Pengaruh Biaya Pencegahan, Biaya Penilaian, Biaya Kegagalan Internal dan Biaya Kegagalan Eksternal terhadap Efisiensi Biaya Produksi (skripsi dan tesis)

Hansen Mowen (2009:265) dalam Mustika Rahmi (2015) mengatakan bahwa : “Dengan Menurunnya unit produk cacat maka sedikit tenaga kerja dan bahan baku yang digunakan untuk menghasilkan output yang sama . Penurunan jumlah unit cacat memperbaiki kualitas, sementara pengurangan jumlah input yang digunakan meningkatkan efesiensi produksi.” Dengan mengoptimalkan pengendalian kualitas, biaya kualitas dapat ditekan dan berpengaruh terhadap biaya produksi. Jika input yang dimasukan dapat digunakan seluruhnya dan tidak ada sisa, maka biaya produksi menjadi lebih efesien. Namun, jika output yang dihasilkan tidak sesuai kualitas, maka dibutuhkan pengerjaan kembali agar produk dapat di jual kepada pelanggan.

Bawon, Sondakh, dan Mawikere, (2013:51) mengatakan bahwa : “Salah satu penyebab meningkatnya biaya kualitas diakibatkan oleh pengerjaan kembali produk yang gagal karena pengendalian kualitas yang tidak baik terhadap produk atau disebabkan karena standar kualitas yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar kualitas yang ditetapkan. Biaya untuk pengerjaan kembali lebih besar dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk mencegah kegagalan produk terjadi.” Dengan berkurangnya produk cacat,biaya untuk pengerjaan kembali produk cacat akan berkurang juga. Hal ini mempunyai arti bahwa dengan meningkatnya biaya penilaian dan biaya pencegahan akan meningkatkan juga kualitas produk. Meningkatnya kualitas produk dapat mengurangi biaya produksi yang berdampak pada makin turunnya biaya produksi sehingga biaya produksi menjadi efisien dan pada akhirnya laba dapat meningkat.

Teori ini di dukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Tasya Meisheilla (2018) bahwa biaya kualitas cukup berpengaruh terhadap efisiensi biaya produksi dimana penerapan biaya kualitas berdampak pada pengendalian proses produksi perusahaan untuk menghasilkan produk dengan kualitas yang baik untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Hal ini sejalan dengan penelitian Riki Martusa (2011) bahwa dengan adanya hasil analisis biaya kualitas dapat diketahui berapa besarnya biaya sebenarnya yang dikeluarkan perusahaan dalam pengendalian perusahannya, sehingga perusahaan dapat mengefisienkan biaya yang terjadi tanpa harus menurunkan kualitas produk yang dihasilkan