Manusia dalam setiap aspek kehidupan tidak lepas dari proses berpikir dan merasakan. Setiap kali berpikir, individu membentuk keyakinan dan prinsip dalam dirinya. Kemudian keyakinan membentuk perasaan terhadap keyakinan itu. Untuk itu, pendekatan berpikir positif selayaknya juga mencakup level emosional seseorang selain mencakup level kognitif. Dalam berpikir individu mudah terperangkap dalam apa yang telah dilakukan sebelumnya, misalnya ketika individu mengalami kegagalan sering membuat dirinya terperangkap dalam pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan negatif. Pemikirian mahasiswa yang negatif terhadap suatu masalah membuat dirinya cenderung membentuk keyakinan bahwa dirinya tidak mampu dalam hal akademik. Pandangan negatif telah membentuk keyakinan atas ketidakmampuan yang bisa menumbuhkan rasa rendah diri. Berpikir positif membantu mahasiswa mampu untuk mengarahkan motivasi, kemampuan kognisi, dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk mengerjakan tugas, mencapai tujuan, dan mengatasi tantangan akademik dengan optimal. Dengan mengubah cara berpikirnya menjadi positif, efikasi diri akademik dapat ditingkatkan, karena berpikir positif membuat individu cenderung berperasaan positif serta memandang tujuan akademik tertentu dapat diraihnya apabila mau mengarahkan dan memotivasi dirinya sendiri untuk mencapai harapan akademiknya, sehingga efikasi diri akademiknya menjadi tinggi.