Pengertian Kata syukur merupakan kata serapan dari bahasa Arab, berasal dari kata”syakara” yang memiliki arti berterimakasih, dan bentuk ism mashdar dari kaa ini adalah “syukr” atau “syukron” yang artnya juga terimakasih. Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia, diartikan sebagai rasa terimakasih kepada Allah SWT. Syukur merupakan ajaran yang sangat pentig dalam Al-Qur’an dan hadits ia beriringan dengan zikir dan ibadah kepada Allah SWT. Syukur dalam pengertiannya yang komprehensif mencakup perbuatan hati, lisan, dan anggota-anggota tubuh lainnya. Walaupun demikian, banyak orang yang terpaku pada syukur dengan lisan. Oleh sebab itu, diperlukan pertolongan dari Allah SWT agar dapat mensyukuri segala kenikmatan yang diberikan olehNya dengan benar.
Kebersyukuran kepada Allah SWT atas segala kenikmatan yang diberikan juga akan menambah kenikmatan dan nikmat dari Allah SWT, sebagaimana firmanNya: “Dan (Ingatlah) tatkala telah memberi ingat tuhanmu, ”Sesungguhnya jikalau bersyukur kamu, akan ditambahilah untuk kamu dan jika kufur kamu, sesungguhnya adzab-Ku adalah sangat ngeri” [QS Ibrahim:6]
Dalam kitab Tafsir Al-azhar karya ulama fenomenal tanah air, Buya Hamka dijelaskan mengenai ayat diatas bahwa ayat ini berkenaan dengan Bani Isra’il yang telah Allah selamatkan mereka dari penindasan dan kejahatan Fir’aun agar mensyukuri keselamatan mereka tersebut. dalam bersyukur hendaklah terus berusaha guna mengatasi kesulitan. Setelah bebas dari penindasan Fir’aun, mereka harus membangun. Jangan 14 mengomel atas persediaan yang kurang, jangan mengeluh jika banyak cita-cita yang belum tersampaikan, syukuri apa yang ada niscaya akan ditambah oleh Allah SWT. Tetapi kalau hanya mengomel atas persedian yang serba kurang, ini itu belum beres dan lain sebagainya seakan-akan pertolongan Allah SWT tidak datang maka itu disebut sebagai sebuah kekufuran, artinya melupakan nikmat dan tidak mengenal terimakasih.
Orang yang demikian akan medapatkan siksa yang pedih dan mengerikan, diantaranya ialah jiwanya yang merumuk karena ditimpa penyakit selalu merasa tidak puas. Tafsir diatas dikatakan bahwa ayat tersebut turun berkenaan dengan Bani Israil saat itu, namun makna dan maksud dari ayat ini berlaku untuk semuanya sebagaimana dalam kaidah ‘ulumul Qur’an “al ‘ibrotu bi’umumil lafdzi, la bi khususissabab” yang artinya adalah ibroh dari ayat tersebut diambil dari umumnya lafadz, tidak terikat dengan khususnya sebab diturunkannya ayat tersebut. yang menandakan bahwa meskipun ayat tersebut turun berkenan dengan Bani Israil agar mensyukuri nikmat atas pembebasan mereka dari Fir’aun dan ancaman dari Allah SWT apabila mereka mendustakan nikmatnya atau mengkufuri kenikmatan dari Allah SWT, maka azab Allah SWT adalah pedih. Ayat tersebut juga berlaku bagi kita saat ini dengan keumuman lafadznya. Dalam hadits Rasulullah SAW bersabda: “Dari Abu Hurairah RA, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, ‘lihatlah kepada siapa yang lebih dibawah klian dan janganlah melihat kepada siapa yang lebih diatas kalian, karena hal itu lebih patut menjadikan kalian tidak mengingkari nikmat Allah atas kalian’” [Muttafaqun ‘alaih] Nabi Muhammad SAW telah memberikan petunjuk kepada obat yang menakjubkan ini, sebab yang sangat kuat untuk mensyukuri nikmat Allah Ta’ala yaitu hendaknya setiap hambanya memperhatikan orang yang lebih rendah darinya dalam hal akal, nasab, harta, dan nikmatnikmat lainnya. Jika seorang senantiasa melakukan hal ini, maka mengharuskannya untuk banyak bersyukur kepada Rabbnya serta menyanjungNya. Karena ia akan selalu melihat manusia berada sangat jauh tingkatanya dalam hal-hal tersebut. (sa’di, 2014 hal. 77) Merupakan naluri dasar manusia yang selalu menengok keatas, lupa akan kondisi dirinya sendiri yang sebenarnya memiliki banyak kelebihan yang belum pasti dimiliki oleh orang lain, seakan selalu merasa tidak puas dengan pencapaiannya sehingga membuatnya lalai untuk bersyukur kepada Allah SWT atas nikmat-nikmatNya. Sehingga Rasulullh SAW sebagai suri tauladan memberikan pelajaran untuk selalu melihat kebawah, melihat orang-orang yang tidak lebih beruntung daripada kondisi kita saat ini sehingga hal ini akan menimbulkan kesyukuran atas segala pencapaian diri