Konformitas (conformity) muncul ketika individu meniru
sikap atau tingkah laku orang lain dikarenakan tekanan yang
nyata maupun yang dibayangkan oleh mereka. Tekanan untuk
mengikuti teman sebaya menjadi sangat kuat pada remaja.
Konformitas dapat terjadi dalam beberapa bentuk dan
mempengaruhi aspek-aspek kehidupan remaja. Apakah remaja
melakukan joging karena orang lain juga melakukan hal yang
sama? Apakah remaja memanjangkan rambutnya selama setahun
kemudian dipotong pada tahun berikutnya karena mode? Atau
apakah remaja menggunakan kokain jika didorong oleh orang
lain atau apaah mereka menolak dorongn tersebut?
Konformitas terhadap tekanan teman sebaya pada remaja
dapat menjadi positif atau negative (Camarena, 1991; Foster-
Clark & Blyth, 1991; Pearl, Bryan & Herzog, 1990; Wall, 1993).
Remaja terlibat dengan tingkah laku sebagai akibat dari
konformitas yang negative, seperti misalnya menggunakan
bahasa yang asal-asalan, mencuri, mencoret-coret, dan
memperminkan orang tua dan guru. Namun, banyak konformitas
pada remaja yang tidak negative dan merupakan keinginan untuk
terlibat dalam dunia teman sebaya, misalnya berpakaian seperti
teman-temannya dan ingin menghabiskan waktu dengan anggota
dari perkumpulan. Keadaan seperti ini dapat melibatkan aktvitas
social yang baik, misalnya ketika suatu pekumpulan
mengumpulkan dan untuk alasan yang benar.
Sementara hampir semua remaja mengikuti tekanan teman
sebaya dan ukuran lingkungan social, beberapa remaja ada juga
yang non konformis atau antikonformis. Nonkonformitas
(nonconformity) muncul ketika individu mengetahui apa yang
diharapkan oleh orang-orang di sekitarny, tapi mereka tidak
16
menggunakan harapan tersebut untukmengarahkan tigkah laku
mereka. Remaja yang non-konformitas sangat mandiri, sama
seperti seorang siswa sekolah menengah atas yang memilih untuk
tidak menjadi anggota dari perkumpulan. Anti-konformitas (anticonformity)
muncul ketika individu bereaksi menolak terada
harapan kelompok dan kemudian dengan sengaja menjauh dari
tindakan atu kepercayaan yang dianut oleh kelompok.
Tekanan teman sebaya merupakan ide yang umum dalam
kehidupan remaja. Orang tua, guru, dan orang desa lainnya dpat
membantu remaja untuk menghadapi tekanan teman sebaya
(Brown, 1990; Clasen & Brown, 1987). Para remaja
membutuhkan banyak kesempatan untuk berbicara dengan teman
sebaya dan orang dewasa tentang dunia social mereka dan
tekanan-tekanan yang ada. Perubahan perkembangan yang terjadi
pada remaja kadang membawa rasa tidak aman. Pra remaja muda
snga mudah terganggu karena ras tidak mn tersebut dan
banyaknya perubahan perkembangan yang terjadi dalam
kehidupan mereka. Untuk mengatasi tekanan ini, remaja muda
perlu mengalami kesempatan untuk sukses, baik di dalam
maupun di luar sekolah, yang meningkatkan rasa kepemilikan
akan control atas dirinya sendiri. Remaja mempelajari bahwa
dunia social dapat dikontrol. Orang lain mungkin berusaha untuk
mengontrolnya, tapi para remaja ini dapat memunculkan control
pribadi atas tindakan mereka dan pengaruh yang lain (Bandura,
1989, 1991)