Robbins (2008) menjelaskan bahwa kekuasaan merujuk pada kapasitas yang dimiliki oleh atasan untuk mempengaruhi perilaku bawahan, sehingga bawahan bertindak sesuai dengan keinginan atasan. Definisi ini mencerminkan potensi yang tidak harus diaktualisasikan agar menjadi efektif, dan hubungan ketergantungan kekuasaan bisa ada, tetapi tidak digunakan.Oleh karena itu, kekuasaan adalah kapasitas atau potensi. Orang dapat mempunyai kekuasaan tetapi tidak memaksakan penggunaannya. Agaknya aspek paling penting dari kekuasaan adalah bahwa kekuasaan merupakan fungsi dari ketergantungan. Makin besar ketergantungan bawahan pada atasan, semakin besar kekuasaan atasan dalam hubungan itu.Selanjutnya, ketergantungan itu didasarkan pada alternatif-alternatif yang dipersepsikan oleh bawahan dan arti penting yang ditempatkan bawahan pada alternatif yang dikendalikan oleh atasan.
Penelitian Putz (2005) menunjkkan bahwa penerapan manajemen strategik dipengaruhi oleh kekuasaan antaraktor yang berperan dalam proses pengambilan kebijakan. Konflik sering terjadi antaraktor disebabkan oleh kurangnya sumber kekuasaan dan interaksi. Temuan penting dalam studi kasus Putz (2005) tersebut adalah kekuasaan berperan dalam strategi pembuatan keputusan dalam interkasi antaraktor, bentuk interaksi, wilayah dan skala wilayah. Penelitian lain dilakukan oleh Faeth (2004) hasilnya adalah bahwa kekuasaan mempengaruhi taktik yang digunakan sangat ditentukan oleh persepsi mereka atas sumber kekuasaan dan (b) ada kecenderungan tiaptiap taktik yang dipakai disesuaikan dengan sumbersumber kekuasaan seperti reward, coercive, expert, preferen dan legitimate.