Semiawan, (1998: 165-166) ada beberapa faktor yang mempengaruhi hubungan antara teman sebaya, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Kesamaan usia
“Anak yang memiliki kesamaan usia dengan anak lain akan memiliki kesamaan pula dalam hal minat,topik pembicaraan sertan aktivita aktivitas yng mereka lakukan”. “Hal-hal tersebut “memungkinkan anak-anak untuk menjalani hubungan yang lebih baik dan erat dengan anak yang memiliki tingkat usia yang sama dengannya”.
2. Situasi
Situasi atau keadaan memiliki imbas dalam menentukan sesuatu yang aka dimainkan secara bersama-sama dengan teman sebayanya. Sebagai contoh, “jika mereka berada dalam lapangan terbuka, mereka akan terdorong untuk menggunakan permainan yang bersifat koperatif dan tak luput dari penggunaan simbol atau orang”. “Saat anak berada dengan temannya dengan jumlah yang cukup banyak, anak akan lebih terdorong dengan melakuan permainan yang kompetitif, dibandingkan permainan koperatif”.
3. Keakraban
“Keakraban dapat menciptakan suasana yang kondusif dalam hubungan sosial, termasuk hubungan dengan teman sebaya”. “Anak akan merasa canggung jika diharuskan bekerjasama dengan teman sebaya yang kurang begitu akrab, sehingga jika diharuskan mereka melakukan kerjasama, maka masalah yang akan dihadapi akan terselesaikan dengan kurang baik dan efisien”.
4. Ukuran kelompok
“Jumlah anak yang saling berinteraksi juga dapat mempengaruhi hubungan teman sebaya”. “Semakin besar jumlah anak yang terlibat dalam suatu pergaulan dalam kelompok, interaksi yang terjadi akan semaki rendah, kurang akrab, kurang fokus, dan kurang memberikan pengaruh”.
5. Perkembangan kognitif
“Perkembanga kognitif dalam hal ini merupakan keterampilan menyelesaikan masalah”. “Semakin baik kemampuan kognitif yang dimiliki anak, yang berarti semakin pandai seorang anak dalam membantu anak lain dalam memecahkan permasalahan dalam kelompok teman sebaya, maka persepsi anak lain kepadanya akan semakin positif”.
Dengan demikian mereka cenderung menunjuk anak tersebut sebagai pemimpin dalam kelompok. “Berdasarkan peran teori diatas, dapat di simpulkan bahwa teman sebaya adalah hubungan atau interaksi antara seseorang dengan individu atau kelompok lain yang memiliki status, pemikiran, usia, dan tingkat kematangangan yang hampir sama”. “Saat melakukan pegaulan dengan teman sebaya akan akan banyak tekanan yang akan dialami seseorang atau individu (Herron dan Peter, 2005: 143) menyatakan bahwa tekanan dalam pergaulan teman sebaya tersebut dapat berupa tekanan positif maupun tekanan negatif”. “Mempunyai teman yang mendorong untuk berusaha lebih keras di sekolah atau olahraga dapat memberikan semanga jika anak belum melakukan yang terbaik”. Teman juga dapat mencegah melalaian kewajiban dan menolong disaat kesulitan. Mereka dapat memotivasi dan mendorong kita kearah yang benar. Banyak anak dapat melepaskan diri dari kebiasaan merusak diri sendiri karena pergaulan teman sebaya yang penuh perhatian. “Hal-hal tersebut adalah contoh tekanan dalam pergaulan teman sebaya yang bersifat positif, sedangkan tekanan negatif dalam pergaulan teman sebaya dapat menjadikan hal-hal buruk menjadi sesuatu yang menarik dimata seseorang”. Misalnya “ajakan untuk mencoba merokok, membuka situs yang kurang layak di internet, mencuri, minum minuman keras, dan lain-lain”. Surya, (2010: 21) kualitas pergaulan anak memiliki andil dalam membentuk dorongan prestasi. “Kualitas pergaulan dapat ditilik melalui pihak pihak yang terlibat dalam pergaulan anak, kegiatan kegiatan yang dilakukan dalam pergaulan-pergaulan tersebut, dan sejauh mana intensitas pergaulan anak tersebut”. “Berdasarka beberapa teori yang telah dikemukakan sebelunya peneliti dapat mengembangkan berbagai aspek (konstrik validitas internal) untuk menyusun pergaulan teman sebaya”. Teori tersebut merupakan teori mengenai kualitas pergaulan teman sebaya oleh (Surya, 2005: 21)
Adapun aspek-aspek tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pihak yang terlibat pergaulan.
2. Kegiatan yang dilakukan selama bergaul.
3. Intensitas pergaulan