasi dan memiliki
kesamaan situasi (Sarafino & Smith, 2011).
2) Hubungan sosial yang dibutuhkan atau diinginkan
Hubungan sosial yang diinginkan individu juga dapat memicu
kesepian, apabila pada kenyataanya individu memiliki hambatan
untuk mewujudkannya.
b. Faktor kerentanan ( predispose factor )
Faktor yang dapat membuat individu rentan terhadap keepian dan
memperpanjang durasi terjadinya kesepian dapat dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu :
1) Karakteristik personal
a) Sifat malu (shyness)
Sifat malu diidentifikasikan sebagai kecenderungan untuk
menghindari interaksi sosial dan gagal untuk berpartisipasi
secara tepat dalam situasi sosial yang dapat menjadi contributor
penting untuk kesepian menurut Pilkonis (dalam Duak &
Gilmour, 1981).
b) Harga diri
Menurut Santrock (2003) harga diri adalah keseluruhan cara
yang kita gunakan untuk mengevaluasi diri kita. Locks &
Cutrona (dalam Duak & Gilmour, 1981) menyatakan bahwa
bahwa harga diri yang rendah sejalan dengan kesepian yang
lebih besar. Jones (dalam Peplau & Goldston 1984)
menemukan korelasi signifikan antara skor pada skala kesepian
UCLA dan pada skala harga diri dalam Coopersmith
c) Ketrampilan sosial
Weiss dkk (dalam Duak & Gilmour, 1981) menyatakan bahwa
kurangnya keterampilan sosial kemungkinan berasal dari masa
kanak-kanak, dan berkaitan dengan kesepian.
2) Karakteristik Situasional
Faktor situasional juga dapat mempengaruhi orang untuk
kesepian. Situasi bervariasi dalam kesempatan yang mereka
berikan untuk kontak sosial dan inisiasi hubungan yang baru.
Beberapa kendala mendasarkan waktu, jarak dan uang. Faktor
situasi juga dapat mengurangi kemungkinan mempertahankan
hubungan sosial yang memuaskan.
3) Karakteristik Budaya
Teoritis yang berorientasi pada sosiologi telah melihat
kesepian sebagai hasil dari faktor budaya dan penataan institusi
sosial. Misalnya, sosiolog berpendapat bahwa sekularisasi,
mobilitas dan urbanisasi berkontribusi pada tingkat kesepian di
masyarakat Amerika.
Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli
dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi kesepian meliputi
faktor pemicu (Precipitate factor ) yaitu: hubungan sosial yang sebenarnya
(dukungan sosial teman sebaya dan keluarga), dan hubungan sosial yang
dibutuhkan atau diinginkan, faktor kerentanan (Predispose factor) yaitu:
karakteristik personal, karakteristik situasional, karakteristik budaya