Kemampuan Mengelola Emosi (skripsi dan tesis)

Goleman (2007: 58) mengatakan bahwa kemampuan mengelola emosi merupakan kemampuan untuk mengatasi emosinya sendiri agar terungkap dengan pas. Individu yang tingkat kemampuan mengelola emosinya rendah akan terus menerus bertarung melwan perasaan murung, sementara orang yang pintar akan dapat bangkit kembali dengan jauh lebih cepat dari kemerosotan dan kejauhan dalam kehidupan. Orang-orang Romawi dan gereja-gereja Kristen kuno menyebut kemampuan ini temperantia atau kedali diri, pengendalian diri, pengendalian tindakan emosional yang berlebihan. Fatimah (2006: 116) kemampuan mengelola emosi berarti kemampuan untuk menangani perasaan agar terungkap dengan tepat. Emosi dikatakan berhasil dikelola apabila mampu menghibur diri ketika ditimpa kesedihan, dapat melepas kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan bangkit kembali dengan cepat.

Safaria dan Saputra (2009: 14) mengungkapkan bahwa orang yang mampu memahami emosi apa yang sedang mereka alami dan rasakan, akan lebih mampu mengelola emosinya secara positif. Sebaliknya orang-orang yang sedang kesulitan memahami emosi apa yang sedang bergejolak dalam perasaannya, menjadi rentan dan terpenjara oleh emosinya. Dalam pernyataan Solovey (dalam Azizah, 2009: 1) menyatakan bahwa pengelolaan emosi merupakan kesadaran diri dalam membantu, dan mengungkapkan perasaan. Berbagai pengertian di atas menunjukkan bahwa pengertian pengelolaan emosi adalah kemampuan kesadaran diri individu untuk menyalurkan emosi dalam bentuk tindakan tepat yang harus dilakukan.