. Aspek Kejiwaan Penderita Kanker (skripsi dan tesis)

 

Bagi kebanyakan orang, kanker adalah suatu jenis penyakit yang amat mengerikan. Masyarakat sadar akan besarnya potensi bahaya yang ditimbulkannya, sehinga orangpun berpendapat dan yakin bahwa manakala sekali seseorang didiagnosis mengidap kanker, maka berarti seolah-olah “surat kematian telah ditandatangani”. Cara, sikap atau reaksi orang dalam menghadapi penyakit kanker yang menyerang dirinya, berbeda satu sama lain tergantung pada sifat individualnya. Hal ini juga tergantung pada sebagaimana jauhkah individu yang bersangkutan untuk menyesuaikan diri terhadap situasi yang mengancam kehidupannya (Hawari, 2009).

Hal tersebut di atas juga tergantung pada usia, kematangan emosional, perilaku, reaksi-reaksi emosional dalam mengahadapi stress, hubungan kekeluargaan, keadaan sosial ekonomi dan juga pendidikan ataupun pengetahuan umum tentang kanker. Berbagai faktor psikososial di atas akan mempengaruhi kondisi jiwa seseorang untuk bereaksi. Hal ini perlu diketahui, kira-kira di antara faktor-faktor psikososial tadi, mana yang dominan.

Kepentingan untuk mengetahui reaksi emosional penderita tersebut adalah dalam rangka menentukan sikap atau pendekatan (appoach) berbagai tehnik pengobatan dan perawatan yang menyangkut empat aspek, yaitu aspek organobiologik, psikologik, soaial-kultural dan spiritual. Berbagai reaksi penderiata kanker di bidang kejiwaan antara lain kecemasan (anxiety), ketakutan (fear), dan depresi. Demikian pula halnya dengan macam-macam kepercayaan yang hidup di masyarakat (traditional beliefs), perlu mendapatkan perhatian dalam penatalaksanaan penderita kanker.

Penatalaksanaan penderita kanker dilakukan dengan pendekatan holistic yang meliputi terapi fisik, psikologik, sosial dan agama (WHO, 1984). Oleh karena itu pada penderita kanker seyogyanya tidak hanya dokter ahli bedah yang terlibat, tetapi juga psikiater/psikolog dan rohaniawan/agamawan. Sedangkan bagi perawat, dokter ataupun tenaga kesehatan lainnya juga harus mampu untuk membangkitkan motivasi penderita agar yang bersangkutan dapat menerima kenyataan manakala kanker yang diidapnya tidak lagi dapat diobati, namun masih ada alternatif lain, yang diatur dan dikontrol.