Jenis komitmen menurut Allen dan Meyer (dalam Setyawan, 2005)
terbagi atas tiga komponen yaitu:
1. Komitmen Afektif (affective commitment)
Berkaitan dengan emosional, identifikasi, dan keterlibatan karyawan di
dalam suatu organisasi. komitmen afektif merupakan proses perilaku
dimana melalui hal tersebut seseorang akan berfikir mengenai hubungan
mereka dengan organisasi dalam hal nilai dan kesatuan tujuan. Pada
tingkat ini merupakan tingkat dimana tujuan individu dan nilai menyatu
dengan organisasi yang diperkirakan secara langsung mempengaruhi
keinginan individu untuk tetap tinggal dalam organisasi. Sehingga
karyawan dengan afektif tinggi masih bergabung dengan organisasi karena
keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi.
2. Komitmen Normatif (normative commitment)
Merupakan perasaan karyawan tentang kewajiban yang harus diberikan
kepada organisasi. Komponen normatif berkembang sebagai hasil dari
pengalaman sosialisasi, tergantung dari sejauh apa perasaan kewajiban
yang dimiliki karyawan. Keinginan karyawan untuk tinggal dalam
organisasi berdasarkan pada tugas, loyalitas, dan kewajiban moral. Tipe ini
mungkin berasal dari kebudayaan individu atau etik kerja, karena mereka
merasa bertanggung jawab untuk tetap tinggal dalam organisasi. Perasaan
loyalitas dan tugas mendasari komitmen normatif yang mempengaruhi
individu untuk tetap tinggal dalam organisasi karena itu memang
kewajiban mereka. Komitmen ini juga menimbulkan perasaan kewajiban
kepada karyawan untuk memberikan balasan atas apa yang pernah
diterimanya dari organisasi.
3. Komitmen Berkelanjutan (continuance commitment)
Berarti komponen yang berdasarkan persepsi karyawan tentang kerugian
yang akan dihadapinya jika meninggalkan organisasi. Karyawan dengan
dasar organisasi tersebut disebabkan karena karyawan tersebut
membutuhkan organisasi. Hal ini juga dapat dilihat sebagai suatu
keinginan untuk tetap tinggal dalam organisasi karena pertimbangan biaya
ketika mereka keluar. Biaya tersebut ditunjukkan dalam dua cara yang
berbeda:
1. Sebagai individu memperoleh kedudukan dalam organisasi, seiring dengan
bertambahnya masa jabatan mereka maka mereka telah memiliki
keuntungan, misalnya dalam bentuk rancangan pensiun, senioritas,
spesialisasi keahlian, rasa kesatuan, ikatan kekeluargaan, dan lain-lain.
2. Individu mungkina merasa mereka seharusnya tetap tinggal pada
pekerjaannya sekarang karena mereka tidak memiliki alternatif perkerjaan
lain.
Kemudian Allen dan Mayer menyimpulkan bahwa karena tidak adanya
pilihan pekerjaan lain, maka karyawan dengan tingkat continuance
commitment yang tinggi akan tinggal dalam organisasi karena mereka merasa
memang seharusnya seperti itu. Karyawan yang memiliki komitmen organisasi
dengan dasar afektif memiliki tingkah laku yang berbeda dengan pegawai
dengan dasar continuance. Karyawan yang memang ingin menjadi anggota
akan memiliki keinginan untuk berusaha yang sesuai dengan tujuan organisasi.
Sebaliknya karyawan yang terpaksa menjadi anggota organisasi akan
menghindari kerugian finansial dan kerugian lain, sehingga mungkin hanya
melakukan usaha yang tidak maksimal.