Istilah motivasi berprestasi pertama kali diperkenalkan oleh Murray pada tahun 1930-an (Davidoff, 1991, hal. 37). Selanjutnya istilah tersebut dikembangkan oleh David C. Mc Clelland. Mc Clelland membagi motivasi manusia menjadi tiga jenis, yaitu motivasi untuk berafiliasi (berhubungan dengan orang lain), motivasi untuk berkuasa, dan motivasi berprestasi. Motivasi berprestasi menjadi hal yang paling penting diteliti jika dikaitkan dengan bidang pendidikan. Motivasi berprestasi menurut McClelland (1987, hal. 233) diartikan sebagai suatu dorongan yang muncul karena adanya suatu rangsang (stimulus) yang menggerakkan individu untuk dapat menyelesaikan suatu tugas dengan lebih baik, lebih cepat, dan lebih efisien untuk mencapai prestasi yang diinginkan.
Menurut Atkinson dan Raynor (2008) motivasi berprestasi adalah factor-faktor yang nenentukan perilaku manusia dalam mencapai prestasi yang berkaitan dengan beberapa kriteria-kriteria keunggulan. Motivasi berprestasi terjadi ketika individu tahu bahwa terdapat penilaian (dari diri sendiri ataupun dari orang lain). Menurut Morgan dkk (dalam Tresnawati, 2001) merumuskan bahwa motivasi berprestasi adalah suatu usaha untuk mecapai sesuatu dan menjadi sukses dalam menampilkan tugas. Santrock (dalam Sobur, 2003) merumuskan bahwa motivasi berprestasi adalah suatu dorongan untuk menyempurnakan sesuatu, untuk mencapai sebuah standar keunggulan dan mencurahkan usaha atau upaya untuk mengungguli.