Prevalensi TB-HIV (skripsi dan tesis)

Pada daerah dengan angka prevalensi
HIV tinggi atau di populasi dengan
kemungkinan koinfeksi TB-HIV, konseling
dan pemeriksaan HIV diindikasikan untuk
seluruh penderita TB secara rutin. Pada
daerah dengan angka prevalensi HIV
rendah, konseling dan pemeriksaan HIV
hanya diindikasikan pada pasien TB dengan
keluhan dan tanda yang diduga
berhubungan dengan HIV dan pada pasien
TB dengan riwayat resiko tinggi terpajan
HIV. TB paru yang memerlukan uji HIV
yaitu : riwayat perilaku resiko tinggi
tertular HIV, hasil pengobatan OAT tidak
memuaskan, MDR TB / TB kronik.
Pemeriksaan minimal yang perlu
dilakukan untuk memastikan diagnosis TB
paru adalah pemeriksaan BTA sputum, foto
thorax dan bila memungkinkan pemeriksaan
CD4.
Diagnosis dibuat berdasarkan riwayat
penyakit, pemeriksaan langsung sputum 3
hari berturut-turut, faktor resiko HIV, foto
thorak terlihat pembesaran kelenjar hilus,
infiltrat di apek paru, efusi pleura, kavitas
paru atau gambaran TB milier. Sensitivitas
pemeriksaan sputum BTA pada penderita
HIV/ AIDS sekitar 50%, tes tuberkulin
positif pada 30 – 50% pasien HIV/AIDS
dengan TB.
Diagnosis presumtif ditegakkan
berdasarkan ditemukannya basil tahan asam
(BTA) pada spesimen dengan gejala sesuai
TB atau perbaikan gejala setelah terapi
OAT. Diagnosis definitif TB pada penderita
HIV/AIDS adalah dengan ditemukannya
MTB pada pembiakan spesimen