Aspek-Aspek Kematangan Emosi (skripsi dan tesis)

Overstreet (Schneider, 1964) mengungkapkan bahwa kematangan emosi
seseorang memiliki aspek – aspek sebagai suatu ciri sifat atau perilaku yang
dapat terlihat atau perilaku yang dapat terlihat atau diobservasi, aspek
tersebut yaitu:
a. Kecukupan respon emosional (Adequancy of Emotional Respon) adalah
kemampuan seseorang untuk menampilkan respon emosional dengan
kadar yang tepat, tidak berlebihan atau kurang, yang berarti bahwa
respon-respon emosinya harus cocok dengan tingkat pertumbuhannya.
Orang dewasa yang seperti anak kecil menggunakan tangisan atau
ledakan kemarahan untuk mendapatkan apa yang diinginkannya
merupakan ketidak matangan emosi.
b. Jarak dan kedalaman emosi (Emotional range and Depth) adalah
kemampuan seseorang untuk menampilkan respon emosional yang
sesuai dengan rangsangan yang diterima. Kematangan emosi menuntut
adanya suatu perkembangan yang memadai sehingga mampu menjadi
dasar penyesuaian yang baik. Seseorang dikatakan belum mencapai
kematangan emosi adalah seseorang yang mempunyai perasaan dangkal
dan memperlihatkan sebagai seseorang yang terlalu simpatik atau
seseorang yang memiliki kekurangan perasaan cinta, simpati, perhatian,
dan keramahan.
c. Kontrol Emosi (Emotional Control) adalah kemampuan seseorang
untuk mengendalikan dan mengontrol emosi. Kontrol emosi yang
kurang atau berlebih akan menghambat penyesuaian sosial. Sikap dan
perilaku individu yang menunjukkan kurangnya kontrol emosi antara
lain, kemarahan yang meledak-ledak yang ditunjukkan dengan perilaku
emosional, misalnya membanting barang atau berkelahi. Kegagalan
seseorang untuk mengatur perasaan merupakan salah satu factor penting
yang ikut menentukan berhasil atau gagalnya seseorang dalam
mengendalikan emosinya. Seseorang dikatakan belum matang
emosinya ketika seseorang tersebut masih terus menerus menjadi
korban oleh perasaan takut, cemas, marah, cemburu, dan rasa benci..
Sedangkan menurut Walgito (2004) aspek-aspek kematangan emosi
antara lain:
a. Dapat menerima baik keadaan dirinya maupun orang lain seperti apa
adanya secara obyektif.
b. Tidak bersifat impulsive, yaitu individu akan merespon stimulus dengan
cara mengatur fikirannya secara baik untuk memberikan tanggapan
terhadap stimulus yang mengenainya, orang yang bersifat impulsive
yang segera bertindak suatu pertanda bahwa emosinya belum matang.
c. Dapat mengontrol emosinya atau dapat mengontrol ekspresi emosinya
secara baik, walaupun seseorang dalam keadaan marah tetapi marah itu
tidak ditampakkan keluar, karena dia dapat mengatur kapan kemarahan
itu perlu dimanifestasikan.
d. Bersifat sabar, pengertian, dan umumnya cukup mempunyai toleransi
yang baik.
e. Mempunyai tanggung jawab yang baik, dapat berdiri sendiri tidak
mudah mengalami frustasi dan akan menghadapi masalah dengan penuh
pertimbangan.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan beberapa aspek-aspek
kematangan emosi yang dikemukakan di atas menurut Walgito (2004),
aspek-aspek ini juga yang digunakan untuk penelitian meliputi; dapat
menerima keadaan dirinya maupun orang lain, tidak implusif, dapat
mengontrol emosi dan mengontrol ekspresi dengan baik, dapat berfikir
objektif dan realistis, mempunyai tanggung jawab yang baik dapat berdiri
sendiri dan tidak mudah merasa frustrasi. Aspek ini dipilih dikarenakan
peneliti memandang bahwa aspek kematangan emosi sesuai dengan
konstruk yang akan diteliti oleh peneliti yaitu dapat mengetahui sejauh
mana tingkat kematangan emosi subjek.