Pengertian Person-Job Fit (skripsi dan tesis)

Teori kesesuaian kepribadian-pekerjaan (person job- fit) adalah milik dari John Holland, teori ini didasarkan dari kesesuaian karyawan dengan pekerjaanya (Robbins dan Judge, 2008 : 171). Holland dalam penelitiannya menyatakan bahwa ketika kepribadian dan pekerjaan sangat cocok maka akan memunculkan kepuasan dalam diri karyawan meningkat. Seperti contohnya orang yang realistis berada dalam situasi yang realistis lebih sesuai dari pada orang yang realistis berada dalam situasi yang konvensional (Robbins dan Judge, 2008 : 171). Person-job fit diartikan sebagai cocoknya kemampuan dari individu dengan tuntutan dari sebuah pekerjaan (Edwards, 1991). Person-job fit didefinisikan sebagai kompatibilitas antara individu dan pekerjaan atau tugas yang mereka lakukan di tempat kerja. Definisi ini mencakup kompatibilitas (kemampuan) berdasarkan kebutuhan karyawan dan perlengkapan pekerjaan yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan tersebut, serta tuntutan pekerjaan dan kemampuan karyawan untuk memenuhi permintaan tersebut (Cable dan DeRue, 2002). Penelitian terdahulu menyatakan bahwa dalam seleksi karyawan, organisasi harus menemukan pelamar yang memiliki bakat dan kemampuan yang sesuai dengan pekerjaan yang diberikan (Sekiguchi, 2004).
Person-job fit dikaji dengan menetapkan pekerjaan yang dibutuhkan sesuai dengan analisis pekerjaan yang telah ditetapkan oleh pihak yang berwenang dalam organisasi sehingga bakat, pengetahuan dan kemampuan pekerja sesuai dengan tuntutan pekerjaan. Berdasarkan psikologi interaksional, premis yang mendasari person-job fit adalah bahwa karakteristik pribadi dan pekerjaan kerja bersama untuk menentukan hasil individual (farzaneh et al., 2014) Kristof-Brown (2005) menjelaskan person-job fit diartikan sebagai kesesuaian antara individu dengan pekerjaan atau tugas-tugas yang dilakukan di tempat kerja. Definisi ini mencakup kesesuaian berdasarkan kebutuhan karyawan dan perlengkapan kerja yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan tersebut, serta tuntutan pekerjaan dan keterampilan karyawan untuk memenuhi permintaan tersebut

Perkembangan dan Motif Corporate Social Responsibility (skripsi dan tesis)

Secara konseptual CSR merupakan kepedulian perusahaan yang didasari oleh tiga prinsip dasar yang dikenal dengan istilah triple Bottom Lines dalam Corporate Social Responsibiliti, yaitu:
1. Profit. Perusahaan tetap harus berorientasi untuk mencari keuntungan ekonomi yang memungkinkan untuk terus beroperasi dan berkembang.
2. People. Perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan manusia.
3. Plannet. Perusahaan peduli terhadap lingkungan hidup dan keberlanjutan keragaman hayati

Pengelompokan Jenis Material (skripsi dan tesis)

            Menurut perannya dalam kegiatan usaha dan kontribusinya pada peningkatan daya saing, material dikelompokkan menjadi 4 golongan yaitu :

  1. Strategic Critical, meliputi material dengan harga dan nilai tinggi (high value), mutlak diperlukan dalam penyelenggaraan kegiatan usaha (highly required) serta berperan penting pada daya saing produk (high competitive) namun dan  hanya ada beberapa pemasok.
  2. Strategyc Secufcity, meliputi material dengan harga dan nilai relative rendah (low value), mutlak diperlukan dalam penyelenggaraan kegiatan usaha  (highly required) serta pemasok sangat terbatas atau tunggal (limited supplier).
  3. Tactical Profit, meliputi material dengan harga atau nilai tinggi, tidak mutlak diperlukan dalam penyelenggaraan produksi (low required) namun berperan penting pada daya saing produk (high competitive) namun terdapat cukup banyak pemasok (many supplier).
  4. Tactical Acquisition, meliputi material dengan harga dan nilai relatif rendah (low value), kurang berperan dalam kegiatan produksi (low required) dan tedapat banyak pemasok (many supplier).

Konsinyasi (skripsi dan tesis)

            Penyerahan barang oleh pemilik kepada pihak lain yang bertindak sebagai agen penjual atau pembeli, tetapi hak atas barang tersebut  tetap berada di tangan pemilik sampai barang tersebut dijual oleh agen penjual / pemakai  (haryramadhon, 2008).

Konsinyasi mengandung pengertian bahwa kebijakan pembelian sedemikian rupa sehingga mengakibatkan perusahaan tidak perlu menyimpan barang dalam persediaan, sehingga tidak terkena biaya penyimpanan yang begitu besar. Biaya penyimpanan yang besar ini terdiri dari beberapa jenis biaya yaitu :

  1. Biaya bunga dari inverstasi berupa barang persediaan atau stock.
  2. Biaya reservasi atau pengawetan atau pemeliharaan material stock.
  3. Resiko kehilangan
  4. Resiko tinggal guna
  5. Resiko menjadi persedian mati
  6. Biaya sewa atau depresiasi gudang milik.
  7. Biaya asuransi
  8. Biaya bongkar muat gudang
  9. Biaya karyawan gudang.

Cara konsinyasi ini pembeli tidak menanggung resiko finansial atas persediaan barang yang dibeli, yang memiliki barang selama belum dipakai oleh pembeli adalah penjual. Barang yang akan dibeli dapat disimpan dalam gudang pembeli atau dapat juga digudang penjual.

  1. Keuntungan konsinyasi bagi perusahaan
  2. Waktu pembelian menjadi sangat pendek.
  3. Pembeli tidak terikat pada investasi berupa barang digudang, sehingga menghidari biaya persediaan barang termasuk biaya penyimpanan.
  4. Pekerjaan administrasi akan lebih sederhana dan lebih sedikit.
  5. Penyediaan barang lebih terjamin.
  6. Secara total biaya akan lebih.
  7. Keuntungan konsinyasi bagi rekanan pemasok
  8. Ada jaminan penjualan selama waktu kontrak.
  9. Usaha marketing dapat lebih difokuskan kepada pembeli lainnya.
  10. Pekerjaan administrasi akan lebih sedikit dan sederhana.
  11. Jika barang konsinyasi disimpan di gudang pembeli, maka keperluan ruangan penyimpanan di gudang pemasok akan dapat dihemat atau dapat digunakan untuk barang lain.

 

 

Kelemahan blanket order dari sisi rekanan pemasok (supplier) (skripsi dan tesis)

  1.  Angka perkiraan tentang penggunaan barang dalam satu tahun sering kali sangat tidak realities dan cnderung berlebihan.
  2.  Dalam hal seperti ini, pada akhir perjanjian, rekanan pemasok akan terkena beban berupa penumpukan barang di gudang mereka.
  3.  Akibat dua hal di atas, rekanan pemasok dapat menanggung kerugian karena harga dihitung berdasarkan antisipasi jumlah penjualan yang dicantumkan dalam kontrak blanket order.

  Walaupun demikian,  blanket order tetap menarik bagi para rekanan pemasok karena terdapat beberapa keuntungan lain sebagai berikut :

  1. Begitu suatu persetujuan disepakati untuk mengadakan jual beli berdasarkan blanket order, maka biaya penjualan rekanan pemasok akan langsung turun.
  2. Gambaran yang lebih pasti mengenai jumlah penjualan akan lebih memudahkan rekanan untuk mengadakan perencanaan arus kas, pengadaan bahan baku, persedian barang dan produksi.
  3. Penagihan blanket order bisa dilakukan setiap saat sesuai dengan release order, sehingga lebih menyederhanakan administrasi keuangan dan pengaturan arus kasnya.

Keuntungan blanket order (skripsi dan tesis)

  1. Pekerjaan yang berulang dalam proses pembelian pada saat permintaan harga dan negosiasi dapat dihindari.
  2.  Pekerjaan lain yang terkait dengan pembelian dapat dikurangi, seperti perbicaraan melalui telepon, korespondensi dan lainya.
  3.  Mendapatkan potongan harga karena membeli dalam jumlah besar
  4.  Pengurangan material stock gudang atau persedian barang karena penyerahan barang hanya dilakukan hanya dilakukan kalau barang sudah betul-betul akan dipakai.
  5.  Pengadaan barang menjadi lebih pasti dan terjamin.
  6. Waktu dapat lebih difokuskan pada penanganan pembelian barang yang lebih rumit.
  7.  Semua itu akan meningkatkan efisiensi dari bagian pengadaan.

Blanket order (skripsi dan tesis)

Blanket Order adalah suatu persetujuan pembelian mengenai sejumlah jenis barang selama waktu tertentu, atas dasar harga satuan yang disetujui bersama. Waktu penyerahan ditetapkan atas dasar waktu yang pasti dan ditentukan sebelumnya. Jenis barang yang diperjanjikan  dapat terdiri dari beberapa jenis barang, dapat juga hanya satu jenis barang  saja. Jumlah barang yang dicantumkan dalam perjanjian bukanlah suatu jumlah yang pasti dan tetap, tetapi jumlah perkiraan. Jumlah perkiraaan ini biasanya dicantumkan pada waktu permintaan harga atau dalam dokumen lelang. Blanket Order biasanya untuk janka waktu 12 bulan, dan idealnya untuk mengatasi pembelian barang – barang yang harganya relative kecil tetapi frekuensi penggunaanya sangat tinggi. Namun demikian, Blangket order dikembangkan juga untuk barang-barang yang nilainya mahal yang frekuensi penggunaanya tinggi, biasanya untuk rata-rata pemakaian dalam  setahunnya di atas 4 kali setahun

Pengadaan Material (skripsi dan tesis)

Pengadaan adalah kegiatan pembelian, penyewaan, pengupahan, pemindahan antar unit usaha maupun pembuatan material dalam rangka memenuhi kebutuhan usaha perusahaan. Menurut proses pembelianya dalam kegiatan usaha & kontribusinya pada peningkatan daya saing, matrik strategi pembelian material dibagi dalam 4 kategori yaitu:

  1. Strategic Critical : Strategi pembelian dilakukan antara lain dengan perikatan:

–          Kontrak jangka panjang

–          Total supply management

–          Aliansi

Contoh : turbine generator, catalis, mud chemical, lube base, additive lube dll.

  1. Strategyc Secufcity, Strategi pembelian dilakukan antara lain dengan perikatan:

–          Kontrak jangka pajang

–          Konsinyasi

Contoh : Spare Part, Bearing, mechanical seal, Valve dll.

  1. Tactical Profit, Strategi pembelian dilakukan antara lain dengan perikatan:

–          Kontrak jangka pendek / menengah

–          Konsinyasi

–          Aliansi

Contoh : chemical additive, foam, material substitusi.

  1. Tactical Acquisition, Strategi pembelian dilakukan antara lain dengan perikatan:

–          Pembelian langsung.

–          Konsinyasi

–          Blanket order

–          Kontrak jangka pendek

Pengawasan Pengendalian Material (skripsi dan tesis)

Dalam rangka pengawasan terhadap palaksanaan pengendalian persediaan dapat dilakukan dengan berusaha untuk untuk memenuhi criteria atau tolak ukur yang telah ditetapkan, yang berkaitan dengan kenerja keekonomian & kenerja pelayanan.

  1. Perputaran persediaan (turn over ratio)
  2. Turn Over Ratio (TOR) adalah ratio yang mengukur tingkat efisiensi pengendalian suatu persediaan. Turn Over Ratio merupakan ratio antar jumlah nilai pemakaian material satu tahun terahir dengan jumlah nilai persediaan akhir. Makin tinggi harga TOR berarti makin effisien.
  3. Turn Over Ratio minimal sama dengan 1.0 dan ditargetkan sebesar 2.4
  4. Tingkat layanan (service level )
  5. Service Level adalah ratio antara jumlah permintaan material yang dapat dipenuhi dari persediaan dengan jumlah seluruh permintaan material.
  6. Service Level dipergunakan untuk mengukur tingkat efektifitas pengendalian suatu persediaan. Makin tinggi harga service level, berarti makin efektif.
  7. Tingkat Layanan atau Service Level ditargetkan minimal sebesar 95 %.
  8. Bulan Pemakaian
  9. Bulan pemakaian adalah persediaan akhir dibagi pemakian rata-rata 12 bulan terahir. Konsep ini adalah kebalikan dari konsep TOR.
  10. Bulan pemakainan diharapkan sebesar 3 – 6 bulan pemakaian, dengan maksimal 12 Bulan pemakaian.
  11. Surplus Ratio
  12. Surplus Ratio adalah ratio antara nilai surplus dan nilai persediaan.
  13. Surplus material dikategorikan kedalam :

–          Persedian Berlebih yaitu persedian material yang melampaui batas tingkat persedian yang dizinkan yang diidikasikan Turn Over Ratio kurang dari 1.

–          Persediaan kelebihan yaitu persedian sisa dari suatu kegiatan khusus tertentu seperti program pembongkaran / chemical atau proyek.

–          Persediaan Mati yaitu persediaan yang tidak ada peralatan induknya atau 5 (lima) tahun tidak bergerak dan tidak ada prospek pemakaianya kecuali insurance item.

  1. Surplus ratio diharapkan hanya sebesar 8 % ( 1 bulan pemakaian )

Ordering formula (skripsi dan tesis)

Formula ini digunakan untuk material yang jumlah pemakaiannya relative stabil dari satu periode ke periode berikutnya. Formula yang digunakan sebagai berikut :

Q = C (P + T + R) – (S+O)…………………………2.7

Keterangan :

Q         = Quantity to be Ordered

C         = Average Monthly Consumption

P          = Periode Between Review

T          = Leadtime

R         = Reserve (Safety Stock)

O         = On Order (Outstanding)

S          = Stock On Hand

2.2.3 Pencegahan stock out

            Untuk menghindari atau mencegah terjadinya stock out dikembangkan system peringatan dini (alarm system) sebagai berikut :

  1. Pada penggunaan formula Min-Max, peringatan dini muncul apabila posisi persedian sama dengan Reoeder point (ROP).
  2. Pada penggunaan Ordering Formula, peringatan dini muncul apabila posisi persediaan sama dengan safety stock. (  Anonim 1999 ).

Formula minimum – maximum dan economic order quantity (EOQ) (skripsi dan tesis)

Penentuan kapan suatu material direview/dipesan, harus ditentukan pemesanan kembali (reorder point). Reorder Point merupakan saat dimana pemesanan kembali harus dilakukan agar barang yang dipesan datang tepat pada saat dibutuhkan. Hal ini berarti perusahaan harus mengamati secara terus menerus tingkat persediaannya sampai re-order point tercapai  dan tingkat kebutuhan selama lead time

Untuk rumusan dari minimal stock adalah sebagai berikut:

Min.Stock = S.S……………………………………………..2.1

S.S =  S..F X SdIL………………………………………….2.2

SdIL = ……….2.3

ROP = (AMI x ALT) + S.S………………………2.4

Keterangan:

ALT    : Average leadtime

AMI    : Average Monthly Issue

SdLT   : Standard deviation of  Leadtime

SdMI   : Standard deviation of  Monthly Issued

SdIL    : Standard deviation of  Monthly Issued and Leadtime

S.F       : Safety Factor

S.S       : Safety Stock

ROP    : Reorder Point

Setelah diketahui titik pemesanan kembali, langkah berikutnya adalah menetukan berapa jumlah yang harus dipesan

Q = EOQ = ……………………………2.5

Keterangan :

 

EOQ = Economic Order Quantity

O      = Quantity To be Ordered

 

A      = Annual Consumption (Pcs)

B      = Ordering Cost per order

 

U      = Unit Price

I       = Inventory Carrying Cost

Perhitungan biaya pemesanan per pesanan dihitung berdasarkan total biaya operasi logistic per tahun dibagi jumlah pesanan per tahun. Total biaya logistic per tahun terdiri dari :

1.Gaji karyawan logistik

2.Biaya pengadaan (Engineering, drawing, alat tulis kantor, dll)

3.Biaya jasa (facsimile, telephone, pemakaian komputer, jasa pos, dll)

Jumlah pesanan per tahun merupakan keseluruhan jumlah order (Surat pesanan) yang dapat dihasilkan /diterbitkan dalam satu tahun. Rata-rata ordering cost per order dirumuskan sebagai berikut:

Inventory carrying cost merupakan keseluruhan biaya yang timbul karena adanya aktiftas pengelolaan persediaan. Inventory carrying cost meliputi:

  1. Biaya modal/investasi persediaan 12 – 20  %
  2. Biaya asuransi   2 – 4   %
  3. Biaya penyimpanan                                                 1 – 3   %
  4. Resikoobsoleteatau dead stock                                4 – 10 %
  5. Pajak bumi dan bangunan                                       1 – 3   %     +

                                                                                     20 – 40 %

Menghitung maximum persediaan adalah sebagai berikut:

Max.Stock = EOQ + Min. Stock…………………..2.6 (Pertamina, 1999)

 Formula minimum – maximum dan economic order quantity (EOQ)

Penentuan kapan suatu material direview/dipesan, harus ditentukan pemesanan kembali (reorder point). Reorder Point merupakan saat dimana pemesanan kembali harus dilakukan agar barang yang dipesan datang tepat pada saat dibutuhkan. Hal ini berarti perusahaan harus mengamati secara terus menerus tingkat persediaannya sampai re-order point tercapai  dan tingkat kebutuhan selama lead time

Untuk rumusan dari minimal stock adalah sebagai berikut:

Min.Stock = S.S……………………………………………..2.1

S.S =  S..F X SdIL………………………………………….2.2

SdIL = ……….2.3

ROP = (AMI x ALT) + S.S………………………2.4

Keterangan:

ALT    : Average leadtime

AMI    : Average Monthly Issue

SdLT   : Standard deviation of  Leadtime

SdMI   : Standard deviation of  Monthly Issued

SdIL    : Standard deviation of  Monthly Issued and Leadtime

S.F       : Safety Factor

S.S       : Safety Stock

ROP    : Reorder Point

Setelah diketahui titik pemesanan kembali, langkah berikutnya adalah menetukan berapa jumlah yang harus dipesan

Q = EOQ = ……………………………2.5

Keterangan :

 

EOQ = Economic Order Quantity

O      = Quantity To be Ordered

 

A      = Annual Consumption (Pcs)

B      = Ordering Cost per order

 

U      = Unit Price

I       = Inventory Carrying Cost

Perhitungan biaya pemesanan per pesanan dihitung berdasarkan total biaya operasi logistic per tahun dibagi jumlah pesanan per tahun. Total biaya logistic per tahun terdiri dari :

1.Gaji karyawan logistik

2.Biaya pengadaan (Engineering, drawing, alat tulis kantor, dll)

3.Biaya jasa (facsimile, telephone, pemakaian komputer, jasa pos, dll)

Jumlah pesanan per tahun merupakan keseluruhan jumlah order (Surat pesanan) yang dapat dihasilkan /diterbitkan dalam satu tahun. Rata-rata ordering cost per order dirumuskan sebagai berikut:

Inventory carrying cost merupakan keseluruhan biaya yang timbul karena adanya aktiftas pengelolaan persediaan. Inventory carrying cost meliputi:

  1. Biaya modal/investasi persediaan 12 – 20  %
  2. Biaya asuransi   2 – 4   %
  3. Biaya penyimpanan                                                 1 – 3   %
  4. Resikoobsoleteatau dead stock                                4 – 10 %
  5. Pajak bumi dan bangunan                                       1 – 3   %     +

                                                                                     20 – 40 %

Menghitung maximum persediaan adalah sebagai berikut:

Max.Stock = EOQ + Min. Stock…………………..2.6 (Pertamina, 1999)

Model kuantitas pesanan ekonomis (EOQ) (skripsi dan tesis)

Model kuantitas pesanan ekonomis (Economic order quantity – EOQ model) adalah salah satu teknik pengendalian persediaan yang paling tua dan paling dikenal secara luas. Teknik ini dapat digunakan didasarkan pada beberapa asumsi :  

1.      Permintaan diketahui tetap dan bebas.

2.      Lead time yaitu waktu antara pemesanan dan penerimaan pesanan diketahui dan konstan.

3.      Penerimaan persediaan bersifat seketika dan lengkap, dengan kata lain persediaan dari sebuah pesanan tiba dalam satu batch sekaligus.

4.      Diskon (potongan harga) karena kuantitas tidak memungkinkan.

5.      Biaya variabel yang ada hanyalah biaya pengaturan atau pemesanan dan biaya menahan atau menyimpan persediaan dari waktu ke waktu.

6.      Kekosongan persedian (kekurangan) dapat dihindari sepenuhnya jika pemesanan dilakukan pada waktu yang tepat (Heizer & Render, 2005).

Metode mengendalikan persediaan (skripsi dan tesis)

Ada beberapa metode untuk mengendalikan persediaan, semuannya didesain untuk memastikan suatu sistem yang effisien  untuk memutuskan what, when and how much to order. Anda dapat menggunakan satu metode atau menggabungkan dua atau lebih metode jika anda memiliki berbagai macam persediaan :

  1. Minimum stock level – tentukan suatu angka minimum stock, dan lakukan pemesanan kembali ketika persediaan telah menyentuh angka minimum tersebut. Angka minimum itu disebut juga Re-order Level.
  2. Stock review – anda mempunyai jadwal teratur untuk  memantau persediaan. Setiap saat  review dilakukan pemesanan untuk mengisi kembali persediaan ke batas yang telah ditentukan
  1. Just In Time (JIT) – tujuan JIT untuk mengurangi biaya dengan memangkas persediaan ke arah miminum. Barang dikirimkan ketika telah mendekati saat pemakaiannya . Ada suatu resiko putusnya persediaan oleh karenanya diperlukan suatu kepastian akan kesanggupan pemasok untuk melaksanakan kewajiban mengirimankan barang yang diminta.
  2. Re-order lead time – menyediakan untuk tenggang waktu  antara pemesanan dan penerimaan.
  3. Economic Order Quantity (EOQ) – sebuah formula baku yang  digunakan untuk menciptakan suatu keseimbangan antara menyimpan persediaan secara berlebihan dan terlalu sedikit. EOQ merupakan suatu perhitungan yang rumit sehingga akan lebih memudahkan jika mempergunakan software pengendalian persediaan (Businesslink, 2010)
  4. Batch control – mengelola sejumlah produksi barang. Anda perlu memastikan memiliki komponen-komponen yang dibutuhkan untuk sejumlah produksi yang berikutnya  dalam jumlah yang tepat (Businesslink, 2010).

ABC Inventory sistem (skripsi dan tesis)

 Activity-Based Costing (ABC) adalah suatu sistem informasi akuntansi yang mengidentifikasi berbagai aktivitas yang dikerjakan dalam suatu organisasi dan mengumpulkan biaya dengan dasar dan sifat yang ada dan perluasan dari aktivitasnya. ABC memfokuskan pada biaya yang melekat pada produk berdasarkan aktivitas untuk memproduksi, mendistribusikan atau menunjang produk yang bersangkutan.

Sistem ABC timbul sebagai akibat dari kebutuhan manajemen akan informasi akuntansi yang mampu mencerminkan konsumsi sumber daya dalam berbagai aktivitas untuk menghasilkan produk secara akurat. Hal ini didorong oleh:

  1. Persaingan global yang tajam yang memaksa perusahaan untuk cost effective
  2. Advanced manufacturing technology yang menyebabkan proporsi biaya overhead pabrik dalam product cost menjadi lebih tinggi dari primary cost.
  3. Adanya strategi perusahaan yang menerapkan market driven strategy (triyono, 2011)

Analisis ABC membagi persediaan yang dimiliki kedalam tiga golongan berdasarkan volume dolar tahunan. Analisis ABC adalah sebuah aplikasi persediaan dari pareto. Prinsip pareto menyatakan bahwa terdapat “sedikit hal yang penting dan banyak hal yang sepele”. Tujuannya adalah membuat kebijakan persediaan yang memusatkan sumber daya pada komponen persedian penting yang sedikit dan bukan pada yang banyak tetapi sepele. Tidaklah realitis untuk memonitor persediaan yang murah dengan intensitas yang sama sebagaimana dengan persedian yang sangat mahal

            Untuk menentukan volume dolar tahunan analisis ABC, permintaan tahunan dari setiap barang persediaan dihitung dan dikalikan dengan harga perunit. Barang kelas A adalah barang – barang dengan volume dolar tahunan tinggi. Walaupun barang seperti ini mungkin hanya mewakili sekitar 15 % dari total persediaan barang, mereka mempresentasikan 70 % hingga 80 % dari total pemakaian dolar. Kelas B adalah untuk barang-barang persediaan yang memiliki volume dolar tahunan menengah. Barang ini mempresentasikan sekitar 30 % barang persediaan dan 15 % hingga 25 % dari nilai total. Barang-barang yang memiliki volume dolar tahunan rendah adalah kelas C  yang mungkin hanya mempresentasikan 5% dari volume dolar tahunan tetapi 55 % dari total barang persediaan.

            Keuntungan dari pembagian barang persediaan kedalam tiga kelas ini memungkinkan diterapkannya kebijakan dan control untuk setiap kelas. Kebijakan yang mungkin didasarkan pada analisis ABC meliputi hal berikut :

  1. Pembelian sumber daya yang dibelajakan pada pengembangan pemasok harus jauh lebih tinggi untuk barang A dibanding barang C.
  2. Barang A, tidak seperti barang B & C, perlu memiliki kontrol persediaan fisik yang lebih ketat, mungkin mereka dapat diletakan pada tempat yang lebih aman dan mungkin akurasi catatan persediaan untuk barang A harus lebih sering diverifikasi.
  3. Prediksi barang A perlu lebih dijamin keabsahannya disbanding dengan prediksi barang B & C (Heizer & Render, 2005).

Biaya persediaan (skripsi dan tesis)

            Dibawah ini disebutkan biaya yang terkait dengan persediaan barang yaitu :

  1. Ordering cost (biaya pemesanan)

Ordering cost adalah biaya-biaya yang muncul berkenaan dengan pemesanan barang-barang atau bahan-bahan dari penjual, sejak dari pesanan dibuat dan dikirim ke penjual, sampai barang-barang tersebut dikirim dan diserahkan ke gudang.

Unsur – unsur dalam biaya pemesanan :

  1. Pemrosesan pesanan
  2. Surat menyurat
  3. Telepon
  4. Pengepakan dan penimbangan
  5. Biaya pemeriksaan
  6. Biaya pengiriman barang
  7. Out of Stock Cost

Out of Stock Cost adalah biaya –biaya yang timbul sebagai akibat terjadinya persediaan yang lebih kecil dari pada jumlah yang diperlukan. Perusahaan dapat mengatasinya dengan mengadakan pemesanan cepat kepada supplier yang tambahan biayanya dapat dibebankan pada stockout cost beserta biaya kirimnya.

Unsur –unsur dalam stockout cost

  1. Selisih harga
  2. Pemesanan khusus
  3. Kehilangan penjualan
  4. Ekspedisi
  5. Kehilangan pelanggan
  6. Terganggunya operasi
  7. Carrying Cost (biaya penyimpanan)

Carrying Cost atau holding cost adalah biaya yang timbul karena adanya persediaan yang meliputi seluruh pengeluaran yang dikeluarkan perusahaan sebagai akibat adanya sejumlah persediaan. Biaya ini termasuk Opportunity Cost yang berkaitan dengan barang yang belum terjual pada persediaan. Opportunity Cost yang tidak terekam pada sistem akutansi merupakan elemen yang sangat penting pada kategori biaya ini.

Unsur – unsur dalam biaya penyimpanan:

Ø   Biaya fasilitas penyimpanan (penerangan, pemanas atau pendingin)

Ø   Biaya keusangan

Ø   Biaya perhitungan fisik dan rekonsiliasi laporan

Ø   Upah pihak-pihak yang terkait dalam persediaan

Ø   Biaya asuransi persediaan

Ø   Biaya pajak persediaan

Ø   Biaya pencurian, pengrusakan ( Sofyan Assauri,1999)

Tabel 2.1 menunjukan bermacam biaya yang perlu dievaluasi untuk menentukan biaya penyimpanan. Banyak perusahaan gagal untuk memasukan semua biaya penyimpanan persediaan. Sebagai konsekuensinya, biaya penyimpanan persediaan sering terlalu kecil.

Tabel 2.1 Menentukan biaya penyimpanan persediaan

KATEGORI HARGA (DAN RENTANG) SEBAGAI PRESENTASE NILAI PERSEDIAAN
Biaya tempat (sewa atau penyusutan bangunan, biaya operasi, pajak, ansuransi) 6 % (3-10%)
Biaya penanganan material (penyusutan atau sewa peralatan, kuasa, biaya operasi) 3 % (1-3.5 %)
Biaya tenaga kerja 3 % (3-5 %)
Biaya investasi (biaya peminjaman, pajak, dan asuransi atau persediaan) 11 % (6-24 %)
Pencurian, sisa, dan keusangan 3 % (2 – 5 %)
Keseluruhan baiya penyimpanan 26 %

                                                                        (Heizer & Render, 2005).

  1. Biaya – biaya yang berhubungan dengan kapasitas.

Biaya – biaya yang berhubungan dengan kapasitas adalah biaya – biaya yang terdiri atas biaya kerja lembur, biaya latihan, biaya pemberhentian kerja dan biaya – biaya pengangguran. Biaya ini muncul karena adanya penambahan atau pengurangan kapasitas pada suatu waktu tertentu.

Keempat kategori biaya diatas amatlah penting untuk menjadi pertimbangan manajemen untuk menentukan kebijaksanaan pengaturan persediaan. Dan sangat berpengaruh pada total biaya perusahaan akan menjadi besar atau kecil. (Pertamina, 1999).

Alat ukur persediaan (skripsi dan tesis)

Perusahaan perlu menggunakan ukuran-ukuran untuk melihat kenerja persediaan. Pada prinsipnya kinerja persediaan harus berorientasi pada efisiensi operasi di satu pihak dan pelayanan terhadap pelanggan (service level) di pihak lain. Kedua hal ini sering bertentangan. Kalau tidak dilakukan perubahan mendasar pada sistem, peningkatan service level biasanya berimplikasi pada peningkatan persediaan. Berdasarkan ukuran yang bisa digunakan untuk memonitor kinerja persediaan adalah :

1.         Tingkat perputaran persediaan (inventory turnover rate). Ini melihat seberapa cepat produk atau barang mengalir relatif terhadap jumlah yang rata-rata tersimpan sebagai persediaan. Nilainya bisa diukur untuk tiap individu produk atau secara agregat mewakili suatu kelompok  atau keseluruhan produk. Tingkat perputaran biasanya diukur dalam setahun. Kalau pengukuran dilakukan untuk kelompok atau keseluruhan produk, pembilang maupun penyebut biasanya diwujudkan dalam bentuk nilai uang. Misalnya sebuah perusahaan menjual 150 jenis produk. Nilai persediaan yang dimiliki rata-rata Rp. 3 milyar. Nilai penjualan dalam setahun untuk keseluruhan produk adalah 40 milyar dimana 25 % nya merupakan margin. Berarti nilai persediaan yang terjual dalam setahun adalah 30 milyar sehingga tingkat perputarannya adalah 10 kali dalam setahun. Semakin besar nilainya semakin bagus. Nilai normal untuk tiap industry tentu berbeda-beda.

2.         Inventory days of supply. Didefinisikan sebagai rata-rata jumlah hari suatu perusahaan bisa beroperasi dengan jumlah persediaan yang dimiliki. Ukuran ini sebenarnya bisa dikatakan seirama dengan tingkat perputaran persediaan. Kalau inventory days of supply panjang maka tingkat perputarannya rendah. Misalnya untuk kasus diatas perusahaan beroperasi selama 250 hari dalam setahun. Berarti nilai persediaan yang terjual perhari adalah 30 Milyar / 300 hari = 0.1 milyar. Dengan demikian maka nilai inventory days of supply dari kasus tersebut adalah 3 milyar perhari dibagi 0.1 milyar = 30 hari. Jadi rata-rata perusahaan memiliki persediaan untuk kebutuhan 30 hari kerja.

3.         Fill rate adalah persentase jumlah item yang tersedia ketika diminta oleh pelanggan. Jadi fill rate 97 % berarti ada kemungkinan 3 % dari item yang diminta oleh pelanggan tidak tersedia. Akibatnya pelanggan harus menunggu beberapa lama atau pindah ketempat lain untuk mendapatkannya. Fill rate bisa diukur untuk tiap produk secara individual atau untuk keseluruhan produk secara agregat. Untuk menciptakan supply chain manajemen yang efektif, perusahaan mungkin harus membedakan target fill rate untuk tiap pelanggan dan tipa item. Perbedaan target fill rate ini biasanya memcerminkan nilai strategis dari tiap kelompok item atau kelompok pelanggan tersebut (Pujawan,2005).

Jenis persediaan (skripsi dan tesis)

            Untuk mengakomodasi fungsi persediaan, perusahaan memiliki empat jenis persediaan :

1.   Persediaan bahan mentah (raw material).  

Persediaan bahan mentah (raw material) yaitu persediaan barang-barang berwujud, seperti besi, kayu, serta komponen-komponen lain yang dugunakan dalam proses produksi (Helmi, 2009).

  1. Persediaan barang setengah jadi (working in proses – WIP inventory).

WIP inventory adalah bahan baku atau komponen yang sudah mengalami beberapa perubahan tetapi belum selesai. Menyimpan persediaan dalam bentuk barang setengah jadi dapat berguna untuk menjaga proses produksi jika terjadi masalah dalam pasokan barang untuk proses sebelumnya (Heizer & Render 2005).

  1. Persediaan pemeliharaan/perbaikan/operasi.

Persediaan pemeliharaan/perbaikan/operasi adalah persediaan yang diperuntukan bagi pasokan pemeliharaan/perbaikan/operasi (maintenance/repair/operating—MRO) yang diperlukan untuk menjaga agar permesinan dan proses produksi tetap produktif. MRO tetap ada karena kebutuhan, waktu pemeliharaan dan perbaikan beberapa peralatan tidak diketahui. Walau permintaan persediaan MRO sering merupakan sebuah fungsi jadwal pemeliharaan, permintaan MRO lain yang tidak dijadwalkan harus diantisipasi.

  1. Persediaan barang jadi (finish goods inventory)

Persediaan barang jadi adalah produk yang sudah selesai dan menunggu pengiriman. Barang jadi bisa saja disimpan karena permintaan pelanggan di masa – masa depan tidak diketahui (Heizer & Render, 2005).

Fungsi persediaan (skripsi dan tesis)

Berdasarkan fungsinya Persediaan bisa dibedakan menjadi :

  1. Pipaline / transit inventory. Persediaan ini muncul karena lead time pengiriman dari satu tempat ke tempat lain. Barang yang tersimpan di truk sewaktu proses pengiriman adalah salah satu contohnya. Persediaan ini akan banyak kalau jarak dan waktu pengiriman panjang. Jadi persediaan jenis ini bisa dikurangi dengan mempercepat pengiriman misalnya dengan mengubah alat atau metode transportasi  atau dengan mencari pemasok yang lokasinya lebih dekat, tentu dengan mempertimbangkan konsekuensi lain seperti ongkos kirim, harga dan kualitas.
  2. Cycle stock. Ini adalah persediaan akibat motif memenuhi skala ekonomi, persediaan ini punya siklus tertentu. Pada saat pengiriman jumlahnya banyak, kemudian sedikit demi sedikit berkurang akibat dipakai atau dijual sempai akhirnya habis  atau hampir habis, kemudian mulai dengan siklus baru lagi.
  3. Persedian pengaman (safety stock). Fungsinya adalah sebagai perlindungan terhadap ketidakpastian permintaan maupun pasokan. Perusahaan biasanya menyimpan lebih banyak dari yang diperkirakan dibutuhkan selama suatu periode tertentu supaya kebutuhan yang lebih banyak bisa dipenuhi tanpa harus menunggu. Menentukan berapa besarnya  persediaan pengaman adalah pekerjaan yang sulit. Besar kecilnya persediaan pengaman terkait dengan biaya persediaan dan service level.
  4. Anticipation stock adalah persediaan yang dibutuhkan untuk mengantisipasi kenaikan permintaan akibat sifat musimam dari permintaan terhadap suatu produk. Walaupun anticipation stock juga pada hakekatnya mengantisipasi permintaan yang tidak pasti, namun perusahaan bisa memprediksi adanya kenaikan dalam jumlah yang significant (Pujawan,2005).

Persediaan (skripsi dan tesis)

            Ada beberapa definisi persediaan dari beberapa sumber diantaranya adalah suatu daftar barang-barang dan bahan yang disimpan dan tersedia dalam gudang untuk kegiatan usaha (Businesslink, 2010). Persediaan atau inventori adalah suatu istilah umum yang mununjukan segala sesuatu atau sumber daya – sumber daya organisasi yang disimpan dalam rangka antisipasi terhadap pemenuhan permintaan (Handoko,2000). Persediaan merupakan sejumlah bahan-bahan, part yang disediakan dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi, serta barang-barang jadi/produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari konsumen atau pelanggan setiap waktu (Assauri,2004).

Persediaan ada karena suplai dan permintaan sulit untuk disinkronkan sempurna dan membutuhkan waktu untuk melakukan operasi terkait material. Untuk beberapa alasan, suplai dan permintaan seringkali berbeda dengan tingkat di mana mereka masing-masing memberikan dan memerlukan persediaan. Alasan terbaik dapat dijelaskan oleh empat faktor fungsional yaitu waktu persediaan, diskontinuitas,  ketidakpastian permintaan dan ekonomi (Tersin, 1994).

Persediaan juga merupakan salah satu asset termahal bagi banyak perusahaan & para menager operasi diseluruh dunia telah mengetahui bahwa manajemen persediaan yang baik sangat penting. Pada satu sisi sebuah perusahaan dapat menurunkan biaya dengan mengurangi persediaan. Pada sisi lain, produksi dapat berhenti dan pelanggan menjadi tidak puas ketika pesanannya tidak tersedia. Oleh karena itu, perusahaan harus dapat mengatur keseimbangan antara investasi persediaan dan layanan pelanggan (Heizer & Render, 2005).

Persedian bisa muncul karena memang direncanakan atau merupakan akibat dari ketidaktahuan terhadap suatu informasi. Jadi ada perusahaan yang memiliki persediaan karena sengaja menyetok lebih awal atau lebih banyak dari waktu & jumlah yang dibutuhkan, ada juga karena merupakan akibat dari permintaan yang terlalu sedikit dibandingkan dengan perkiraan awal. Ketidakpastian tersebut juga dialami oleh kebanyakan perusahaan yang beroperasi dengan sistem make to stock. Bahkan banyak perusahaan yang akan menghadapi ketidakpastian yang sangat tinggi sehingga bisa memiliki  persedian berlebih yang cukup banyak diakhir masa jual produk (Pujawan,2005).

Produktivitas (skripsi dan tesis)

Definisi dari produktivitas pertama kali muncul pada tahun 1776 dalam sebuah makalah yang disusun dan ditulis oleh Francis Quesnay yang berasal dari Perancis. Menurut Walter Aigner dalam “Motivation and Awareness”, filosofi dan spirit tentang produktivitas adalah keinginan dan upaya manusia untuk selalu meningkatkan kualitas di dalam segala bidang. Produktivitas sebagai konsep yang menyatakan bagaimana keluaran akan berubah apabila masukan berubah, pertama kali dicetuskan oleh David Ricardo pada tahun 1810. Pada tahun 1883, Littre mendefinisikan produktivitas sebagai “kemampuan untuk menghasilkan” yaitu kemampuan untuk memproduksi.

Secara umum produktivitas diartikan sebagai hubungan antara hasil nyata maupun fisik (barang-barang atau jasa) dengan masuknya yang sebenarnya. Misalnya saja, “produktivitas adalah ukuran efisiensi produktif”. Suatu perbandingan antara hasil keluaran dan masuk atau output : input. Masukkan sering dibatasi dengan masukkan tenaga kerja, sedangkan keluaran diukur dalam kesatuan fisik bentuk dan nilai.

Produktivitas juga diartikan sebagai tingkatan efisiensi dalam memproduksi barang-barang atau jasa-jasa. “produktivitas mengutarakan cara pemanfaatan secara baik terhadap sumber-sumber dalam memproduksi barang-barang”. Produktivitas mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan (input).

Pemborosan Gerak Kerja (Motion Waste) (skripsi dan tesis)

Pemborosan atau dalam bahasa Jepang disebut muda, menurut Fuji Chao dari Toyota didefinisikan sebagai segala sesuatu yang berlebih di luar kebutuhan minimum atas peralatan, bahan komponen, tempat dan waktu kerja yang mutlak diperlukan untuk proses nilai tambah suatu produk. Dapat dikatakan pemborosan sebagai segala sesuatu atau semua kegiatan yang tidak memberi nilai tambah pada produk.

Pemborosan gerak terjadi karena adanya gerakan pekerja yang tidak berkaitan langsung dengan nilai tambah. Hal tersebut sangat berpengaruh pada efisiensi dari jalur produksi itu sendiri. Secara spesifik, semua gerak kerja yang membutuhkan usaha fisik berlebih dari pekerja merupakan pemborosan. Contoh gerakan tersebut adalah :

  1. Gerakan hilir mudik mencari alat bantu.
  2. Mengambil dan mengembalikan alat ke tempat kerja yang letaknya berjauhan.

Gerakan-Gerakan Gilberth (skripsi dan tesis)

Suatu pekerjaan yang utuh dapat diuraikan menjadi gerakan dasar yang oleh Gilberth diuraikan ke dalam 17 Therblig itu. Suatu pekerjaan mempunyai uraian yang berbeda-beda bila dibandingkan dengan pekerjaan lainnya. Hal ini tergantung dari jenis pekerjaannya. Suatu pekerjaan mungkin dapat diuraikan ke dalam enam Therblig, sedangkan untuk pekerjaan yang lain mungkin hanya dapat diuraikan ke dalam empat Therblig. Suatu Therblig bisa saja diperlukan lebih dari satu kali bagi satu pekerjaan.

Kemampuan yang baik untuk menguraikan suatu pekerjaan ke dalam Therblig sangat diperlukan karena dengan demikian akan memudahkan dalam analisisnya. Selanjutnya dapat diketahui dengan baik pula gerakan-gerakan yang dapat menghemat waktu kerja, atau gerakan yang sebetulnya tidak diperlukan tapi masih dilakukan oleh pekerja (Sutalaksana, 1979).

Peta Kerja Setempat (skripsi dan tesis)

Suatu peta yang menggambarkan suatu kegiatan kerja yang dilakukan dalam suatu stasiun dan melibatkan orang serta fasilitas dalam jumlah terbatas. Yang termasuk di dalam peta kerja setempat adalah :

  1. Peta Pekerja dan Mesin (Man and Machine Process Chart)

Suatu grafik yang menggambarkan koordinasi antara waktu bekerja dan waktu menganggur dari kombinasi antara pekerja dan mesin, oleh karena itu peta ini sangat bagus untuk mengurangi waktu menganggur sehingga efektivitas penggunaan pekerja dan mesin dapat seimbang.

  1. Peta Tangan Kanan dan Tangan Kiri (Left and Right Process Chart)

Merupakan suatu peta untuk menemukan gerakan-gerakan yang efisien dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Pada peta ini menggambarkan semua gerakan-gerakan pada saat bekerja dan menganggur juga menunjukkan perbandingan antara tangan kanan dan tangan kiri ketika melakukan pekerjaan sehingga dapat mengefisiensikan penggunaan tangan.

Peta tangan kiri dan kanan berguna untuk memperbaiki suatu stasiun kerja. Sebagaimana peta-peta yang lain peta ini juga mempunyai kegunaan yang lebih khusus, diantaranya :

  1. Menyeimbangkan gerakan kedua tangan dan mengurangi kelelahan.
  2. Menghilangkan atau mengurangi gerakan-gerakan yang tidak efisien dan tidak produktif.
  3. Sebagai alat untuk menganalisa tata letak stasiun kerja.

Prinsip-prinsip pembuatan peta tangan kiri dan tangan kanan, antara lain :

  1. Berbeda dengan peta-peta yang lain untuk membuat peta ini lembaran kertas dibagi dalam tiga bagian “kepala”, yaitu bagian yang memuat bagan tentang stasiun kerja dan bagian-bagian “badan”.
  2. Pada bagian kepala di baris paling atas ditulis “PETA TANGAN KIRI DAN TANGAN KANAN”. Setelah itu, menyertakan identifikasi-identifikasi lainnya, seperti : nama pekerjaan, nama departemen, nomor peta, cara sekarang atau usulan, nama pembuat peta dan tanggal yang dipetakan.
  3. Pada bagian yang memuat bagan, digambarkan sketsa dari stasiun kerja yang memperlihatkan tempat alat-alat dan bahan.
  4. Bagian bahan dibagi dalam dua pihak, sebelah kiri kertas digunakan untuk menggambarkan kegiatan yang dilakukan tangan kiri dan sebaliknya sebelah kanan kertas digunakan untuk menggambarkan kegiatan yang dilakukan tangan kanan pekerja.
  5. Memperlihatkan urutan-urutan gerakan yang dilaksanakan operator. Kemudian operasi tersebut diuraikan menjadi elemen-elemen gerakan.

Data Waktu Gerakan (skripsi dan tesis)

Data waktu gerakan merupakan suatu cara pengukuran yang dibuat oleh Gilberth atau nama gerakan yang sering dikenal sebagai gerakan Therblig. Gerakan ini diciptakan untuk mempermudah dalam mengukur suatu pekerjaan yaitu dengan cara menguraikan semua elemen-elemen gerakan yang dipakai dalam suatu pekerjaan.

Data waktu gerakan itu sendiri adalah pengukuran waktu yang dilakukan secara tidak langsung berdasarkan tabel-tabel yang sudah ada, misal : tabel MTM, tabel work factor. Pada data waktu baku terdapat beberapa kegunaan/kelebihan, yaitu :

  1. Karena setiap elemen gerakan diketahui waktunya dari tabel, maka waktu penyelesaian suatu pekerjaan dapat diketahui sebelum pekerjaan itu dijalankan.
  2. Waktu baku untuk setiap operasi dapat ditentukan dalam waktu yang singkat karena hanya menyintesa waktu-waktu dari elemen-elemen gerakannya.
  3. Biaya yang dibutuhkan dengan menggunakan cara ini sangat murah.

Data Waktu Baku (skripsi dan tesis)

Data waktu baku adalah pengukuran waktu yang dilakukan secara tidak langsung dengan cara membakukan waktunya dalam bentuk grafik/rumus berdasarkan pengukuran waktu yang sudah ada. Pada data waktu baku terdapat beberapa faktor yang menguntungkan yaitu :

  1. Waktu yang dihabiskan oleh peneliti relatif lebih sedikit karena hanya mencari data-data yang sudah ada.
  2. Tidak memerlukan jumlah peneliti yang banyak.
  3. Waktu yang dibutuhkan untuk membuat suatu produk/penjadwalan tersusun rapi (tepat waktu).
  4. Yang melakukan penelitian tidak perlu ada di tempat kerja karena pengukuran tidak secara langsung.

Beberapa Kegunaan Data Waktu Gerakan (skripsi dan tesis)

Sesuai dengan latar belakang perkembangannya, dibandingkan dengan cara-cara lain, data waktu gerakan mempunyai beberapa kelebihan, dianaranya :

  1. Karena setiap elemen gerakan diketahui waktunya, maka waktu penyelesaian suatu operasi dapat ditentukan sebelum operasi tersebut dijalankan.
  2. Waktu baku untuk setiap operasi dapat ditentukan dalam waktu yang singkat karena hanya menyintesa waktu-waktu dari elemen-elemen gerakannya.
  3. Menentukan waktu baku dengan cara ini sangat mudah.

(Anonim, 2006, MTM-1http//digilib.petra.ac.id)

Perhitungan TMU (Time Measurement Unit ) (skripsi dan tesis)

TMU merupakan satuan waktu yang digunakan dalam MTM (Methods Time Measurement). Definisi TMU ialah unit pengukuran waktu, dimana : 1 TMU =0,00001 jam = 0,0006 menit = 0,036 detik.

  1. Penentuan Faktor Penyesuaian

Faktor penyesuaian digunakan untuk menyesuaikan ketidakwajaran dan operator yang sedang diukur waktu menyelesaikan pekerjaannya. Ketidakwajaran ini bisa terjadi karena bekerja tanpa kesungguhan, terlalu cepat atau atau terlalu lambat. Beberapa faktor seperti kondisi ruang, ketrampilan buruh dalam melakukan pekerjaan, dan lain-lain sangat berpengaruh terhadap hasil kerja.

Bila pengukur berpendapat bahwa operator dalam melakukan pekerjaan terlalu cepat, maka harga faktor penyesuaian (p) akan lebih besar dari satu (p>1), sebaliknya bila operator bekerja terlalu lambat maka faktor penyesuaian (p) akan lebih kecil dari satu (p<1), dan bila operator bekerja secara normal, maka faktor penyesuaian sama dengan satu (p=1). Operator dianggap bekerja normal bila dianggap berpengalaman, bekerja tanpa usaha-usaha yang berlebihan sepanjang hari, menguasai cara kerja yang ditetapkan dan menunjuk kesungguhan dalam melakukan pekerjaannya.

Beberapa cara menentukan faktor penyesuaian yaitu antara lain, (Sutalaksana; 1979):

  1. Cara Schummard

Cara ini memberikan patokan-patokan penilaian melalui kelas-kelas performance kerja diri sendiri. Seorang yang dipandang bekerja diberi nilai 60, nilai ini digunakan sebagai patokan untuk memberikan penyesuaian bagi performance kerja lainnya. Misalnya ada seorang tenaga kerja yang bekerja dengan performance excellent, maka nilai tenaga kerja tersebut adalah 80, sehingga faktor penyesuaian adalah 80:60= 1,33. Jika waktu siklus pekerjaan terhitung 14,6 menit, maka waktu normalnya: Wn = 14,6 menit x 1,33 = 19,42 menit

  1. Cara Westinghouse

Cara ini berbeda dengan cara Shumard, cara tersebut mengarahkan penilaian pada empat faktor yang dianggap menentukan kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja yaitu ketrampilan, usaha, kondisi kerja dan konsistensi. Untuk keperluan penyesuaian ketrampilan dibagi menjadi enam kelas yaitu:

1)      Super Skill

2)      Excellent Skill

3)      Good Skill

4)      Average Skill

5)      Fair Skill

6)      Poor Skill

Yang dimaksud dengan kondisi kerja atau condition pada cara Westinghouse adalah kondisi fisik lingkungannya seperti keadaan pencahayaan, temperature dan kebisingan ruangan. Bila tiga faktor lainnya yaitu ketrampilan, usaha dan konsisten merupakan apa yang dicerminkan operator, maka kondisi kerja merupakan sesuatu di luar operator yang diterima apa adanya oleh operator tanpa banyak kemampuan merubahnya. Oleh sebab itu faktor kondisi sering disebut sebagai faktor manajemen, karena pihak inilah yang dapat dan berwenang merubah atau memperbaikinya.

  1. Cara Objektif

Cara ini memperlihatkan dua faktor, yaitu kecepatan kerja dan tingkat kesulitan kerja. Kecepatan kerja adalah kecepatan dalam menyelesaikan pekerjaan. Jika operator bekerja terlalu cepat, penyesuaian untuk kecepatan besarnya > 1, jika operator bekerja lambat penyesuaian kecepatan kerja < 1, dan jika operator bekerja normal penyesuaiannya = 1. Besarnya penyesuaian untuk tingkat kesulitan kerja ditentukan dengan memperhatikan kesulitankesulitan dalam bekerja.

  1. Penentuan Allowance (Kelonggaran)

Allowance merupakan waktu yang dibutuhkan pekerja untuk melakukan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa lelah (fatique), dan hambatan-hambatan lain yang tidak dapat dihindarkan. Allowance pada umumnya meliputi tiga hal, yaitu istirahat untuk kebutuhan pribadi, kelelahan, dan hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindarkan. Allowance untuk kebutuhan pribadi ditujukan untuk hal-hal yang bersifat pribadi, seperti makan, minum, ke kamar kecil, dan lain-lain.Kebutuhankebutuhan pribadi ini jelas mutlak, karena jika kebutuhan-kebutuhan ini tidak terpenuhi pekerja tidak akan dapat bekerja dengan baik. Allowance secara nyata dibutuhkan oleh pekerja yang selama pengukuran tidak diamati, diukur, dicatat atau dihitung. Oleh karenanya seusai pengukuran dan setelah mendapatkan Waktu Normal, maka allowance perlu ditambahkan untuk memperloleh Waktu Baku (Standard Time) sebagai dasar penentuan beban kerja.

Besarnya kelonggaran untuk tiap pekerja berbeda-beda dari satu jabatan ke jabatan lainnya karena tiap jabatan mempunyai karakteristik tersendiri. Oleh karena itu besarnya allowance yang akan digunakan dalam perhitungan beban kerja harus ditetapkan oleh perusahaan. Allowance yang umum digunakan adalah 10% (untuk bidang manufaktur) sampai dengan 20%-25% (untuk Departemen/Instansi Pemerintah) dari total jam kerja sehari.

Elemen Gerakan Dalam MTM-1 (skripsi dan tesis)

Dalam MTM-1 terdapat 10 jenis elemen gerakan dasar yang berlaku dan 1 jenis penggunaan tekanan dalam pergerakan, yaitu Reach (R), Move (M), Turn (T), Garsp (G), Release (R), Position (P), Disengage (D), Eye Travel (ET) and Eye Focus (EF), Body (B), Leg (L) and Foot Motion (FM), Crank (C), Apply Pressure (AP). Berbagai jenis elemen-elemen di atas dapat lebih jelas untuk dipahami maka akan dijabarkan satu per satu sebagai berikut :

  1. Menjangkau (Reach)

Menjangkau adalah elemen gerakan dasar yang digunakan bila maksud utama gerakan adalah untuk memindahkan tangan atau jari ke suatu tempat tujuan tertentu. Waktu yang dibutuhkan untuk gerakan menjangkau ini bervariasi dan tergantung pada faktor-faktor seperti keadaan atau tujuan, panjang gerakan, dan macam gerak jangkauan yang dilakukan (Sritomo, 2003).

No   Elemen   Variasi Keterangan
    Gerakan      
1 Reach (R) Kasus A Pengendalian low, lokasi objek pasti
    Kasus B Pengendalian medium, lokasi objek kira-kira
    Kasus C Pengendalian high, objek teracak dgn yg lain
    Kasus D Pengendalian high, objek sgt spesifik
    Kasus E Pengendalian low, lokasi objek tdk tentu
  1. Mengangkut (Move)

Mengangkut adalah elemen gerakan dasar yang dilaksanakan dengan maksud utama untuk membawa suatu obyek dari  satu lokasi ke lokasi tujuan tertentu (Sritomo, 2003).

No   Elemen   Variasi Keterangan
    Gerakan      
2 Move (M) Kasus A Pengendalian low/medium ke tangan lain atau
      berhenti karena suatu penahan
    Kasus B Sasaran letaknya tidak pasti
    Kasus C Pengendalian high, sasaran sudah pasti
  1. Memutar (Turn)

Memutar adalah merupakan gerakan memutar tangan sepanjang sumbu tangan atau lengan bawah. Dalam penentuannya Turn dibagi menjadi 3 kategori yang didasarkan atas berat obyek yang diputar atau beban putaran yaitu, medium, lebih besar 57% dari smallLarge, lebih besar 200% dari small. Gerakan Turn juga dibagi berdasarkan kondisi tangan waktu memutar, yaitu Reach-turn adalah jika tangan dalam keadaan kosong. Move-turn adalah tangan terdapat obyek. (Sritomo, 2003).

No   Elemen   Variasi Keterangan
    Gerakan      
3 Turn ( T )   Memutar memutar tangan sepanjang sumbu
      tangan/lengan bawah
  1. Memegang (Garsp)

Memegang adalah elemen gerakan dasar yang dilakukan dengan tujuan utama untuk menguasai sebuah atau beberapa obyek baik dengan jari atau dengan tangan untuk memungkinkan melaksanakan gerakan dasar berikutnya. Diantara hal-hal yang mempengaruhi lamanya gerakan ini adalah mudah atau sulitnya obyek dipegang, bercampur tidaknya obyek dengan obyek lain, bentuk dan lain-lain (Sritomo, 2003).

  No   Elemen   Variasi Keterangan  
      Gerakan        
4 Grasp (G ) G1A

G1B

 

G1C

G1C1 G1C2

G1C3

G2

 

G3

 

 

G4

 

G5

Objek mudah dipegang

Objek sangat kecil, pipih, terletak sejajar dgn permukaan meja

Objek yg dipegang berbentuk silindris

Objek silindris dgn diameter >1/2 inch

Objek silindris berdiameter antara ¼ s.d ½ inch Objek silindris berdiameter <¼

Dipakai bila terjadi pengubahan pemegangan tanpa melepaskan pengendalian

Dipakai bila objek yg dipegang diambil dari tangan lain dgn mudah

 

Dipakai bila pemegangan dilakukan setelah pemilihan

Menguasai objek dengan cara disentuh

  1. Melepas (Release)

Melepas adalah elemen gerakan dasar untuk membebaskan kontrol atas suatu obyek oleh jari atau tangan dalam gerakan ini biasanya tidak membutuhkan waktu untuk melakukannya terkecuali bila gerakannya terpisah dengan gerakan lainnya (Sritomo, 2003).

No   Elemen   Variasi Keterangan
    Gerakan      
5 Release (Rl) Rl 1 Rl 2 Melepaskan penguasaan objek dgn membuka jari u/ melepaskan ‘menghindar’, lawan dari G5

  1. Mengarahkan (Position)

Mengarahkan adalah sebuah elemen gerakan yang dilaksanakan untuk menggabungkan, mengarahkan, atau memasangkan suatu obyek dengan obyek lainnya. Gerakan yang ada di sini cukup  sederhana sehingga tidak diklasifikasikan seperti elemen-elemen gerakan yang lainnya. Waktu untuk gerakan mengarahkan dipergunakan oleh derajat kesesuaian, bentuk simetris, dan kemudahan untuk ditangani (Sritomo, 2003).

No   Elemen   Variasi Keterangan
    Gerakan      
6 Position (P)   Mengarahkan sebuah objek dgn objek lain

  1. Melepas Rakit (Disengage)

Melepas rakit adalah suatu elemen gerakan dasar yang digunakan untuk memisahkan kotak antara satu obyek dengan obyek lainnya. Hal ini termasuk gerakan memaksa yang dipengaruhi oleh mudah atau tidaknya pada saat gerak lepas rakit dilaksanakan atau mudah sulitnya obyek dipegang. Waktu yang dibutuhkan untuk gerakan lepas rakit akan dipengaruhi oleh 3 variabel seperti tingkat hubungan atau sumbangan dari obyek-obyek yang akan dipisahkan, kemudian akan ada sebuah prosedur di dalam proses handling, faktor, kehati-hatian yang perlu dipertimbangkan (Sritomo, 2003).

No   Elemen   Variasi Keterangan
    Gerakan      
7 Disengage (D) D1 D2 Sangat sedikit usahanya, dgn jarak pemisahan objek s.d 1 inch Usahanya normal, dgn jarak pemisahan 1 s.d 5 inch
    D3 Usaha yg besar, dgn jarak pemisahan lbh besar 5 inch dan lebih kecil 12 inch
  1. Eye Travel

Eye Travel adalah gerakan mata yang dipergunakan untuk mengubah pandangan dari suatu lokasi ke lokasi yang lain. Umumnya gerakan mata tidak mempengaruhi waktu gerakan, kecuali bila gerakan diarahkan oleh mata.

No   Elemen   Variasi Keterangan
    Gerakan      
8 Eye Travel (ET)   Gerakan mata yg dipergunakan u/ mengubah pandangan dari satu lokasi ke lokasi yg lain

  1. Eye Focus

Eye Focus adalah konsentrasi mata atau penglihatan mata terhadap suatu obyek pada kurun waktu tertentu dengan maksud memperjelas penglihatan. Besar TMU yang ditetapkan untuk gerakan ini adalah sebesar 7,2 TMU.

Memutar dari jari tangan, tangan, pergelangan tangan dan lengan (Crank). Crank adalah gerakan memutar dari jari tangan, tangan, pergelangan tangan, dan lengan, dimana perputaran tersebut bersumbu pada siku. Berbeda dengan TurnCrank terdapat diameter dari putaran, sebagai contoh kita dapat ambil seseorang yang memutar stir mobil (Sritomo, 2003).

No   Elemen   Variasi Keterangan
    Gerakan      
9 Eye Focus   Konsentrasi mata thdp suatu objek pada kurun waktu tertentu dengan maksud memperjelas penglihatan = 7,3TMU
Walk (W)   Pergerakan ke depan atau ke belakang dari tubuh yg timbul dari langkah perpindahan
Side-Step (SS) SSC1 Satu langkah ke samping
  SSC2 Dua langkah ke samping
Turn Body (TB) TBC1 Berputar dengan satu langkah =18,6 TMU
  TBC2 Berputar dengan dua langkah =37,2 TMU
Foot Motion (FM)   Menekan atau mengangkat telapak kaki melalui tumit
Foot motion with heavy preasure (FMP)   Identik dengan FM, tetapi ada kesukaran atau beban tekanan kaki
Leg motion (LM)   Menggerakkan kaki, baik melalui lutut bila keadaan duduk, maupun pinggang bila keadaan berdiri
  Sit (SIT)   Gerakan badan untuk duduk, dari keadaan berdiri
Stand   Gerakan badan untuk berdiri, dari keadaan
  (STD)   duduk
Bend (B)   Membungkuk di tempat dari posisi berdiri, shg tangan dapat menjangkau objek
Stoop (S)   Membungkuk di tempat dari posisi berdiri, shg tangan sampai ke lantai
Kneel on   Merendahkan badan dari keadaan berdiri
  One Knee (KOK)   dengan memindahkan satu kaki ke depan atau ke belakang dan menurunkan satu lutut ke lantai
Arise from Bend (AB)   Berdiri tegak kembali dari posisi bungkuk (Bend)
Arise from Stoop (AS)   Berdiri tegak kembali dari posisi bungkuk (Stoop)

Definisi Method Time Measurement (skripsi dan tesis)

Pengukuran waktu metoda atau Method Time Measurement adalah suatu sistem penetapan awal waktu baku yang dilakukan secara tidak langsung dan dikembangkan berdasarkan studi gambar gerakan-gerakan kerja dari suatu operasi kerja industri. Metoda ini berguna untuk siklus yang berulang-ulang dan cukup detail. Pengidentifikasian elemen gerakan dasarnya, metoda ini mempertimbangkan 3 tipe pengontrolan atau pengendalian, yang berguna untuk mengetahui pengaruh pergerakan atau gerakan kerja, yaitu :

  1. Pengendalian otot yang besarnya tergantung kebutuhan.
  2. Pengendalian penglihatan atau mata yang terdiri dari fokus, perpindahan, dan sudut pandang.
  3. Pengendalian mental, yang dimaksud adalah motivasi dari gerakan.

Ada beberapa macam MTM lainnya, yaitu MTM-1 digunakan untuk siklus yang berulang-ulang. MTM-2 merupakan perkembangan dari MTM-1. MTM-3 yaitu digunakan untuk produksi kecil, perawatan, dan aktifitas konstruksi. MTM-C1 digunakan untuk buruh tak langsung. MTM-C2 merupakan perkembangan dari MTM-C1. MTM-V digunakan untuk buruh langsung dalam bengkel mesin. MTM-M digunakan untuk buruh langsung dalam pekerjaan yang menggunakan alat-alat optik. 4M yaitu merupakan komputerisasi dari MTM-1. (Sritomo, 2003).

Langkah-langkah Sebelum Melakukan Pengukuran Waktu (skripsi dan tesis)

Ada beberapa aturan pengukuran yang perlu dijalankan untuk mendapatkan hasil yang baik. Aturan-aturan tersebut akan dijelaskan dalam langkah-langkah berikut:

  1. Penetapan tujuan pengukuran

Sebagaimana halnya dengan berbagai kegiatan lain, tujuan melakukan kegiatan harus ditetapkan terlebih dahulu. Dalam pengukuran waktu, hal-hal penting yang harus diketahui dan ditetapkan adalah untuk apa hasil pengukuran digunakan, beberapa tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan yang diinginkan dari hasil pengukuran tersebut.

  1. Melakukan penelitian pendahuluan

Dalam penelitian pendahuluan dilakukan pengumpulan dan pecatatan semua keterangan yang dapat diperoleh mengenai kondisi pekerjaan, pekerja dan keadaan lingkungan yang dapat mempengaruhi keadaan pekerjaan.Dari hasil pengukuran waktu akan diperoleh waktu yang pantas diberikan kepada pekerja untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Waktu kerja yang pantas merupakan waktu kerja yang didapat dari kondisi kerja yang baik. Untuk itu perlu ditetapkan secara tertulis kondisi kerja dan metode kerja yang baik.

  1. Memilih operator

Operator yang melakukan pekerjaan harus memenuhi persyaratan tertentu agar pengukuran dapat berjalan dengan baik. Syarat-syarat tersebut adalah berkemampuan normal dan dapat bekerja sama.Operator yang dipilih adalah pekerja yang pada saat pengukuran dilakukan dapat bekerja secara wajar dan operator mampu bekerja samadengan pengamat

  1. Melatih operator

Walaupun operator yang baik telah didapat, kadang-kadang masih diperlukan adalah bagi operator tersebut terutama jika kondisi dan cara kerja yang dipakai tidak sama dengan yang biasa dijalankan operator.

  1. Menguraikan pekerjaan atas elemen pekerjaan

Untuk memudahkan pengamatan, pengukuran, dan analisa dapat dilakukan pemecahan siklus kerja atau operasi menjadi bagian-bagian yang terperinci, yang dalam hal ini disebut dengan elemen-elemen kerja. Elemen-elemen kerja ini akan diukur masing-masing waktunya. Selanjutnya akan diperoleh jumlah dari waktu setiap elemen yang disebut sebagai waktu siklus.

  1. Menyiapkan alat-alat pengukuran

Setelah langkah-langkah diatas dijalankan, maka pada langkah terakhir sebelum melakukan pengukuran dilakukan menyiapkan alat-alat yang diperlukan.

Alat-alat tersebut adalah :

  1. Handy Cam
  2. Lembar pengamatan
  3. Papan pengamatan

Pena atau pensil dan alat tulis

Pengukuran secara tidak langsung (skripsi dan tesis)

Pengukuran waktu kerja secara tidak langsung : pengukuran yang dilkukan tanpa di pengamat harus berada di tempat kerja yang diukur sedang berlangsung namun pengamat harus memahami proses pekerjaan yang diukur (Sritomo, 2003). Terdapat dua buah pengukuran secara tidak langsung yaitu, data waktu baku (standar data) dan data waktu gerakan. Kelebihan yang dimiliki pengukuran ini seperti, waktu relatif singkat, tanpa mencatat elemen-elemen gerakan pekerja satu per satu, biaya lebih murah dan predetermined yaitu kemampuan memprediksi suatu penyelesaian pekerjaan. Kekurangan dalam pengukuran ini antara lain seperti, belum ada tabel data waktu gerakan yang menyeluruh, Tabel yang digunakan adalah untuk orang eropa dan dibutuhkan ketelitian yang tinggi. Pengukuran waktu kerja secara tidak langsung dapat dibagi menjadi lima jenis pengukuran, yaitu data waktu baku sintesis (standard data), data waktu gerakan MOST (waktu standar urutan operasi Maynard), faktor kerja, MTM (Methods Time Measurement), dan gerakan dasar

Metode Work Sampling (skripsi dan tesis)

Work sampling adalah teknik untuk menganalisa produktivitas dari aktivitas mesin, proses, atau pekerja. Metode ini merupakan metode pengukuran kerja secara langsung karena pengamatan dilakukan secara langsung terhadap objek pengamatan (Sutalaksana, 2006). Metode work sampling sangat baik digunakan dalam melakukan pengamatan atas pekerjaan yang sifatnya tidak berulang dan memiliki waktu yang relatif panjang. Pada dasarnya prosedur pelaksanaanya cukup sederhana, yaitu melakukan pengamatan aktifitas kerja untuk selang waktu yang diambil secara acak terhadap satu atau lebih mesin atau operator dan kemudian mencatatnya apakah mereka ini dalam keadaan bekerja atau menganggur (Sritomo, 2003).

Work sampling mempunyai beberapa kegunaan pada umumnya di bidang produksi selain untuk menghitung waktu-waktu penyelesaian. Kegunaan dari metode work sampling tersebut ialah (Sutalaksana, 2006):

  1. Mengetahui distribusi pemakain waktu sepanjang waktu kerja oleh pekrja atau kelompok kerja.
  2. Mengetahui tingkat pemanfaatan mesin-mesin atau alat-alat di pabrik.
  3. Menentukan wakti baku bagi pekerja-pekerja tidak langsung.

Memperkirakan kelonggaran bagi suatu pekerjaan

Pengukuran Waktu Kerja dengan Jam Henti Kerja (Stop Watch Time Study) (skripsi dan tesis)

Pengukuran kerja jam henti pertama kali diperkenalkan oleh Frederick W. Taylor sekitar abad 19 yang lalu. Metode ini baik diaplikasikan untuk pekerjaan-pekerjaan yang berlangsung singkat. Dari hasil pengukuran maka akan diperoleh waktu baku untuk menyelesaikan suatu siklus pekerjaan, yang mana waktu baku ini akan dipergunakan sebagai standar penyelesaian pekerjaan bagi semua pekerja yang akan melaksanakan pekerjaan yang sama seperti itu.

Pengukuran kerja dengan jam henti ini merupakan cara pengukuran yang objektif karena di sini waktu ditetapkan berdasarkan fakta yang terjadi dan tidak cuma sekedar diestimasi secara subjektif. Di sini juga akan berlaku asumsi-asumsi dasar sebagai berikut :

  1. Metode dan fasilitas untuk menyelesaikan pekerjaan harus sama dan dibakukan terlebih dahulu sebelum kita mengaplikasikan waktu baku ini untuk pekerjaan yang sama.
  2. Operator harus memahami benar prosedur dan metode pelaksanaan kerja sebelum dilakukan pengukuran kerja.
  3. Kondisi lingkungan fisik pekerjaan juga relatif tidak jauh berbeda dengan kondisi fisik pada saat pengukuran kerja dilakukan.
  4. Performance kerja mampu dikendalikan pada tingkat yang sesuai untuk seluruh periode kerja yang ada.

Pengukuran Waktu Kerja (skripsi dan tesis)

Pengukuran waktu kerja adalah pekerjaan mengamati dan mencatat waktu-waktu kerjanya baik setiap elemen ataupun siklus dengan menggunakan alat-alat yang telah disiapkan (Sutalaksana, 1979). Umumnya penelitian waktu dilakukan untuk mendapatkan waktu baku/waktu standar. Waktu baku/waktu standar adalah wakttu yang dibutuhkan oleh seorang operator untuk menyelesaikan satu siklus kegiatan yang dilakukan menurut metode tertentu, pada kecepatan normal dengan mempertimbangkan faktor-faktor keletihan, kelonggaran untuk kepentingan pribadi.

Pada umumnya teknik-teknik pengukuran waktu terdiri dari dua bagian, pertama teknik pengukuran secara langsung, dan kedua secara tidak langsung. Teknik pengukuran secara langsung dilakukan langsung pada tempat dimana pekerjaan yang diukur dijalankan. Sedangkan teknik pengukuran secara tidak langsung yaitu melakukan perhitungan waktu tanpa harus berada di tempat pekerjaan, dengan membaca tabel-tabel yang tersedia dan mengetahui jalannya pekerjaan melalui elemen-elemen pekerjaan atau elemen-elemen gerakan.

Cara jam henti dan sampling pekerjaan adalah pengukuran kerja secara langsung. Keduanya umum diaplikasikan untuk menetapkan waktu standar ataupun mengukur kondisi-kondisi kerja yang tidak produktif. Dengan salah satu cara ini akan didapat waktu standar dari suatu pekerjaan yaitu waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh seseorang pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan

Pengertian Kepuasan Pelanggan (skripsi dan tesis)

Setiap perusahaan yang memasarkan suatu produk berupa barang atau jasa selalu menginginkan pelanggan atau pelanggan merasa puas terhadap jasa yang ditawarkan. Menurut Gasperz (2002) pelanggan adalah semua orang yang menuntut perusahaan untuk memenuhi standar kualitas tertentu dan karena itu akan memberikan pengaruh pada performance perusahaan, sedangkan menurut Kotler (2007) mengatakan bahwa kepuasan pelanggan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (atau hasil) yang dirasakan dibandingkan dengan harapanya. Yu, Chang dan Huang (2006), menyatakan bahwa kepuasan pelanggan sebagai evaluasi pelanggan setelah berperilaku membeli pada tempat dan waktu tertentu. Kepuasan pelanggan juga akan berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan operasional dari perusahaan itu sendiri.

        Sejumlah metode diadakan untuk megukur kepuasan pelanggan. Yu, Chang, dan Huang (2006) mengungkapkan bahwa secara umum ada dua metode, (1) Item tunggal, dimana hasil dari hasil kepuasan menyeluruh setelah pelanggan menggunakan produk-produk dengan item kepuasan tunggal. (2) Item jamak, dimana pengukuran kepuasan individu dari produk-produk dengan skala umum dan menjumlahkan kepuasan menyeluruh.

Pada umumnya pelanggan menginginkan produk yang memiliki karateristik lebih cepat, lebih murah, lebih baik. Karateristik lebih cepat biasanya berkaitan dengan dimensi waktu yang menggambarkan kecepatan kemudahan atau kenyamanan untuk memperoleh produk tersebut. Karateristik lebih murah berkaitan dengan dimensi biaya yang menggambarkan biaya atau ongkos dari suatu produk yang dibayarkan oleh pelanggan. Karateristik lebih baik berkaitan dengan dimensi kualitas produk yang paling sulit digambarkan secara tepat (Gasperz, 2002).

Kepuasan pelanggan merupakan tujuan dari perusahaan yang memiliki komitmen terhadap kualitas. Dengan kepepuasan pelanggan berarti akan diperlukan upaya secara berkesinambungan untuk mendapatkan informasi tentang kebutuhan, keinginan, dan harapan pelanggan terhadap suatu barang dan jasa. Informasi tersebut diolah untuk menciptakan produk yang berkualitas. Produk berkualitas dengan harga kompetitif akan menarik pelanggan dan akhirnya akan meningkatkan volume penjualan sekaligus kualitas yang dirasakan pelanggan meningkat.

Menurut Day (dalam Tjiptono, 2006) memberikan definisi mengenai kepuasan dan ketidakpuaasan adalah respon pelanggan terhadap evaluasi ketidakpuasan dan yang dirasakan antara harapan sebelumnya dan kinerja aktual produk yang dirasakan setelah pemakaian.

Empat metode untuk mengukur kepuasan pelanggan adalah sebagai berikut Day (dalam Tjiptono, 2006) :

a.Sistem keluhan dan Saran

Setiap perusahaan yang berorientasi pada pelanggan perlu memberikan kesempatan seluas-luasnya pada para pelanggan untuk menyampaikan saran, pendapat dan keluhan mereka. Media yang biasanya digunakan meliputi kotak saran yang diletakkan pada tempat-tempat yang strategis. Informasi ini dapat memberikan ide-ide dan masukan kepada perusahaan dan memungkinkan untuk bereaksi dengan tanggap dan cepat untuk mengatasi masalah-masalah yang ada.

  1. Ghost Shopping

   Metode ini dilaksanakan dengan cara mempekerjakan beberapa orang untuk berperan sebagai pelanggan atau pembeli potensial produk perusahaan dan pesaing kemudian mereka melaporkan temuan-temuannya mengenai kekuatan dan kelemahan produk perusahaan dengan pesaing berdasarkan pengalaman mereka dalam pembelian produk-produk tersebut.

  1. Lost customer analysis

Perusahaan berusaha menghubungi para pelanggan yang telah berhenti membeli atau yang telah beralih pemasok, yang diharapkan adalah akan diperolehnya informasi penyebab terjadinya hal tersebut, informasi ini sangat bermanfaat bagi perusahaan untuk mengambil kebijakan-kebijakan selanjutnya yang akan diambil oleh pelanggan.

  1. Survei kepuasan pelanggan

Umumnya penelitian mengenai kepuasan pelanggan dilaksanakan dengan penelitian survey, melalui penelitian survey perusahaan akan memperoleh tanggapan dan umpan balik secara langsung dari pelanggan dan juga penelitian survey dapat memberikan tanda positif bagaimana perusahaan menaruh perhatian pada pelanggannya.

Kotler dan Keller (2006) menandaskan bahwa kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (hasil) yang ia rasakan dibandingkan dengan harapannya.

Pengertian dan Karakteristik Jasa (skripsi dan tesis)

Jasa adalah setiap tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak menghasilkan sesuatu. Produksi jasa bisa berhubungan dengan produk fisik maupun tidak. (Tjiptono, 2006). Kualitas layanan dinilai dari pelaksanannya dan bukan dari karakteristik layanan secara fisik. Karakteristik layanan adalah :

  1. Tidak berwujud (Intangibility), jasa tidak dapat dilihat, diraba, dirasa, didengar, atau dicium sebelum jasa itu dibeli.
  2. Tidak terpisahkan (Inseparability), jasa dihasilkan dan dikonsumsi secara bersamaan, seringkali tidak dapat dipisahkan dari pribadi penjualannya.
  3. Bervariasi (Variability), jasa tergantung pada siapa menyediakan serta kapan dan dimana jasa itu dilakukan, jasa sangat bervariasi.
  4. Mudah lenyap (Perishability), jasa tidak biasa disimpan dan memiliki sifat mudah lenyap.

 

 

Pengertian Kualitas Pelayanan (skripsi dan tesis)

Kualitas adalah keseluruhan ciri serta sifat dari suatu produk atau pelayanan yang berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau yang tersirat. (Kotler, 2007). Ini merupakan definisi kualitas yang berpusat pada pelangan. Kualitas barang dan jasa ditentukan oleh pelanggan, sehingga kepuasan pelanggan dapat dicapai apabila perusahaan memberikan kualitas yang baik.

Kualitas memiliki hubungan yang erat dengan kepuasan pelanggan. Kualitas memberikan suatu dorongan kepada pelangan untuk menjalin ikatan hubungan yang kuat dengan perusahaan. Dalam jangka panjang ikatan seperti ini memungkinkan untuk memahami dengan seksama harapan pelanggan serta kebutuhan mereka. Kualitas pelayanan adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan. (Tjiptono, 2006).

Definisi kualitas pelayanan berpusat pada upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketepatan penyampaiannya untuk mengimbangi harapan pelanggan. Kualitas pelayanan merupakan tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan.

Adapun konsep kualitas berdasarkan produk jasa atau service menurut Zeithmal dan Bitner dalam (Tjiptono, 2006) adalah :

  1. Realibility (keandalan), berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk memberikan layanan yang akurat sejak pertama kali tanpa membuat kesalahan apapun dan menyampaikan jasanya sesuai dengan waktu yang disepakati.
  2. Responsiveness (Daya tanggap), berkenaan dengan kesediaan dan kemampuan para karyawan untuk membantu para pelanggan dan merespons permintaan mereka, serta menginformasikan kapan jasa akan diberikan dan kemudian memberikan jas secara cepat.
  3. Assurance (jaminan), yakni perilaku para karyawan mampu menumbuhkan kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan dan perusahaan dapat menciptakan rasa aman bagi para pelangganya. Jaminan juga berarti bahwa para karyawan selalu besikap sopan dan menguasai pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk menangani setiap pertanyaan atau masalah pelanggan.
  4. Empaty (perhatian), berarti perusahaan memahami masalah para pelanggannya dan bertindak demi kepentingan pelanggan, serta memberikan perhatian personal kepada para pelanggan dan memiliki jam operasi yang nyaman.
  5. Tangibels (bukti langsung), berkenaan dengan daya tarik fasilitas fisik, perlengkapan, dan material yang digunakan perusahaan, serta penampilan karyawan.

Pengertian Goal Programming (skripsi dan tesis)

Model goal programming sudah sering dipergunakan dalam penelitian-penelitian terdahulu untuk pemodelan masalah multi sasaran. Goal programming merupakan salah satu model matematis yang dapat dipergunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan untuk menganalisis dan membuat solusi persoalan yang melibatkan banyak sasaran sehingga diperoleh solusi yang optimal. Aran Puntosadewo (2013) mengatakan bahwa pendekatan dasar goal programming adalah untuk menetapkan suatu tujuan yang dinyatakan dengan angka tertentu untuk setiap tujuan, merumuskan suatu fungsi tujuan untuk setiap tujuan, dan kemudian mencari penyelesaian yang meminimumkan jumlah (tertimbang) penyimpangan-penyimapangan pada fungsi tujuan. Model goal programming berusaha untuk meminimumkan deviasi diantara berbagai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebagai targetnya, maksudnya nilai ruas kiri persamaan kendala sebisa mungkin mendekati nilai ruas kanannya.

Model goal programming merupakan perluasan dari model pemograman linier yang dikembangkan oleh A. Charles dan W. M. Cooper pada tahun 1956 sehingga seluruh asumsi, notasi, formulasi matematika, prosedur perumusan model dan penyelesaian tidak berbeda. Perbedaannya hanya terletak pada kehadiran sepasang variabel deviasional yang akan muncul di fungsi tujuan dan fungsi kendala. Pemrograman linier sendiri adalah sebuah model matematis yang dipergunakan untuk menemukan suatu penyelesaian optimal dengan cara memaksimumkan atau meminimumkan fungsi tujuan terhadap satu kendala susunan. Model goal programming mempunyai tiga unsur utama, yaitu variable keputusan, fungsi tujuan dan fungsi kendala.

Beberapa asumsi dasar yang diperlukan dalam goal programming adalah sebagai berikut

1)      Linieritas

Asumsi ini menunjukkan perbandingan antara input yang satu dengan input yang lain atau suatu input dengan output besarnya tetap dan terlepas pada tingkat produksi. Hubungannya bersifat linear. 33

2)      Proporsionalitas

Asumsi ini menyatakan bahwa jika peubah pengambil keputusan berubah, maka dampak perubahannya akan menyebar dalam proporsi yang sebanding dengan fungsi tujuan dan juga fungsi kendalanya. Jadi tidak berlaku hukum kenaikan hasil yang semakin berkurang.

3)      Aditivitas

Asumsi ini menyatakan nilai parameter suatu kriteria optimisasi merupakan jumlah dari nilai individu-individu. Dampak total terhadap kendala ke-i merupakan jumlah dampak individu terhadap peubah pengambilan keputusan.

4)      Disibilitas

Asumsi ini menyatakan bahwa peubah pengambilan keputusan jika diperlukan dapat dibagi ke dalam pecahan-pecahan.

5)      Deterministik

Asumsi ini menghendaki agar semua parameter tetap dan diketahui atau ditentukan secara pasti.

Ada beberapa istilah yang dipergunakan dalam Goal Programming, yaitu:

1)        variabel keputusan (decision variables), adalah seperangkat variabel yang tidak diketahui yang berada di bawah kontrol pengambilan keputusan, yang berpengaruh terhadap solusi permasalahan dan keputusan yang akan diambil. Biasanya dilambangkan dengan Xj (j=1, 2,3, …, n)

2)        nilai sisi kanan (right hand sides values), merupakan nilai-nilai yang biasanya menunjukkan ketersediaan sumber daya (dilambangkan dengan bi) yang akan ditentukan kekurangan atau penggunaannya

3)        koefisien teknologi (technology coefficient), merupakan nilai-nilai numerik yang dilambangkan dengan yang akan dikombinasikan dengan variabel keputusan, dimana akan menunjukkan penggunaan terhadap pemenuhan nilai kanan

4)        variabel deviasional (penyimpangan), adalah variabel yang menunjukkan kemungkinan penyimpangan-penyimpangan negatif dan positif dari nilai sisi kanan fungsi tujuan. Variabel penyimpangan negatif berfungsi untuk menampung penyimpangan yang berada di bawah sasaran yang dikehendaki, sedangkan variabel penyimpangan positif berfungsi untuk menampung penyimpangan yang berada di atas sasaran. Dalam Goal Programming dilambangkan dengan penyimpangan negatif dan untuk penyimpangan positif dari nilai sisi kanan tujuan

5)        fungsi tujuan, adalah fungsi matematis dari variabel-variabel keputusan yang menunjukkan hubungan dengan nilai sisi kanannya, fungsi tujuan dalam Goal Programming adalah meminimumkan variabel devisional

6)        fungsi pencapaian, adalah fungsi matematis dari variabel-variabel simpangan yang menyatakan kombinasi sebuah objektif

7)        fungsi tujuan mutlak (non negatif), merupakan tujuan yang tidak boleh dilanggar dengan pengertian mempunyai penyimpangan positif dan atau negatif bernilai nol. Prioritas pencapaian dari fungsi tujuan ini berada pada urutan pertama, solusi yang dapat dihasilkan adalah terpenuhi atau tidak terpenuhi

8)        prioritas, adalah suatu sistem urutan dari banyaknya tujuan pada model yang memungkinkan tujuan-tujuan tersebut disusun secara ordinal dalam Goal programming. Sistem urutan tersebut menempatkan sasaran-sasaran tersebut dalam susunan dengan seri

9)        pembobotan, merupakan timbangan matematis yang dinyatakan dengan angka ordinal yang digunakan untuk membedakan variabel simpangan dalam suatu tingkat prioritas k.

Dalam goal programming terdapat tiga unsur utama yaitu fungsi tujuan, kendala tujuan, dan kendala non negatif. Penjelesannya sebagai berikut :

1)      Fungsi Tujuan

Fungsi tujuan dalam goal programming pada umumnya adalah masalah minimisasi, karena dalam fungsi tujuan terdapat variabel simpangan yang harus diminimumkan. Fungsi tujuan dalam goal programming adalah meminimumkan total penyimpangan tujuan yang ingin dicapai.

2)      Kendala Non Negatif

Kendala non negatif dalam goal programming adalah semua variabel-variabel bernilai positif atau samadengan nol. Jadi variabel keputusan dan variabel deviasi dalam masalah goal programming bernilai positif atau samadengan nol. Pernyataan non negatif dilambangkan

3)      Kendala Tujuan

Menurut Rio Armindo (2006), dalam goal programming ada enam jenis kendala tujuan yang berlainan. Tujuan dari setiap jenis kendala itu ditentukan oleh hubungannya dengan fungsi tujuan.

Metode-Metode Dalam Linier Programming (skripsi dan tesis)

Dalam memecahkan dan menyelesaikan masalah linier programming diperlukan alternatif yang terbaik mengenai alokasi sumber daya yang terbatas dalam proses produksi untuk menghasilkan kombinasi jumlah produk yang optimal agar dapat menghasilkan keuntungan yang maksimal. Menurut Tjutju Tarliah Dimyati dan Ahmad Dimyati dalam bukunya “Operation Research” (2003,38) untuk menyelesaikan masalah linier programming terbagi dalam dua metode yaitu metode umum dan metode khusus.

Adapun penyelesaian metode linier programming secara umum adalah:

  1. Metode Grafik

Metode grafik hanya diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah linier programming yagn menyangkut dua variabel keputusan (atau tiga variabel dengan grafik tiga dimensi). Terdapat lima langkah dalm menyelesaikan permasalahan linier programming dengan menggunakan metode grafik (Handoko, 2000:), yaitu:

1)      Merumuskan masalah dalam bentuk matematikal (maksimumkan atau minimumkan).

2)      Menggambarkan persamaan-persamaan batasan.

3)      Menentukan daerah fisibel (feasible area).

4)      Menggambarkan fungsi tujuan

5)      Mencari titik optimum.

Daerah fisibel (feasible area) dari programa linier adalah set dari seluruh titik yang memenuhi seluruh pembatas, termasuk pembatas tanda. Untuk persoalan maksimasi, solusi optimal dari persoalan program linier adalah suatu titik pada daerah fisibel dengan nilai fungsi tujuan terbesar. Pada persoalan minimasi, solusi optimal adalah suatu titik pada daerah fisibel dengan nilai fungsi tujuan terkecil (Dimyati dan Dimyati, 2003).

  1. Metode Simpleks

Metode simpleks adalah suatu prosedur aljabar, yang melalui serangkaian operasi-operasi berulang, dapat memecahkan suatu masalah yang terdiri dari tiga variabel atau lebih.Untuk masalah-masalah dengan empat variabel keputusan atau empat persamaan batasan, perhitungan nyata sebaiknya menggunakan program komputer “QS3” (Quantitative System Three).

Taha (2003), mengemukakan pendapatnya mengenai metode simpleks sebagai berikut : The simplex method is an iterative process that starts at a feasible corner point, normally the origin and systematically moves from one feasible extreme point to another until the optimum point is eventually reaced. Artinya, metode simpleks adalah suatu proses berulang-ulang yang dimulai dari sudut daerah fisibel, secara beraturan dan sistematis yang bergerak dari satu titik daerah fisibel ke daerah lainnya sampai titik yang paling optimal.

Langkah-langkah penyelesaian dengan menggunakan metode simpleks (Pangestu , Marwan dan Handoko, 2000), yaitu:

1)        Merubah fungsi tujuan dan batasan-batasan.

Fungsi tujuan diubah menjadi fungsi implisit, artinya semua CjXij bergeser ke kiri. Pada bentuk standar, semua batasan mempunyai tanda ≤ ketidaksamaan ini harus diubah menjadi kesamaan dengan menambah slack variabel (Xn+1, Xn+2,…..Xn+m).

2)        Menyusun persamaan-persamaan ke dalam tabel.

Setelah formulasi dirubah, kemudian disusun kedalam tabel.

3)        Memilih kolom kunci.

Kolom kunci adalah kolom yang mempunyai dasar untuk mengubah tabel.Pilihlah kolom yang mempunyai nilai pada garis fungsi tujuan yang bernilai negatif dengan angka terbesar. Jika suatu tabel tidak memiliki nilai negatif pada baris fungsi tujuan, maka tabel tersebut tidak bisa dioptimalkan lagi ( sudah optimal).

4)        Memilih baris kunci.

Baris kunci adalah merupakan baris dasar untuk merubah tabel. Untuk itu carilah dahulu indek tiap-tiap baris dengan cara membagi nilai-nilai pada kolom NK dengan nilai yang sebaris pada kolom kunci.

Index =

Nilai baris kunci dirubah dengan cara membagi dengan angka kunci. Kemudian gantilah variabel dasar pada baris itu dengan variabel yang terdapat dibagian atas kolom kunci.

5)        Merubah nilai-nilai baris kunci.

Nilai baris kunci diubah dengan cara membaginya dengan angka kunci.

6)        Merubah nilai-nilai selain pada baris kunci

Nilai-nilai baris yang lain, selain pada baris kunci dapat diubah dengan rumus sebagai berikut :

Baris baru = baris lama – (koefisien pada kolom kunci) x nilai baru baris kunci.

7)        Melanjutkan perbaikan-perbaikan/perubahan-perubahan.

Ulangi langkah-langkah perbaikan mulai langkah 3 sampai langkah 6 untuk memperbaiki tabel-tebel yang telah diubah/diperbaiki nilainya.Perubahan baru berhenti setelah pada baris pertama (fungsi tujuan) tidak ada yang bernilai negatif.

  1.  Metode Penalty (Teknik M)

Untuk menyelesaikan persoalan linear programming dengan pembatas bertanda ≥ dan atau =, diperlukan adanya variabel dummy (variabel palsu) yang disebut variabel artifisial, sehingga variabel basis awal bisa tetap ada. Variabel artifisial ini hanya digunakan untuk memulai solusi, dan harus dihilangkan pada akhir solusi. Untuk menghilangkannya harus diberikan penalty M (M bilangan positif yang sangat besar) pada setiap variabel artifisial dalam fungsi tujuannya dengan menggunakan teknik M (Dimyati dan Dimyati, 2003)

  1. Metode Aljabar

Program linier dengan dengan metode aljabar yaitu menyelesaikan permasalahan dalam perhitungan matematika agar mendapatkan nilai yang optimum (maksimum atau minimum). Secara umum model matematika yang diselesaikan merupakan pertidaksamaan dan metode yang digunakan umtuk mengubah ketaksamaan menjadi kesamaan yaitu metode aljabar. Adapun langkah-langkah dalam metode aljabar dengan melakukan standarisasi ketidaksamaan menjadi kesamaan, yaitu: 1. Memasukkan unsur variable semua ke ruas kiri fungsi kendala. 2. Unsur fungsi kendala bertanda ≤ dilakukan dengan penambahan slack variables. Slack variables yaitu suatu variable yang ditambahkan disebelah kiri tanda ketidaksamaan agar ketidaksamaan menjadi persamaan. 3. Unsur fungsi kendala bertanda ≥ dilakukan dengan pengurangan atau surplus variables. Surplus variables yaitu variable yang dikurangkan di dalam suatu ketidaksamaan agar supaya menjadi persamaan.

Analisis Linier Programing (skripsi dan tesis)

         Linier Programing (LP) merupakan suatu cara untuk menyelesaikan persoalan pengalokasian sumber-sumber yang terbatas diantara beberapa aktivitas yang bersaing dengan cara yang terbaik yang mungkin dilakukan. Satu hal yang menjadi ciri situasi diatas adalah adanya keharusan untuk mengalokasian sumber terhadap aktivitas.Sifat “linier” memberi arti bahwa seluruh fungsi matematis dalam model ini merupakan fungsi yang linier, sedangkan kata “programa” merupakan sinonim untuk perencanaan.Maka Linier Programing juga merupakan perencanaan aktivitas-aktivitas untuk memperoleh suatu hasil yang optimal, yaitu suatu hasil yang mencapai tujuan terbaik diantara seluruh alternatif yang fisibel (Mustafa dan Parkhan, 2000).

  1. Formulasi dan bentuk umum linier programming

         Dalam model LP dikenal dua macam fungsi, yaitu: fungsi tujuan dan fungsi batasan. Fungsi tujuan adalah fungsi yang menggambarkan tujuan/sasaran yang berkaitan dengan pengaturan secara optimal sumber daya-sumber daya, untuk memperoleh keuntungan maksimal atau biaya minimal. Sedangkan fungsi batasan merupakan bentuk penyajian secara matematis batasan-batasan kapasitas yang tersedia yang akan dialokasikan secara optimal ke berbagai kegiatan.

         Masalah keputusan yang sering dihadapi adalah alokasi optimum sumber daya terbatas yang ditunjukkan sebagai maksimasi keuntungan atau minimasi biaya. Setelah masalah diidentifikasi, tujuan/sasaran yang ingin dicapai ditetapkan, langkah selanjutnya adalah formulasi model matematis yang meliputi tiga tahap berikut (Mulyono, 2004):

  1. Menentukan variabel keputusan (unsur-unsur dalam persoalan yang dapat dikendalikan)
  2. Membentuk fungsi tujuan yang ditunjukkan sebagai suatu hubungan linier dari variabel keputusan.
  3. Menentukan batasan masalah

         Dalam pembahasan model Linier Programing digunakan simbol-simbol sebagai berikut:

m      : macam batasan-batasan sumber atau fasilitas yang tersedia

n       : macam kegiatan yang menggunakan sumber atau fasilitas tersebut

i        : nomor setiap macam sumber atau fasilitas yang tersedia (i: 1,2,3,…n)

j        : nomor setiap macam kegiatan yang menggunakan sumber atau fasilitas yang tersedia (j: 1,2,…n)

Xj     : tingkat kegiatan ke j (j: 1,2,…n)

aij      : banyak sumber i yang diperlukan untuk menghasilkan setiap unit keluaran atau output kegiatan (i: 1,2,3,…m) dan (j: 1,2,…n)

bi      : banyak sumber i yang tersedia untuk dialokasikan kesetiap unit kegiatan (i: 1,2,3,…m)

Z       : nilai yang dioptimalkan (maksimum atau minimum)

Ci      : kenaikan nilai Z apabila ada pertambahan tingkat kegiatan (Xj)

Menurut (Dimyati dan Dimyati, 2003), dalam penggunaan Linier Programming, ada beberapa asumsi yang perlu diperhatikan. Asumsi-asumsi itu adalah sebagai berikut:

  1. Asumsi kesebandingan (proportionality)
  2. Kontribusi setiap variabel keputusan terhadap fungsi tujuan adalah sebanding dengan nilai variabel keputusan.
  3. Kontribusi suatu variabel keputusan terhadap ruas kiri dari setiap pembatas juga sebanding dengan nilai variabel keputusan itu.
  4. Asumsi penambahan (additivity)
  5. a)Kontribusi setiap variabel keputusan terhadap fungsi tujuan bersifat tidak bergantung pada nilai dari variabel keputusan yang lain
  6. b)Kontribusi suatu variabel keputusan terhadap ruas kiri dari setiap pembatas bersifat tidak bergantung pada nilai dari variabel keputusan yang lain.
  7. Asumsi pembagian (divisibility)

Dalam persoalan linier programming, variabel keputusan boleh diasumsikan berupa bilangan pecahan.

  1.  Asumsi kepastian (certainty)

     Setiap parameter, yaitu koefisien fungsi tujuan, ruas kanan dan koefisien teknologis, diasumsikan dapat diketahui secara pasti.

Faktor-faktor yang mempengaruhi volume produksi (skripsi dan tesis)

Suatu perusahaan memerlukan sumber daya yang akan digunakan untuk memproduksi barang. Sumber daya tersebut berupa bahan mentah, bahan pendukung, mesin-mesin, tenaga kerja, peralatan pendukung dan lain-lain. Tiap-tiap perusahaan tentu saja akan mempunyai jumlah dan jenis sumber-sumber produksi yang berbeda satu sama lain.Faktor yang menjadi kendala dalam proses produksi yang mempengaruhi penentuan volume produksi dan tingkat kombinasi produksi optimal antara lain (Reksohadiprodjo dan Gitosudarmo, 2008):

  1.  Kapasitas bahan baku

         Dengan tersedianya bahan baku dalam perusahaan, maka perusahaan dapat melakukan produksi dan besarnya jumlah kapasitas bahan baku dapat mempengaruhi tingkat produksi yang optimal. Apabila kapasitas bahan baku yang tersedia cukup besar, maka perusahaan dapat memperoleh luas produksi yang lebih besar pula. Sebaliknya apabila jumlah kapasitas bahan baku yang tersedia relatif kecil maka perusahaan akan memperoleh luas produksi yang lebih kecil pula.

  1.  Kapasitas mesin

         Kapasitas mesin yang dimiliki oleh perusahaan dapat mempengaruhi jumlah output yang dihasilkan selama produksi. Meskipun bahan baku yang tersedia cukup besar jumlahnya, namun apabila kapasitas mesin yang tersedia kurang mencukupi untuk memproses bahan baku tersebut, maka tingkat output yang dihasilkannya pun relatif kecil.

  1. Jumlah tenaga kerja

         Tersedianya tenaga kerja dalam perusahaan sangat diperlukan guna pelaksanaan produksi, karena tenaga kerja yang tersedia baik jumlah maupun mutunya sangat menentukan luas perusahaan dalam suatu perusahaan. Perusahaan tidak mungkin melakukan proses produksi melebihi dari kemampuan jumlah tenaga kerja yang dimilikinya.

  1. Batasan permintaan

         Batasan permintaan merupakan dasar pedoman bagi  perusahaan untuk menentukan luas produksi. Dalam hal ini, batasan permintaan ditentukan melalui peramalan dengan menggunakan data produksi sebelumnya yang diolah dengan bantuan program. Dalam melakukan perhitungan peramalan tersebut , terdapat sepuluh metode yang dapat digunakan kemudian akan dicari MAD terkecil. Peramalan adalah suatu perkiraan atau dugaan suatu peristiwa/kejadian pada masa yang akan datang sebagai bagian dari integral aktivitas pengambilan keputusan. Dalam melakukan peramalan dapat dilakukan dengan dua teknik, yaitu metode kuantitatif dan metode kualitatif.

Metode kuantitatif meliputi metode deret berkala ( time series ) dan metode kausal. Yang mana metode time series memprediksi masa yang akandatang berdasarkan data masa lalu untuk menentukan pola masa lalu dan mengekstrapolasi pola tersebut untuk masa yang akan datang. Sedangkan metode kausal mengasumsikan faktor yang diramal memiliki hubungan sebab akibat terhadap beberapa variable independent, sehingga pada akhirnya dapat menentukan hubungan antar faktor dan menggunakan hubungan tersebut untuk meramal nilai-nilai variable independent.

Metode time series menggambarkan berbagai gerakan yang terjadi pada sederetan data pada waktu tertentu.Langkah penting dalam memilih metode time series adalah dengan mempertimbangkan jenis pola data. Pola data dapat dibedakan menjadi empat jenis siklus dan trend (Makridarkis dan Wheelwrightd dalam Yamit, 2007), yaitu :

  1. Pola horizontal, terjadi bilamana nilai data berfluktuasi disekitar nilai rata-rata konstan. Contoh, suatu produk yang permintaannya tidak meningkat atau menurun selama waktu tertentu.
  2. Pola musiman, terjadi bilamana suatu deret dipengaruhi oleh faktor musiman. Contoh permintaan es krim, jas hujan, dan lain sebagainya.
  3. Pola silkus, terjadi bilamana datanya dipengaruhi oleh fluktuasi ekonomi jangka panjang seperti siklus bisnis.
  4. Pola trend, terjadi bilaman terdapat kenaikan atau penurunan sekuler jangka panjang dalam data.
  5. Peramalan obyektif, terdiri dari dua sebagai berikut :
  6. Peramalan kualitatif, peramalan yang didasarkan pada data kualitatif pada masa yang lalu. Hasil peramalan sangat tergantung pada orang yang menyusunnya karena permasalahan dibuat berdasarkan pemikiran intuisi, pendapat dan pengetahuan serta pengalaman penyusun dan biasanya peramalan kualitatif didasarkan hasil penyelidikan.
  7. Peramalan kuantitatif, peramalan yang didasarkan atas data kuantitatif masa lalu. Hasil peramalan yang dibuat tergantung pada metode yang digunakan dalam peramalan tersebut. Metode yang baik adalah metode yang memberikan nilai penyimpangan terkecil.

Perencanaan Produksi (skripsi dan tesis)

Pada dasarnya perencanaan produksi merupakan suatu proses penetapan kapasitas produksi secara keseluruhan guna memenuhi tingkat permintaan yang diperoleh dari peramalan dan pesanan dengan tujuan meminimalkan total biaya produksi.Perencanaan produksi merupakan masalah apa dan berapa yang harus diproduksi serta bagaimana dan kapan produksi harus dilaksanakan. Perusahaan umumnya sudah menentukan mengenai apa yang diproduksi oleh alat produksi yang dimiliki, sehingga barang yang diproduksi itu tidaklah mudah untuk diubah-ubah selama jangka waktu tertentu.  Namun begitu ada beberapa perusahaan lain, apa yang harus diproduksi harus ditentukan lebih dahulu (Ahyari, 2003 ).

Volume produksi adalah suatu ukuran akan berapa banyak barang-barang yang diproduksi oleh suatu perusahaan. Banyaknya barang-barang yang akan diproduksi tidak hanya terhadap satu jenis barang saja, tetapi meliputi banyaknya jenis barang yang dihasilkan. Jadi pengertian volume produksi merupakan ukuran terhadap apa dan berapa banyak barang-barang yang harus diproduksi oleh suatu perusahaan. Semakin banyak barang yang diproduksi, baik jumlah maupun jenisnya, semakin besar volume produksinya (Hantoro, 1999).

         Suatu perusahan yang telah menentukan apa yang akan diproduksi, maka perusahaan dapat menentukan mesin-mesin dan peralatan yang akan digunakan untuk proses produksi, dengan adanya berbagai macam mesin dan peralatan yang digunakan maka dapat digunakan untuk memproduksi berbagai macam produk. Perusahaan yang memproduksi barang atau produk lebih dari satu jenis dengan menggunakan mesin, tenaga kerja dan bahan baku yang sama, maka akan timbul masalah kombinasi produksi. Menentukan kombinasi produk adalah menentukan jumlah dan jenis produk yang dihasilkan oleh perusahaan, menghadapi masalah ini seharusnya pihak manajemen harus dapat menentukan jumlah masing-     masing produk sehingga dapat mempergunakan input yang ada dengan sebaik-baiknya serta memperoleh hasil yang optimal (Ahyari, 2003).

Tingkat Kehandalan (Reliability)(skripsi dan tesis)

Availibilitas adalah probabilitas suatu peralatan dapat melakukan operasi secara memuaskan pada kondisi tertentu untuk suatu periode waktu. (Basya dan Samadhi, 1993 :45). Dari definisi ini dapat diketahui bahwa availibilitas selalu dikaitkan dengan selang waktu pada suatu mesin, tanpa mengalami kerusakan dalam kondisi lingkungan tertentu.

Oleh karena itu variabel yang penting yang berkaitan dengan availibilitas adalah waktu. Secara matematis pengertian availibilitas dinyatakan sebagai perbandingan antara selang waktu efektif berfungsinya mesin peralatan terhadap selang waktu total pemakaian alat. Untuk memperoleh availibilitas mesin  diesel yang maksimal, maka perlu dilakukan inspeksi yang bertujuan untuk mendeteksi terlebih dahulu keadaan alat atau mesin sebelum alat mengalami kegagalan atau kerusakan. Secara spesifikasi asumsi-asumsi yang digunakan (Ernst Lerch :32) :

  1.  Sistem kerusakan mesin diesel diketahui terlebih dahulu.
  2. Inspeksi dapat menghindarkan, menurunkan waktu lamanya perbaikan jika terjadi kerusakan.
  3. Sistem mesin pada saat inspeksi tidak sedang mengalami kerusakan.
  4. Waktu antar kerusakan dengan waktu inspeksi, membutuhkan ongkos tersendiri untuk tiap satuan unit waktu.

Fungsi Pemeriksaan dan Perawatan (skripsi dan tesis)

Inspeksi atau pemeriksaan bertanggung jawab untuk membuat keputusan pelaksanaan kegiatan terhadap semua mesin yang ada, untuk itulah perawatan harus dilaksanakan dengan teratur. Pemeriksaan suatu alat atau mesin membutuhkan waktu perencanaan yang tepat dan terpadu sehigga permasalahan yang timbul adalah kapankah sebaiknya pemeriksaan tersebut harus dilakukan?

Faktor  yang diperlukan untuk melakukan analisis suatu mesin adalah laju kerusakan atau kegagalan (failure rate) alat pada setiap saat selama masa operasinya. Analisa kerusakan mesin dapat dibagi dalam dua cara, yaitu (Boediono 19) :

  1. Cara Teknikal

Analisis kerusakan dengan teknikal adalah dengan menentukan sebab-sebab kerusakan berdasarkan aspek-aspek teknik dari peralatan.

  1. Cara Statistikal

Analisis kerusakan dengan cara statistikal adalah menekankan pada ketergantungan mekanisme kerusakan terhadap waktu tanpa memperhatikan sebab-sebab kerusakan peralatan.

Dari pengalaman maupun percobaan diketahui analisis laju kerusakan suatu produk mengikuti suatu pola dasar atau Bath Up Curve, yaitu kurva yang membagi masa pakai suatu produk menjadi tiga periode waktu atau fase

Dalam bukunya mulyadi (2002 : 3) disebutkan bahwa masa pemakaian produk dapat dibagi dalam tiga bagian (daerah) yaitu:

  1. Daerah A : Periode kegagalan awal (Early Failures)

Periode  awal (Burn-in) ini ditandai dengan fungsi kegagalan yang tinggi, yang mempunyai arti bahwa laju kerusakan tersebut menurun sejalan dengan bertambahnya waktu operasi. Hal tersebut diusebabkan antara lain karena :

  1. Teknik pengendalian kualitas yang tidak baik
  2. Beragamnya produk
  3. Pemasangan komponen yang tidak baik atau tepat
  4. Kesalahan set-up
  5. Performansi kerja yang kurang cermat
  6. Metode inspeksi yang kurang baik

Kegagalan awal dapat dihitung dengan melakukan pengujian meliputi pengawasan terhadap karakteristik dari suatu sistem selama beberapa waktu dengan mensimulasi kondisi dari penggunaan yang sebenarnya.

  1. Daerah B : Periode kegagalan acak atau umur pakai yang berguna

Periode ini menunjukkan dengan fungsi kegagalan yang rendah, ini    suatu pertanda bahwa laju kerusakan relatif konstan (antara T B & T w) walaupun umur pakai peralatan bertambah dan mungkin kerusakan peralatan pada setiap saat adalah sama. Kerusakan pada fase ini dikenal dengan kerusakan acak yang dikarenakan oleh:

  1. Kesalahan pemakaian,diantaranya pembebanan di luar kemampuannya.
  2. Kerusakan yang tidak dapat terdeteksi oleh teknik pemeriksaan yang ada dari penyebab-penyebab yang tidak dapat dicari alasannya.
  3. Daerah C : Fase pengoprasian alat melebihi umur pakai (wear out)

Fase ini ditandai dengan meningkatkan fungsi kegagalan yang berarti bahwa laju kerusakan bertambah sesuai dengan pertambahan umur pemakaian peralatan. Kegagalan terjadi apabila sistem tidak dipelihara dengan baik dan frekuensi kegagalan menjadi meningkat dengan pesat.

Secara umum kegagalan ini tidak  dapat dihilangkan secara keseluruhan tetapi dapat ditunda selama beberapa waktu dengan melaksanakan kegiatan preventif pada jangka waktu tertentu. Apabila suatu alat telah memasuki fase ini, maka harus dilakukan perawatan pencegahan untuk mengurangi kemungkinan kerusakan yang lebih fatal di masa yang akan datang.

 beberapa penyebab kerusakan selama fase ini diantaranya :

  1. Perawatan yang tidak memadai
  2. Kelelahan akibat gesekan sehingga menimbulkan aus
  3. Umur pakai sudah lama
  4. Korosi

Menurut Vincent Gaspers (1992), laju kerusakan adalah kecepatan perpindahan dimana kerusakan terjadi pada suatu saat kemudian atau interval waktu kemudian dapat juga diistilahkan sebagai kerusakan per-jam

Jenis Tindakan Perawatan (skripsi dan tesis)

Tindakan perawatan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

  1. Pemeliharaan Pencegahan (Preventive Mantenance).

Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan untuk menghindari kerusakan yang timbul secara tidak terduga pada sistem yang sedang beroperasi.Permasalahn yang sering terjadi pada tindakan perawatan pencegahan adalah penentuan interval waktu pemeriksaan atau p[enggantian periode sehingga tercapai kondisi optimal yang meminimasi ongkos perawatn yang harus dikeluarkan dan memaksimalkan tingkat ketersediaan (Availibility), dan tindakan perawatan perbaikan (Corective Maintenace). Jenis kegiatan perawatan  pencegahan meliputi :

  1. Mencegah kerusakan yang meliputi:

1)        Pembersihan (Cleaning)

2)        Perawatan (Servicing)

3)        Pemeriksaan (Inspection)

  1. Mendeteksi kerusakan yang meliputi :

1)        Pengujian (Testing)

2)        Percobaan (Trial)

3)        Penelitian (Survey)

  1.  Perawatan  Perbaikan (Corrective Mantenance).

Kegiatan pemeliharaan ini merupakan perbaikan dan dilakukan setelah peralatan atau mesin mengalami suatu kerusakan. Jenis kegiatan dari pemeliharaan ini meliputi :

  1. Pemeriksaan (Corection)
  2. Perbaikan kecil (Repair)
  3. Perbaikan besar (Overhaul)

Untuk dapat menjalankan fungsi sebagaimana mestinya, maka mesin diesel harus dilakukan perawatan secara berkala dan teratur.

Tujuan utama pemeliharaan yaitu :

  1. a)Mencegah timbulnya kerusakan-kerusakan pada saat mesin berlangsung.
  2. b)Memelihara peralatan-peralatan dengan benar sehinga mesin atau peralatan selalu berada pada kodisi yang tetap siap untuk beroperasi.
  3. c)Memelihara peralatan-peralatan dalam rangka usaha mencapai tingkat operasi produksi yang minimum.
  4. d)Berusaha meminimumkan kerusakan jika mesin atau peralatan mengalami kerusakan.
  5. e)Berusaha meminimumkan ongkos produksi.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa elemen-elemen kegiatan perawatan yaitu:

  1. a)Objek yang dirawat
  2. b)Tenaga kerja
  3. c)Peralatan suku cadang

Definisi Perawatan (skripsi dan tesis)

Beberapa definisi perawatan diuraikan sebagai berikut :

  1.  Perawatan adalah merupakan kegiatan yang mutlak harus dilakukan dan memiliki peran penting dalam mendukung kegiatan produksi, sedangkan tujuan melakukan perawatan adalah berupaya mempertahankan kondisi peralatan agar senantiasa dalm kondisi baik.
  2. Perawatn merupakan kombinasi dari berbagai tindakan yang ditujukan untuk mempertahankan suatu  fasilitas, memperbaiki, dan mengembalikannya pada suatu kondisi yang dapat diterima.

Masalah perawatn mempunyai kaitan yang erat dengan tindakan pencegahan (preventive) dan perbaikan (corrective). Tindakan dapat berupa :

  1. Pemeriksaan (inspection), yaitu tindakan yang ditujukan terhadap system atau mesin untuk mengetahui apakah system berada dalam kondisi yang diinginkan.
  2. Servis (Service), yaitu tindakan yang bertujuan untuk menjaga kondisi suatu system yang biasanya telah diatur dalam buku petunjuk pemakaian system.
  3. Penggantian komponen (Replacement), yaitu tindakan penggantian komponen yang dianggap rusak atau tidak memenuhi kondisi yang diinginkan. Tindakan penggantian ini mungkin dilakukan secara mendadak atau dengan perencanaan pencegahan terlebih dahulu.
  4. Perbaikan kecil (Repair), yaitu tindakan perbaikan minor yang dilakukan pada saat terjadi kerusakan kecil.
  5. Perbaikan besar (Overhaul), yaitu perbaikan besar-besaran yang biasanya diolakukan diakhir periode tertentu (Dervitsionis, 1981)

Sisten Perawatan (skripsi dan tesis)

Fungsi utama dari perawatan adalah untuk mengkontrol kondisi dari peralatan ( Jardine, 1973). Tindakan perawatan biasanya diklasifikasikan sebagai kegiatan pendukung produksi yang sangat dibutuhkan untuk mencegah kerusakan suatu alat produksi.Garperz menyatakan system perawatan dapat dipandang sbagai system bayangan dari system produksi, dimana apabila system produksi beroperasi dengan kapasitas yang sangat tringgi maka akan menjadi intensif. Kegiatan ini sangat diperlukan untuk menjamin kelancaran berproduksi, karena pada dasarnya suatu mesin produksi yang digunakan secara kontinyu akan mengalami penurunan tingkat kesiapan

Tahap-tahap dalam Studi Kelayakan Bisnis (skripsi dan tesis)

Tahap-tahap dalam studi kelayakan bisnis menurut Husein Umar (2007:21) membagi tahapan-tahapan studi kelayakan bisnis yang bersifat umum ke dalam enam tahap :

  1. Penemuan Ide

Usaha atau produk haruslah berpotensi, oleh karena itu harus dilakukan penelitian untuk memenuhi kebutuhan pasar yang belum terpenuhi dan apakah barang yang kita jual akan laku dipasaran.

 

 

 

  1. Tahap Penelitian

Setelah penemuan ide, yang perlu dilakukan adalah membuat penelitian dengan menggunakan metode ilmiah serta memasukan aspek-aspek apa saja yang dapat dinilai.

  1. Tahap Evaluasi

Yaitu membandingkan sesuatu dengan satu atau lebih kriteria yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif.

  1. Tahap Pengurutan Usulan yang Layak

Jika kriteria-kriteria penilaian sudah menunjukan kelayakan, maka usaha dapat dijalankan.

  1. Tahap Rencana Pelaksanaan

Menentukan waktu, tenaga kerja, ketersediaan sumber daya dan kesiapan manajemen.

  1. Tahap Pelaksanaan

Setelah semua persiapan telah siap maka usaha dapat dijalankan. Kegiatan ini membutuhkan manajemen proyek. Jika telah selesai dilaksanakan tahap berikutnya adalah melaksanakan operasional bisnis secara rutin.

Landasan Penilaian Kelayakan (skripsi dan tesis)

Untuk melakukan studi kelayakan, terlebih dahulu harus ditentukan aspek-aspek apa saja yang akan dianalisa. Aspek-aspek tersebut terdiri dari: Aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan operasi, aspek ligkunganm aspek legal dan ekonomi finansialnya. (Umar, 2007,11).

Dalam prakteknya, penilaian kelayakan usaha oleh pihak perencana (investor) lebih banyak didasarkan pada analisis finansial setelah analisis sistem informasi manajemen yang direncanakan dirasakan layak. Di sisi lain tim penilai kelayakan usaha (instansi terkait dan atau evaluator lain) relatif mengalami kesulitan untuk menilai kelayakan proyek tanpa adanya prosedur dan sistem penilaian yang relatif baku dan dapat dikuantifikasi. (Soetrisno, 2000)

Prosedur yang banyak dilembangkan adalah prosedur yang terdiri dari tiga kriteria terboboti, yakni kemampuan dipasarkan (40%), kelayakan teknis (30%), dan profitabilitas (30%). Jadi untuk menentukan potensi komersialisasi, maka harus dilakukan tiga tipe evaluasi yakni evaluasi pemasaran untuk menentukan potensi permintaan komersial; evaluasi kelayakan teknis untuk menentukan kinerja teknologis; dan evaluasi profitabilitas untuk menentukan keuntungan finansial dan ekonomis (Umar, 2007,11).

  1. Evaluasi Pemasaran (Kelayakan Kebutuhan)

Aspek pemasaran merupakan aspek pertama yang harus dievaluasi. Evaluasi terhadap semua aspek lain (teknis dan profitabilitas) tidak akan bermanfaat jika tidak ada permintaan akan produk. Membaca pasar secara akurat merupakan langkah sangat penting sebelum merilis produk secara komersial.

Analisis pemasaran bertujuan mengevaluasi respon lingkungan eksternal terhadap produk dengan menganalisa karakteristik-karakteristik konsumen dan lingkungan kompetisi. Melalui analisis ini akan dapat ditentukan permintaan produk, akan dapat dinilai lingkungan kompetisi atas produk-produk alternatif, dan akan dapat diestimasi pangsa pasar potensial yang dapat diambil. Selain itu informasi demikian membantu perusahaan untuk mendesain strategi perolehan bahan baku dan pemrosesan, serta membuat rencana pemasaran secara menyeluruh.

  1. Evaluasi Teknis/ Kelayakan Teknis

Produk dapat dikatakan layak secara teknis jika performa teknisnya dapat diterima dan dapat diproduksi secara massal dengan mudah. Evaluasi kelayakan teknis melihat kepada kelayakan teknis teknologi yang digunakan. Hal ini berarti bahwa evaluasi ini melihat kepada apakah teknologi yang digunakan dapat bekerja sesuai desain dan kapasitas penggunaannya.

Kesesuaian teknologi yang dipilih dengan lingkungan juga dinilai di sini. Sekecil apapun skala usaha dan sesederhana apapun teknologi yang dipilih oleh sebuah proyek agroindustri, kehadiran limbah merupakan sesuatu hal yang tidak bisa dihindari. Persoalannya adalah bagaimana memilih teknologi yang tepat guna, relatif murah, dan dampak terhadap lingkungan seminimal mungkin.

  1. Evaluasi Finansial dan Ekonomi

Kriteria profitabilitas melihat kepada keuntungan finansial yang dapat diperoleh investor dan juga keuntungan ekonomi yang dapat diperoleh masyarakat, daerah, atau negara. Evaluasi finansial menggunakan rasio-rasio finansial dasar yang umum digunakan dalam menentukan profitabilitas finansial. Parameter-parameter tersebut adalah a). net present value (NPV), b). internal rate of return (IRR), c). return on investment (ROI), dan d). payback period (PP).(Sutrisno, 2000)

  1. a) Net Present Value (NPV)

Metoda NPV digunakan untuk menentukan nilai net cash flow pada masa yang akan datang, kemudian diperhitungkan menjadi nilai sekarang dengan menggunakan tingkat bunga tertentu. Selanjutnya nilai tersebut dikurangi dengan investasi awal.

 

  1. b) Internal Rate of Return (IRR)

IRR adalah tingkat bunga dimana bila digunakan untuk mendiskonto seluruh selisih kas masuk pada tahun-tahun operasi proyek akan menghasilkan jumlah kas yang sama dengan jumlah investasi proyek. Pada dasarnya IRR menggambarkan persentase laba senyatanya yang dapat dihasilkan oleh proyek. Nilai IRR ditentukan dengan mencari nilai faktor diskonto (discount rate) yang membuat nilai NPV sama dengan nol. Untuk menentukan berapa tepatnya tingkat bunga tersebut adalah dengan menggunakan metoda interpolasi, yakni dengan menyisipkan tingkat bunga diantara bunga yang menghasilkan NPV positif dan tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif.

Return on investment (ROI) menyatakan prosentase dari investasi awal yang dihasilkan dari usaha. Nilai ini diperoleh dengan menjumlahkan profit dan bunga pinjaman yang digunakan untuk membiayai asset tetap, dibagi dengan total asset, dinyatakan dalam prosentase.

Alasan menambahkan bunga pinjaman ke dalam profit adalah bahwa ROI bertujuan untuk mengukur tingkat pengembalian terhadap investasi total tanpa mempertimbangkan bagaimana investasi tersebut dibiayai. Bunga pinjaman merupakan pengeluaran yang menurunkan profit, namun di satu sisi bunga pinjaman juga merupakan bagian pengembalian modal yang dibayarkan kepada kreditor (bukannya kepada pemilik bisnis).

  1. d) Payback Period (PP)

Payback period (PP)  adalah waktu minimum untuk mengembalikan investasi awal dalam bentuk aliran kas yang didasarkan atas total penerimaan dikurangi semua biaya kecuali biaya penyusutan. Periode pengembalian ini dirumuskan sebagai berikut :

  1. d) Break Even Point (BEP)
    • Pendekatan Grafik

Salah satu pendekatan penentuan titik break even adalah dengan menggabarkan unsr-unsur biaya dan penghasilan ke dalam suatu gambar grafik. Pada grafik tersebut nampak garis-garis biaya variabel, biaya tetap, total biaya, dan garis total penghasilan.

  • Metode Pendekatan Matematik

 Dalam perhitungan BEP dengan pendekatan matematik dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu (1) atas dasar unit dan (2) atas dasar rupiah. Seperti pada pengertian BEP bahwa:

  • Perusahaan tidak memperoleh laba atau menderita rugi
  • Total penghasilan sama dengan total biaya
  • Laba sama dengan nol

 

Evaluasi ekonomi diukur menggunakan parameter penciptaan peluang kerja dan pendapatan bagi masyarakat serta pemasukan pajak penghasilan bagi pemerintah. Selain itu perlu dipertimbangkan pula di sini indikator-indikator sosial dan lingkungan seperti pembentukan dan atau penguatan kelembagaan dan kemungkinan dampak lingkungan yang timbul dengan kehadiran proyek agroindustri.

 

  1. Aspek Lingkungan

Menurut Kasmir dan Jakfar (2003), terdapat aspek lain dalam melakukan studi kelayakan bisnis yaitu aspk lingkungan,  lingkungan hidup merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk ditelaah sebelum suatu investasi atau usaha dijalankan. Sudah barang tentu telaah yang dilakukan untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan jika suatu investasi jadi dilakukan, baik dampak negatif maupun dampak positif.

Dampak lingkungan hidup yang terjadi adalah berubahnya suatu lingkungan dari bentuk aslinya, seperti perubahan fisik, kimia, biologi, atau sosial. Perubahan lingkungan ini jika tidak diantisipasi dari awal akan merusak tatanan yang sudah ada, baik terhadap flora, fauna maupun manusia itu sendiri. Dengan adanya kegiatan investasi atau usaha maka komponen lingkungan hidup secara otomatis akan berubah dengan menimbulkan dampak terutama dampak negatif yang tidak diinginkan. Dampak negatif akan timbul timbul pada : tanah dan kehutanan, air, udara, dan manusia.

Menurut Kasmir dan Jakfar (2003) Rona lingkungan hidup pada umumnya sangat beraneka ragam dalam bentuk, ukuran, tujuan sasaran dan sebagainya. Rona lingkungan hidup juga berbeda menurut geografi, keaneka ragaman faktor lingkungan hidup dan pengaruh manusia. karenaitu kemungkinan timbulnya dampak lingkungan hidup pun berbeda-beda sesuai dengan rona lingkungan yang ada. Berikut adalah beberapa komponen lingkungan hidup yang dapat diteliti dalam aspek lingkungan:

Komponen fisika kimia

  • Iklim, Kualitas udara, kebisingan
  • Fisiografi
  • Hidrologi
  • Hidrooseanografi
  • Ruang, lahan dan tanah

Komponen Sosial

  • Demografi
  • Ekonomi
  • Budaya
  • Kesehatan Masyarakat

Komponen Biologi

  • Flora
  • Fauna

Aspek lingkungan merupakan elemen kegiatan, produk dan jasa dari suatu organisasi yang berinteraksi dengan lingkungan. Interaksi oleh seluruh atau sebagian kegiatan, produk atau jasa organisasi tersebut dapat menyebabkan perubahan terhadap lingkungan (dampak lingkungan), apakah perubahan yang merugikan (negatif) atau yang menguntungkan (positif). Hubungan antara aspek lingkungan dan dampak lingkungan merupakan suatu “hubungan sebab dan akibat”. Aspek lingkungan dapat positif atau negatif. Aspek lingkungan merupakan masukan (input), sedangkan dampak lingkungan merupakan keluaran (output). Dengan demikian, dapat diartikan bahwa identifikasi aspek lingkungan merupakan suatu proses kompilasi dari inventarisasi input dan output.

Tujuan dan Manfaat Studi Kelayakan (skripsi dan tesis)

Menurut Kasmir dan Jakfar (2007:11), ada lima tujuan mengapa sebelum suatu usaha atau proyek dijalankan perlu dilakukan studi kelayakan, yaitu:

  1. Menghindari Risiko

Kerugian Bertujuan untuk meminimalkan risiko yang dapat dikendalikan maupun yang tidak dapat dikendalikan.

  1. Memudahkan

Perencanaan Perencanaan tersebut meliputi jumlah dana, waktu pelaksanaan, lokasi, serta keuntungan yang akan didapat.

  1. Memudahkan Pelaksanaan Pekerjaan

Perencanaan yang telah dibuat dapat dijalankan sesuai dengan  jadwal pelaksanaan usaha sehingga pelaksanaan pekerjaan dapat  berlangsung dengan lancar.

  1. Memudahkan Pengawasan

Pengawasan dilakukan agar pelaksanaan usaha tidak melenceng dari rencana yang telah disusun.

  1. Memudahkan Pengendalian

Tujuannya yaitu untuk mengembalikan pelaksanaan pekerjaan yang melenceng dari pengawasan. Dari kelima tujuan diatas, pada intinya adalah apabila suatu usaha dijalankan tidak akan sia-sia. Kesia-siaan itu baik berupa materil, tenaga, maupun pikiran, serta tidak akan menimbulkan masalah yng tidak perlu dimasa yang akan datang

Sedangkan manfaat dilakukannya studi kelayakan mencakuup tiga aspek (Husnan,2000:4):

  1. Manfaat ekonomis, mempunyai arti apakah proyek tersebut cukup menguntungkan apabila dibandingkan dengan resiko proyek tersebut.
  2. Manfaat ekonomis bagi negara tempat proyek tersebut dilaksanakan (manfaat ekonomi nasional).
  3. Manfaat Sosial bagi masyarakat sekitar proyek tersebut.

Kegiatan investasi dapat melibatkan berbagai pihak. Setiap pihhak  memerlukan hasil studi kelayakan, meskipun setiap pihak mempunyai kepentingan yang berbeda. Pihak-pihak yang memerlukan yaitu (Husnan,2000: hal 9-10):

  1. Pihak Investor

Jika hasil studi kelayakan yang telah dibuat ternyata layak direalisasikan, pemenuhan kebutuhan akan pendanaan dapat mulai dicari.  Misalnya dengan mencari investor atau pemilik modal yang mau turut serta menanamkan modalnya pada proyek yang akan dikerjakan itu, sudahtentu calon investor ini akan mempelajari laporan studi kelayakan bisnisyang telah dibuat karena calon investor mempunyai kepentinganlangsung tentang keuntungan yang akan diperoleh serta jaminankeselamatan atas modal yang akan ditanamkanya.

  1. Pihak Kreditor

Pendanaan proyek dapat juga dipinjam dari bank. Pihak bank, sebelum memutuskan untuk memberikan kredit atau tidak, perlu mengkaji ulangstudi kelayakan bisnis yang telah dibuat, termasuk mempertimbangkan sisi-sisi lain, misalnya bonafiditas dan tersedianya agunan yang dimiliki perusahaan.

  1. Pihak Manajemen Perusahaan

Studi kelayakan bisnis dapat dibuat oleh pihak eksternal perusahaan maupun pihak internal perusahaan (sendiri). Terlepas dari siapa yeng membuat, pembuatan proposal ini merupakan upaya dalam rangka merealisasikan ide proyek yang ujung-ujungnya bermuara pada peningkatan usaha untuk meningkatkan laba perusahaan. Sebagai pihak yang menjadi project leader, sudah tentu pihak manajemen perlumempelajari studi kelayakan itu, misalnya dalam hal pendanaan, berapayang dialokasikan dari modal sendiri, rencana pendanaan dari investordan dari kreditor.

  1. Pihak Pemerintah dan Masyarakat

Penyusunan studi kelayakan bisnis perlu memperhatikan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah karena bagaimanapun pemerintah dapat secara langsung maupun tidak langsung,mempengaruhi kebijakan perusahaan. Penghematan devisa Negara, penggalakan ekspor nonmigas dan pemakaian tenaga kerja massalmerupakan contoh-contoh kebijakan pemerintah di sektor ekonomi.Proyek-proyek bisnis yang membantu kebijakan pemerintah inilah yang diprioritaskan untuk dibantu, misalnya dengan subsidi dan keringanan lain.

  1.  Bagi Tujuan Pembangunan Ekonomi

Dalam menyusun studi kelayakan bisnis perlu juga dianalisis manfaat yang akan didapat dan biaya yang akan ditimbulkan oleh proyek terhadap perekonomian nasional. Aspek-aspek yang perlu dianalisis untuk mengetahui biaya dan manfaat tersebut antara lain ditinjau dari aspek Rencana Pembangunan Nasional, distribusi nilai tambah pada seluruh masyarakat, nilai investasi per tenaga kerja, pengaruh sosial, serta analisis kemanfaatan dan beban sosial. Jadi, jelas bahwa studi kelayakan bisnis yang dibuat perlu dikaji demi tujuan-tujuan pembangunan ekonomi nasional.

.Pengertian Studi Kelayakan (skripsi dan tesis)

Studi kelayakan adalah suatu penelitian tentang dapat tidaknya suatu investasi dilaksanakan secara menguntungkan (Kama: 2004,2), dalam pengertian yang lain bahwa studi kelayakan atau sring disebut sebagai Feasibility Studies merupakan suatu bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, menerima atau menolak dari  sauatu gagasan usaha atau proyek yang direncanakan (Ibrahim. 2009:1).

Studi kelayakan bisnis adalah suatu penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek dilaksanakan dengan hasil. Menurut Subagyo (2008: 7) Studi kelayakan adalah penelitian yang mendalam terhadap suatu ide bisnis tentang layak atau tidaknya ide tersebut untuk dilaksanakan. Sedangkan menurut Kasmir dan Jakfar (2007: 6) Studi kelayakan adalah suatu kegiatan yang mempelajari secaramendalam tentang suatu usaha atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau tidak usaha tersebut dijalankan

Menurut Umar (2007: 8)  studi kelayakan bisnis merupakan  penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak layak bisnis dibangun, tetapi juga pada saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidakditentukan.

Menurut Sutojo( 2002:7), hal-hal yang perlu diketahui dalam studi kelayakan adalah:

  1. Ruang lingkup kegiatan proyek.
  2. Cara kegiatan proyek dilakukan.
  3. Evalusi terhadap aspek-aspek yang akan menentukan berhasilnya seluruh proyek
  4. Sarana yang diperlukan oleh proyek.
  5. Hasil kegiatan proyek tersebut, serta biaya-biaya yang harus ditanggun untuk memperoleh hasil tersebut.
  6. Langkah-langkah untuk mendirikan proyek atau memperluas proyek,  beserta jadwal masing-masing proyek

Dimensi Budaya (skripsi dan tesis)

            Koentjaraningrat (1980) dalam Sihombing dan Pongtuluran (2011) mendefinisikan budaya sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil buah budi manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Lebih lanjut, Koentjaraningrat menjelaskan bahwa gagasan ataupun naluri manusia adalah merupakan bahan dasar suatu tindakan. Tindakan dan hasil karya manusia merupakan tolak ukur budaya manusia. Sependapat dengan Koentjaraningrat, Sastrosupono (1982) dalam Sihombing dan Pongtuluran (2011) mendefinisikan budaya sebagai tindakan atau perilaku manusia, misalnya duduk, tidur, berbicara dan sebagainya. Hofstede juga mendefinisikan budaya sebagai pikiran, perasaan, dan tindakan manusia. Menurutnya, budaya adalah piranti lunak jiwa manusia (software of the mind). Hofstede memakai perumpamaan komputer untuk menjelaskan peran budaya bagi kehidupan manusia. Peran piranti lunak adalah penentu dari bekerjanya sebuah komputer, tanpanya komputer menjadi tidak berguna, dengan kata lain piranti lunak-lah yang menentukan kerja sebuah komputer. Hosftede ingin menegaskan betapa pentingnya budaya dengan menganalogikan budaya sebagai “software of the mind”. Budaya adalah penggerak manusia. Tanpanya, manusia sekedar makhluk tanpa makna.      Hofstede (1980) dalam Armia (2002) menurunkan konsep budaya dari program menatal yang dibedakan dalam tiga tingkatan, yaitu ;

  1. Tingkat universal, yaitu program mental yang dimiliki oleh seluruh manusia. Pada tingkat ini program mental seluruhnya melekat pada diri manusia.
  2. Tingkat collective, yaitu program mental yang dimiliki oleh beberapa, tidak seluruh manusia. Pada tingkatan ini program mental khusus pada kelompok atau kategori dapat dipelajari.
  3. Tingkat individual, yaitu program mental yang unik yang dimiliki oleh hanya seseorang, dua orang tidak akan memiliki program mental yang persis sama. Pada tingkatan ini program mental sebagian kecil melekat pada diri manusia, dan lainnya dapat dipelajari dari masyarakat, organisasi atau kelompok lain.

Armia (2002) menjelaskan pada umumnya, tidak dapat dilakukan pengukuran langsung suatu konstruk secara langsung, sehingga paling tidak harus digunakan dua pengukuran yang berbeda. Program mental ini oleh Hofstede dijelaskan dengan dua konstruk, yaitu value (nilai) dan culture (budaya). Nilai didefinisikan sebagai suatu tendensi yang luas untuk menunjukkan state of affairs tertentu atas lainnya, yang pengukurannya menggunakan belief, attitudes, dan personality. Sedangkan culture didefinisikan oleh Hofstede sebagai program mental yang berpola pikir (thinking), perasaaan (feeling), dan tindakan (action) atau disebut dengan “software of the mind”. Pemrograman ini dimulai dari lingkungan keluarga, kemudian dilanjutkan dengan lingkungan tetangga, sekolah, kelompok remaja, lingkungan kerja, dan lingkungan masyarakat. Dengan demikian kebudayaan adalah suatu sistem nilai yang dianut oleh suatu lingkungan, baik lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan kerja, sampai pada lingkungan masyarakat luas.

Lebih lanjut Armia (2002) menjabarkan bahwa ada beberapa teori yang mendasari penemuan dimensi budaya Hofstede, antara lain Kluckhon’s (1952) yang menjelaskan tentang dimensi bidaya dalam 10 “Primary Message System” yaitu interaction, association (with others), subsistence, isexuality, teritorality, temporality, learning, play, defense, dan exploitation. Sedangkan Parsons dan Shils (1951) mengklasifikasikan multimensional dalam ”General Theory of Action”. Parsons dan Shils menyatakan bahwa seluruh tindakan manusia ditentukan oleh lima variabel, yaitu affectivity versus effectivity neutrality, self-orientation versus collectivity-orientation, universalism versus particularism, ascription versus achievement, specificity versus diffuseness.

Kluckhorn dan Strodbeck (1961) dalam Armia (2002) berdasarkan hasil penelitiannya menemukan bahwa masyarakat dibedakan dalam orientasi nilai sebagai berikut :

  1. Suatu evaluasi sifat manusia
  2. Hubungan manusia dengan lingkungannya
  3. Orientasi pada aktivitas
  4. Hubungan antar manusia

Pada awalnya, Hofstede secara empiris menemukan empat dimensi program mental, yaitu power distance, uncertainty avoidance, individualism vs collectivism, dan masculinity vs feminity. Kemudian Hofstede menambahkan dimensi long-term orientation yang dikembangkan dari dinamika Konghucu.

  1. Power Distance

Hofstede mendefinisikan power distance  atau jarak kekuasaan sebagai sejauh mana anggota dari suatu organisasi atau lembaga yang berada dalam posisi yang kurang kuat menerima dan berharap kekuasaan didistribusikan secara tidak merata. Dimensi budaya yang mendukung jarak kekuasaan rendah (small power distance) mengharapkan dan menerima hubungan kekuasaan secara lebih konsultatif atau demokratis. Orang berhubungan satu sama lain terlepas dari posisi formalitas mereka. Bawahan merasa lebih nyaman serta menuntut hak untuk berkontribusi dalam pengambilan keputusan. Di negara-negara dengan jarak kekuasaan tinggi (large power distance) cenderung menggunakan hubungan kekuasaan yang lebih otokratis dan paternalistik. Bawahan mengakui kekuatan orang lain hanya berdasarkan dimana mereka berada dalam struktur formal atau posisi hirarki tertentu. Dengan demikian indeks jarak kekuasaan didefinisikan oleh Hofstede bukan mencerminkan perbedaan obyektif dalam distribusi daya, melainkan cara orang memandang perbedaan-perbedaan kekuasaan.

  1. Uncertainty Avoidance

Menurut Hofstede, uncertainty avoidance adalah bentuk toleransi masyarakat untuk ketidakpastian dan ambiguitas. Hal ini menggambarkan sejauh mana anggota organisasi atau lembaga berusaha untuk mengatasi perasaan cemas dan mengurangi ketidakpastian yang mereka hadapi. Pemahaman ini menjelaskan bahwa uncertainty avoidance bukan berarti penghindaran resiko. Orang-orang yang memiliki dimensi budaya penghindaran tinggi (high uncertainty avoidance) cenderung lebih emosional. Mereka mencoba untuk meminimalkan terjadinya keadaan yang tidak diketahui atau tidak biasa. Saat terjadi perubahan mereka menjalaninya dengan hati-hati, langkah demi langkah dengan perencanaan dan menerapkan hukum serta peraturan yang berlaku. Sebaliknya, dimensi budaya penghindaran kepastian yang rendah (low uncertainty avoidance) menerima dan merasa nyaman dalam situasi yang tidak terstruktur atau lingkungan yang kerap kali mengalami perubahan. Mereka mencoba untuk memiliki beberapa aturan dalan aktifitas mereka. Orang-orang dalam dimensi budaya ini cenderung lebih pragmatis, mereka jauh lebih toleran terhadap perubahan.

  1. Individualism vs colletivism

Hofstede menjelaskan dimensi individualism sebagai sisi yang berlawanan dengan dimensi collectivism. Ciri organisasi atau lembaga individualsm dengan collectivism adalah sejauh mana individu diintegrasikan ke dalam organisasi atau lembaga tersebut. Dalam masyarakat yang individualistik, tekanan atau stress diletakkan dalam permasalahan pribadi, serta menuntut hak-hak individu. Orang-orang diharapkan untuk membela diri sendiri dan keluarga mereka. Selain itu juga mereka diharapkan untuk memilih afiliasi sendiri. Sebaliknya, dalam masyarakat kolektifis, individu bertindak terutama sebagai anggota kelompok seumur hidup. Daya kohesifitas yang tinggi tercipta di dalam kelompok mereka (kelompok disini tidak mengacu kepada politik atau negara). Orang-orang yang memiliki keluarga besar, yang dijadikan sebagai perlindungan bagi dirinya sehingga loyalitasnya tidak diragukan.

  1. Masculinity vs feminity

Hofstede menjelaskan masculinity berkaitan dengan nilai berbedaan gender dalam masyarakat, atau distribusi peran emosional antara gender yang berbeda. Nilai-nilai dimensi maskulin (masculinity) terkandung nilai daya saing, ketegasan, materialistik, ambisi dan kekuasaan. Sedangkan dimensi feminity digambarkan oleh Hofstede sebagai sebuah dimensi dimana penempatan nilai yang lebih terhadap hubungan dan kualitas hidup. Dalam dimensi maskulin, perbedaan antara peran gender nampak lebih dramatis dan kurang fleksibel dibandingkan dengan dimensi feminin yang melihat pria dan wanita memiliki nilai yang sama, menekankan kesederhanaan serta kepedulian.

  1. Long Term vs Short Term Orientation

Dimensi ini sangat dipengaruhi oleh ajaran Confusian. Dimensi ini akan membingungkan orang yang hidup di wilayah Barat, karena merasa hal ini tidak diperlukan. Empat elemen ajaran yang mempengaruhi terbentuknya dimensi ini adalah :

  • Stabilitas sosial berdasarkan atas ketidaksetaraan hubungan antara orang. Sebagai contoh junior memberikan penghormatan dan kepatuhan kepada senior, dan senior memberikan perlindungan kepada junior.
  • Keluarga adalah bentuk dasar dari seluruh organisasi sosial. Budaya Cina memiliki keyakinan bahwa kehilangan martabat keluarga sama saja kehilangan satu mata, hidung, dan mulut. Menunjukkan penghormatan kepada orang disebut “memberi wajah” dalam budaya mereka.
  • Perilaku berbudi luhur kepada orang lain mengandung makna tidak memperlakukan orang lain seperti dirimu tidak ingin diperlakukan seperti itu oleh orang lain.
  • Berbuat baik adalah salah satu tugas hidup dengan cara menambah pengetahuan, keterampilan, bekerja keras, tidak boros, sabar, dan memelihara.

Dimensi ini diistilahkan kemudian sebagai “Konghucu Dinamisme”. Masyarakat yang berorientasi jangka panjang (long term orientation) lebih mementingkan masa depan. Mereka mendorong nilai-nilai pragmatis berorientasi pada penghargaan, termasuk ketekunan, tabungan, dan kapasitas adaptasi. Masyarakat yang memiliki dimensi orientasi hubungan jangka pendek (short term oprientation), nilai dipromosikan terkait dengan masa lalu dan sekarang, termasuk kestabilan, memghormati tradisi, menjaga selalu penampilan di muka umum, dan memenuhi kewajiban-kewajiban sosial.

            Budaya akan terus berkembang karena kemampuan manusia untuk belajar sehingga merupakan pola hidup menyeluruh dan bersifat kompleks yang terbentuk dari berbagai unsur yang rumit di antaranya sistem agama, kemasyarakatan, adat istiadat, bahasa, teknologi, kesenian serta pengetahuan. Dengan demikian kebudayaan lebih dari sekedar kesenian atau adat istiadat, tetapi merupakan bidang yang tiada berbatas (Widiastuti, 2013). Lebih lanjut Widiastuti menuliskan bahwa Bangsa Indonesia merupakan bangsa majemuk karena masyarakatnya terdiri atas kumpulan orang-orang atau kelompok-kelompok dengan ciri khas kesukuan yang memiliki beragam budaya dengan latar belakang suku bangsa yang berbeda. Menurut Suparlan (2003) suku bangsa adalah golongan sosial yang askriptif berdasarkan atas keturunan dan tempat asalnya. Dengan demikian, jati diri suatu suku bangsa atau kesukubangsaan adalah jati diri yang askriptif yang didapat bersamaan dengan kelahiran seseorang. Kesukubangsaan berbeda dengan berbagai jati diri lainnya yang dipunya oleh seseorang, karena kesukubangsaan bersifat primordial (yang pertama didapat dan menempel pada diri seseorang sejak masa kanak-kanaknya dan utama dalam kehidupan karena merupakan acuan jati diri dan kehormatannya). Berbagai jati diri lain yang dipunyai oleh seseorang berdasarkan pada perolehan status dalam kehidupan sosialnya. Berbagai jati diri lainnya dapat hilang karena tidak berfungsinya status-status yang dipunyai seseorang, sedangkan jati diri suku bangsa atau kesukubangsaan tidak dapat hilang. Bila jati diri suku bangsa tidak digunakan dalam interaksi, jati diri suku bangsa atau kesukubangsaan tersebut disimpan, dan bukannya dibuang atau hilang.

Whistleblowing Dalam Keteknikan (skripsi dan tesis)

            Tidak ada definisi yang pasti tentang whistleblowing (Brennan dan Kelly, 2007). Satu elemen yang konsisten, yang disetujui oleh para ahli, adalah bahwa whistleblowing merupakan sebuah tindakan untuk melaporkan dan membongkar kecurangan (Ahmad, 2011)Jubb (1999) dalam Brennan dan Kelly (2007) memberikan defisini whislteblowing  sebagai sebuah tindakan pengungkapan secara sengaja yang dilakukan oleh seseorang yang memiliki akses terhadap data atau informasi sebuah organisasi, tentang praktik ilegal atau praktik lain yang sebenarnya terjadi, yang dicurigai, atau praktik yang diantisipasi akan berimplikasi pada praktik illegal, kepada pihak-pihak yang memiliki kewenangan untuk memperbaiki. Near dan Miceli (1985) dalam Brennan dan Kelly (2007) menyebutkan bahwa whistleblowing adalah suatu pengungkapan yang dilakukan anggota organisasi atas suatu praktik ilegal, tidak bermoral, atau tanpa legitimasi hukum di bawah kendali pimpinan kepada individu atau organisasi yang dapat menimbulkan efek tindakan perbaikan. Secara umum, whistleblowing dapat diartikan sebagai pengungkapan kepada pihak yang memiliki kewenangan atau kepada masyarakat luas mengenai adanya praktik illegal yang mengancam kepentingan umum didalam organisasi (Gocke, 2013).

Elias (2008) dalam Dalimunthe (2015) menganggap  whistleblowing sebagai proses yang kompleks dengan melibatkan faktor pribadi dan organisasi. Whistleblowing  dapat terjadi dari dalam (internal) maupun luar organisasi (eksternal). Internal whistleblowing dapat terjadi ketika seorang karyawan mengetahui tindakan kecurangan yang dilakukan oleh karyawan lain dan kemudian melaporkan kecurangan tersebut kepada bagian dalam organisasi itu sendiri. External whistleblowing terjadi ketika seorang karyawan mengetahui kecurangan yang dilakukan perusahaan lalu melaporkannya kepada pihak luar organisasi karena kecurangan tersebut akan merugikan masyarakat luas.

            Gobert dan Punch (2000) dalam Dalimunthe (2015) mengartikan pelapor kecurangan (whistleblower) sebagai individu dalam sebuah organisasi yang mengungkap informasi negatif tentang organisasi, praktik-praktik organisasi, atau personel-personel organisasi. Lewis (2005) dalam Dalimunthe (2015) mengatakan bahwa whistleblowing dapat dipandang sebagai bagian dari strategi untuk menjaga dan meningkatkan kualitas. Organisasi akan mengancam dan membalas dendam kepada pengungkap kecurangan untuk mencegah pengungkapan publik atas tindakan tidak etis dari organisasi. Pembalasan dendam organisasi dapat berupa kehilangan pekerjaan, pencemaran nama baik, atau pengisolasian dalam bekerja.

Tindakan whistleblowing seringkali menimbulkan dilema etika bagi para pelakunya. Dalam beberapa kasus, tindakan whistleblowing dianggap sebagai tindakan heroik, namun dibeberapa kasus lainnya dianggap sebagai tindakan yang tercela karena dianggap tidak memiliki loyalitas. Dilema etika seorang whistleblower (pelaku tindakan whistleblowing) muncul ketika dia harus memilih antara keadilan atau loyalitas. Dungan dkk (2015) menyatakan bahwa ketika nilai keadilan meningkat maka tindakan whistleblowing akan lebih mungkin untuk dilakukan, sebaliknya ketika nilai loyalias yang mengalami peningkatan, maka keinginan untuk melakukan whistleblowing menjadi kurang.

Lebih lanjut Dungan dkk (2015) menjelaskan tradeoff yang dilakukan individu ketika menghadapi dilema antara keadilan dan loyalitas merupakan faktor mendasar yang mengendalikan keputusan seseorang untuk melakukan whistleblowing atau tidak.

            Menurut Dungan dkk (2015), ada tiga faktor yang menyebabkan seseorang melakukan whistleblowing, yaitu faktor individu (status manajerial, locus of control, kepribadian individu), faktor situasional (dukungan organisasi, kebijakan mengenai whistleblowing dalam organisasi, pengetahuan mengenai whistleblowing, prosedur keamanan bagi whistleblower, keseriusan pelanggaran), dan faktor budaya (kelompok budaya kolektivisme memiliki kecenderungan yang kecil untuk melakukan whistleblowing dibandingkan kelompok budaya individualisme).

            Dalam kasus engineering, Bouville (2007) menyebutkan bahwa kanon pertama dalam code of the National Society of Professional Engineering yaitu tugas ke masyarakat, harus mengalahkan kanon keempat yaitu tugas kepada atasan. Dengan demikian, seorang engineer memiliki kewajiban sebagai seorang profesional untuk mengungkapkan adanya pelanggaran dalam organisasi mereka.

Etika engineering (skripsi dan tesis)

            Etika adalah bidang studi mengenai moralitas tindakan manusia. Etika merupakan ilmu yang menentukan nilai-nilai di dalam perilaku manusia dan memutuskan apa yang harus diperbuat dalam berbagai keadaan dan situasi yang berbeda. Etika engineering mewakili upaya-upaya para engineer profesional untuk mendefinisikan tindakan yang layak dilakukan dalam berhubungan antara satu sama lain, dengan klien dan pemberi kerja, dan dengan masyarakat umum.

Bertens (1993) menuliskan bahwa seperti halnya dengan banyak istilah yang menyangkut konteks ilmiah, istilah ”etika” pun berasal dari bahasa Yunani kuno. Kata Yunani “ethos” dalam bentuk tunggal mempunyai banyak arti, yaitu tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, akhlak, watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Dalam bentuk jamak “ta-etha” artinya adalah adat kebiasaan. Lebih lanjut kemudian Bertens merumuskan etika sebagai nilai dan norma sosial yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Rumusan etika tersebut juga dipandang sebagai sebuah sistem nilai dalam hidup manusia, baik secara individu maupun secara berkelompok. Menurut Bertens, etika dapat dipakai dalam arti kumpulan asas atau nilai moral, yang disebut kode etik, misalnya kode etik advokat, kode etik dokter, dan lain-lain. Bertens juga merumuskan bahwa etika juga dapat dipakai dalam arti ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk, yang disebut dengan filsafat moral.

            Sebagai suatu ilmu, objek dari etika dalah tingkah laku manusia. Akan tetapi, berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang juga meneliti tingkah laku manusia, etika memiliki sudut pandang normatif, yaitu melihat perbuatan manusia dari sudut baik dan buruk. Etika seseorang dapat berpengaruh terhadap persepsi yang dimiliki setiap individu. Individu yang memiliki etika yang tinggi dianggap memiliki persepsi etis yang tinggi, sehingga tidak akan melakukan kecurangan dalam menjalankan tugas profesinya.

Permasalahan dengan etika engineering, sebagaimana juga di dalam profesi-profesi lainnya, berakar pada kenyataan bahwa seorang profesional memiliki pengetahuan yang istimewa yang lebih tinggi dari yang dimiliki oleh klien, pemberi kerja, maupun masyarakat umum. Dengan pengetahuan yang demikian, seorang engineer yang jujur dan bertanggungjawab dapat menjadi anggota masyarakat yang bermanfaat. Seorang engineer yang korup dan tidak bertanggungjawab dapat melemahkan kepercayaan publik terhadap profesi engineering dan bahkan menjadi anggota  masyarakat yang berbahaya.

            Ironisnya, sebagai suatu bidang atau disiplin ilmu yang tajam dipertanyakan, etika engineering ternyata masih muda, jauh lebih muda, misalnya daripada etika medis atau etika legal. Engineering merupakan profesi terdidik yang paling besar, dan memiliki dampak terhadap kita semua di dalam kebanyakan aspek kehidupan. Hasil karya engineering dapat kita temui hampir setiap kali kita menolehkan kepala dan melakukan sesuatu. Keputusan-keputusan yang diambil oleh satu dokter atau pengacara biasanya memiliki dampak terhadap satu orang pada suatu waktu tertentu, tapi pertimbangan yang dilakukan oleh seorang engineer dalam bidang desain dapat memberikan dampak terhadap ratusan jiwa pada suatu waktu.

            Shuriye (2011) menjelaskan bahwa etika engineering berfungsi untuk mencapai tujuan pada penciptaan produk dan layanan teknologi yang berguna dan aman bagi masyarakat luas. Etika engineering mencakup prinsip-prinsip moral dan hubungannya dengan profesionalisme seorang engineer. Etika engineering adalah tentang hak moral seorang engineer. Hak moral yang merujuk pada apa yang secara moral dan etis bagi seorang engineer. Hal ini juga mencerminkan kemampuan engineer untuk mengklaim apa yang secara moral adalah miliknya, apa yang berada dibawah kendalinya, dan tindakan apa yang secara moral dapat diterima.

Lebih lanjut Shuriye (2011) menjelaskan bahwa etika engineering mengatur bagaimana seorang engineer berprilaku dan apa jenis standar moral yang harus mereka ikuti, dan mencakup berbagai macam masalah yang berhubungan dengan pekerjaan engineering dan profesinya, yaitu prinsip kerahasiaan, korupsi, konflik kepentingan, dan whistleblowing. Dalam engineering, prinsip kerahasiaan adalah proses untuk memastikan bahwa informasi hanya dapat diakses oleh mereka yang memiliki wewenang untuk itu. Prinsip kerahasiaan memiliki skema bahwa tidak ada fakta, data, atau informasi apapun yang bisa diakses tanpa persetujuan klien. Korupsi adalah apapun yang diperoleh oleh pribadi atau organisasi secara tidak sah/ilegal. Suap adalah hadiah yang ditawarkan kepada seorang engineer  untuk melakukan tindakan tidak jujur dan melawan etika profesinya. Tindakan korupsi merupakan tindakan yang memiliki makna lebih luas dari praktek suap karena memungkinkan untuk mencakup tindakan penipuan dan penyalahgunaan kekuasaan. Konflik kepentingan mengacu pada serangkaian kondisi dimana penilaian profesional terlalu dipengaruhi oleh kepentingan pribadi. Potensi konflik kepentingan dapat terjadi pada situasi dimana seorang engineer menjalin hubungan pertemanan/persahabatan dengan supplier, klien, atau  provider.

Whistleblowing merupakan tindakan seorang engineer untuk mengungkapkan perilaku tidak etis atau ilegal yang dilakukan oleh atasan atau organisasi kepada pihak manajemen yang lebih tinggi atau ke ranah publik. Seorang engineer memiliki kewajiban untuk melakukan whistleblowing pada tindakan atau proyek yang melanggar nilai-nilai etika, agama, atau nilai moral pada umumnya yang dianut oleh masyarakat luas.

Perencanaan Produksi (skripsi dan tesis)

Pada dasarnya perencanaan produksi merupakan suatu proses penetapan kapasitas produksi secara keseluruhan guna memenuhi tingkat permintaan yang diperoleh dari peramalan dan pesanan dengan tujuan meminimalkan total biaya produksi.Perencanaan produksi merupakan masalah apa dan berapa yang harus diproduksi serta bagaimana dan kapan produksi harus dilaksanakan. Perusahaan umumnya sudah menentukan mengenai apa yang diproduksi oleh alat produksi yang dimiliki, sehingga barang yang diproduksi itu tidaklah mudah untuk diubah-ubah selama jangka waktu tertentu.  Namun begitu ada beberapa perusahaan lain, apa yang harus diproduksi harus ditentukan lebih dahulu (Ahyari, 2003 ).

Volume produksi adalah suatu ukuran akan berapa banyak barang-barang yang diproduksi oleh suatu perusahaan. Banyaknya barang-barang yang akan diproduksi tidak hanya terhadap satu jenis barang saja, tetapi meliputi banyaknya jenis barang yang dihasilkan. Jadi pengertian volume produksi merupakan ukuran terhadap apa dan berapa banyak barang-barang yang harus diproduksi oleh suatu perusahaan. Semakin banyak barang yang diproduksi, baik jumlah maupun jenisnya, semakin besar volume produksinya (Hantoro, 1999).

         Suatu perusahan yang telah menentukan apa yang akan diproduksi, maka perusahaan dapat menentukan mesin-mesin dan peralatan yang akan digunakan untuk proses produksi, dengan adanya berbagai macam mesin dan peralatan yang digunakan maka dapat digunakan untuk memproduksi berbagai macam produk. Perusahaan yang memproduksi barang atau produk lebih dari satu jenis dengan menggunakan mesin, tenaga kerja dan bahan baku yang sama, maka akan timbul masalah kombinasi produksi. Menentukan kombinasi produk adalah menentukan jumlah dan jenis produk yang dihasilkan oleh perusahaan, menghadapi masalah ini seharusnya pihak manajemen harus dapat menentukan jumlah masing-     masing produk sehingga dapat mempergunakan input yang ada dengan sebaik-baiknya serta memperoleh hasil yang optimal (Ahyari, 2003).

Dasar-dasar Perencanaan Perumahan Permukiman. (skripsi dan tesis)

Menurut Direktorat Jenderal Cipta Karya, lokasi kawasan perumahan yang layak adalah :

  1. Tidak terganggu oleh polusi (air, udara, suara)
  2. Tersedia air bersih
  3. Memiliki kemungkinan untuk perkembangan pembangunannya
  4. Mempunyai aksesibilitas yang baik
  5. Mudah dan aman mencapai tempat kerja
  6. Tidak berada dibawah permukaan air setempat
  7. Mempunyai kemiringan rata-rata

Adapun dasar-dasar perencanaan perumahan harus memperhatikan standar prasarana lingkungan perumahan. Seperti yang terdapat dalam buku Pelatihan Substantif Perencanaan Spasial tentang Dasar-dasar Perencanaan Perumahan oleh Pusbindiklatren Bappenas (Tahun 2003: 2-4), Standar prasarana lingkungan permukiman adalah:

  1. Jenis Prasarana Lingkungan

Secara umum prasarana lingkungan dikenal sebagai utilities dan amenities atau disebut juga wisma, marga, suka dan penyempurna. Lebih spesifik lagi, jenisjenis tersebut adalah fasilitas, sistim jaringan sirkulasi, drainasi dan kesehatan lingkungan. Rumah harus memenuhi persyaratan rumah sehat. Dalam UU Nomor 23 Tahun 1992 tentang “Kesehatan” ditegaskan, bahwa kesehatan lingkungan untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal, dilakukan antara lain melalui peningkatan sanitasi lingkungan pada tempat tinggal maupun terhadap bentuk atau wujud substantifnya berupa fisik, kimia atau biologis termasuk perubahan perilaku yang diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, yaitu keadaan lingkungan yang bebas dari risiko yang membahayakan kesehatan dan keselamatan hidup manusia.

  1. b. Ketentuan Besaran

Ketentuan besaran fasilitas secara umum diturunkan dari kebutuhan penduduk atasa fasilitas tersebut. Secara normatif standart kebutuhan diukur per satuan jumlah penduduk tertentu sesuai dengan kebutuhannya.

– 1 TK untuk tiap 200 KK

– 1 SD untuk tiap 400 KK

– 1 Puskesmas Pembantu untuk tiap 3000 KK

– 1 Puskesmas untuk tiap 6000 KK.

Disamping besaran jumlah penduduk, dapat pula diturunkan dari jumlah unit rumah yang dilayani, satu satuan luas atau satuan wilayah administrasi yang dilayani. Misalnya 1 puskesmas per Kecamatan. Persyaratan lain dapat dilihat pada tabel II.1

Tabel II.1.Standar Minimal Komponen Fisik Prasarana Lingkungan Permukiman

No Komponen Kriteria Teknis Keterangan
1 Jaringan Jalan ·     Jarak minimum setiap rumah 100 m  dari jalan  kendaraan satu  arah dan 300 m dari jalan 2 arah. Pada prinsipnya, jaringan jalan harus mampu melayani kepentingan mobil kebakaran.
·     Lebar perkerasan minimum  untuk jalan 2 arah 4 m.
·     Kepadatan  jalan  minimal  50-100 m/ha untuk jalan 2 arah. Disamping itu, maksimal   15   menit jalan kaki harus terlayani oleh angkutan umum. Dimensi minimal pejalan  kaki sebanding        dengan lebar gerobag dorong/becak
·     Pedestrian yang diperkeras minimal berjarak 20 m,dengan perkerasan 1-3 m  
2 Air bersih (kran ·     Kapasitas  layanan minimum 201/org/hari Perehitungan kebutuhan  lebih  rinci mengenai kran umum didasarkantas jumlah pelanggan  PAM  dan kualitas air setempat.
umum) ·     Kapasitas  jaringan jaringan minimum 60 lt/org/hr
  ·     Cakupan layanan 20-50 kk/unit
  ·     Fire Hidrant dalam radius 60 m- 120 m
3 Sanitasi ·     Tangki septict individu, resapan individu Pada  prinsipnya, lingkungan harus bersih dari pencemaran limbah rumah tangga limbah rumah tangga
·     Tangki septict bersama, resapan bersama Mini IPAL
4 Persampahan §     Minimal jarak TPS/Transfer Pelayanan sampah sangat tergantung pada sistim penanganan lingkungan/sektor kota. Pada prinsipnya pelayanan  sampah yang dikelola lingkungan mampu  dikelola  oleh lingkungan yang yang
bersangkutan
·     Depo 15 menit perjalanan gerobag sampah
·     Setiap gerobag melayani 30 sampai 50 unit rumah
·     Pengelolaan sampah lingkungan ditangani masyarakat setempat.
5 Drainase ·     Jaringan drainasi  dibangun memanfaatkan  jaringan  jalan  dan badan air yang ada. Bentuk penangananya dapat merupakan bagian  dari  sistim jaringan  kota  atau sistim setempat
·     Dimensi    saluran    diperhitungkan atas dasar layanan (coverage area) blok/lingkungan bersangkutan.
·     Penempatan                          saluran memperhitungkan        ketersediaan lahan     (dapat     disamping     atau dibawah jalan).
·     Jika    tidak    tersambung    dengan sistim kota,harus disiapkan resapan setempat atau kolam retensi.

Sumber : Dasar-dasar Perencanaan Perumahan oleh Dipusbindiklatren Bappenas (2003: 2-4)

Klasifikasi Permukiman (skripsi dan tesis)

  1. Permukiman Darurat

Jenis perkampungan ini biasanya bersifat sementara (darurat) dan timbulnya perkampungan ini karena adanya bencana alam. Untuk menyelamatkan penduduk dari bahaya banjir maka dibuatkan perkampungan darurat pada daerah/lokasi yang bebas dari banjir. Mereka yang rumahnya terkena banjir untuk sementara ditempatkan diperkampungan ini untuk mendapatkan pertolongan bantuan berupa makanan, pakaian dan obat obatan. Begitu pula ada bencana lainnya seperti adanya gunung berapiyang meletus dan lain lain.Daerah permukiman ini bersifat darurat tidak terencana dan biasanya kurang fasilitas sanitasi lingkungan sehingga kemungkinan penjalaran penyakit akan mudah terjadi.

  1. Permukiman tradisional

Perkampungan seperti ini biasanya penduduk atau masyarakatnya masih memegang teguh tradisi lama. Kepercayaan, kabudayaan dan kebiasaan nenek moyangnya secara turun temurun dianutnya secara kuat. Tidak mau menerima perubahan perubahan dari luar walaupun dalam keadaan zaman telah berkembang dengan pesat. Kebiasaan-kebiasaan hidup secara tradisional yang sulit untuk diubah inilah yang akan membawa dampak terhadap pengembangan dan pola penataan permukiman, kesehatan serta masalah sosial dan budaya lainnya.

  1. Permukiman kumuh (slum area)

Jenis permukiman ini biasanya timbul akibat adanya urbanisasi yaitu perpindahan penduduk dari kampung (pedesaan) ke kota. Umumnya ingin mencari kehidupan yang lebih baik. sulitnya mencari kerja di kota akibat sangat banyak pencari kerja, sedang tempat bekerja terbatas, maka banyak diantara mereka manjadi orang gelandangan. Di kota umumnya sulit mendapatkan tempat tinggal yang layak hal ini karena tidak terjangkau oleh penghasilan (upah kerja) yang mereka dapatkan setiap hari, akhirnya mereka membuat gubuk-gubuk sementara (gubuk liar)

  1. Permukiman untuk kelompok-kelompok khusus

Perkampungan seperti ini biasanya dibangun oleh pemerintah dan diperuntukkan bagi orang -orang atau kelompok-kelompok orang yang sedang menjalankan tugas tertentu yang telah dirancanakan . Penghuninya atau orang orang yang menempatinya biasanya bertempat tinggal untuk sementara, selama yang bersangkutan masih bisa menjalankan tugas. setelah cukup selesai maka mereka akan kembali ke tempat/daerah asal masing masing. contohnya adalah perkampungan atlit (peserta olah raga pekan olahraga nasional ) perkampungan orang -orang yang naik haji, perkampungan pekerja (pekerja proyek besar, proyek pembangunan bendungan, perkampungan perkemahan pramuka dan lain lain

  1. Permukiman baru.

Permukiman semacam ini direncanakan pemerintah dan bekerja sama dengan pihak swasta. Pembangunan tempat permukiman ini biasanya dilokasi yang sesuai untuk suatu pemukiman (kawasan permukiman). Dipermukiman seperti ini biasanya memiliki fasilias sarana dan prasarana yang memadai.

  1. Permukiman Transmigrasi

Jenis permukiman semacam ini di rencanakan oleh pemerintah yaitu suatu daerah permukiman yang digunakan untuk tempat penampungan penduduk yang dipindahkan (ditransmigrasikan) dari suatu daerah yang padat penduduknya ke daerah yang jarang/kurang penduduknya. Ditempat ini mereka telah disediakan rumah, dan tanah garapan untuk bertani, bercocok tanam oleh pemerintah.

Hubungan Selang Waktu Perawatan dan Ongkos Total Perawatan (skripsi dan tesis)

Dalam menentukan bentuk aktivitas perawatan yang akan dilakukan pada suatu peralatan, perlu dipahami terlebih dahulu masalah perawatan produksi tersebut sehingga tujuan aktivitas perawatan yang dilakukan dapat terwujud. Pemilihan akan hal tersebut didasarklan kepada manfaat bagi perusahaan untuk mendapatkan informasi dari kondisi peralatan produksi, juga berperan dalam menjaga kualitas produksi yang dihasilkan. Keadaan ini bisa terjadi karena salah satu kegiatan pemeriksaan dilakukan dengan memeriksa dari komponen mesin produksi dan dilanjutkan dengan perbaikan atau pergantian apabila pada waktu terjadi pemeriksaan ditemukan adanya penyimpangan dari kondisi yang ditentukan. Tujuan dari kegiatan pemeriksaan ini diantaranya adalah (Lerch Ernst, 1987) :

  1.  Mengetahui keadaan mesin apakah masih berada dalam kondisi yang   sudah ditentukan.
  2.  Meningkatkan kesiapan peralatan untuk selanjutnya akan meningkatkan kelancaran proses produksi serta menjamin kualitas produksi yamg dihasilkan.
  3. Mendeteksi dan memperbaiki kerusakan kecil sebelum terjadinya kerusakan yang lebih besar.

Dalam menentukan selang waktu pemeriksaan mesin, ada dua aspek  yang perlu diperhatikan, yaitu ongkos perawatan preventif dalam interval waktu pendek yang dapat meningkatkan biaya perawatan dan sebaliknya ongkos akibat kerusakan yang dilakukan dalam interval waktu yang panjang, disatu pihak juga akan meningkatkan ongkos pemeliharaan akibat kerusakan.

Berdasarkan hubungan kedua aspek selang waktu perawatan  maka dalam melakukan kegiatan pemeriksaan perlu diperhatikan hubungan angka tingkat availibilitas yang diinginkan dengan ongkos total perawatan yang dikeluarkan. Oleh karena itu dalam menyelesaikan pemeriksaan, dipilih model perawatan pemeriksaan yang memaksimumkan tingkat availibilitas. Dari kedua total tersebut dapat dicari selang waktu perawatan pemeriksaan yang menghasilkan kondisi yang optimalkan dari segi ongkos total perawatan persatuan waktu dan tingkat availibilitas.

Seandainya dalam perawatan pencegahan diperoleh ongkos total yang paling minimum sedangkan availibilitas kecil, maka hal tersebut cocok untuk diambil sebagai selang waktu perawatan yang optimal. Oleh karena itu dalam penentuan selang waktu perawatan yang optimal dilihat dari segi ongkos total perawatan yang dibutuhkan untuk tingkat availibilitas yang tinggi.

Menghitung Parameter Distribusi dan Fungsi Kegagalan Distribusi Weibull. (skripsi dan tesis)

Dalam distribusi Weibull dua parameter terdapat parameter skala (α) dan parameter bentuk ( ). Dalam nilai parameter ini ditentukan dengan melinierkan fungsi distribusi kumulatif dari distribusi Weibull dua parameter (ti).

F(t) = 1-e

e = (1-F(t))

ln(e ) = ln (1-F(t))

(t/α)  = ln (I-F(t))

ln = ln

β ln = ln

β (ln t-ln α) = ln

ln t- ln α = 1/β ln   …………………………………………………………… (2.7)

Persamaan di atas dapat dinyatakan dalam bentuk :

ln (t) = in(α)+(1/β) ln

Y = a + b X

Dimana :   …………………………………………………………………………………………… (2.8)

   Y  : ln(t)

      a    : ln(α)

      b   : 1/β

  X  : ln

Harga variabel terlihat Y sama dengan logaritma natural dari waktu antar kerusakan yang telah diturunkan, sedangkan variabel bebas X didapat dengan menaksirkan fungsi distribusi kumulatif dari persamaan :

F(t) =     dimana i = 1,2,3,4,………..n dan n = jumlah data ………………. (2.9)

Nilai konstan (a) dan (b) dapat diperoleh sebagai berikut :

b =   ………………………………………………………………………… (2.10)

 α = – b   ………………………………………………………………………………. (2.11)

Setelah nilai konstan (a) dan (b) didapat, maka nilai parameter distribusi weibull diperoleh dari :

 β = 1/b  …………………………………………………………………………………………….. (2.12)

 α = e  …………………………………………………………………………………………….. (2.13)

  e : eksponensial

  n : jumlah data

  t  : selang waktu perawatan

  β : parameter bentuk

  α : parameter skala

  b : konstanta

 a  : konstanta

Pendekatan Distribusi Weibull (skripsi dan tesis)

Di dalam membahas masalah perawatan, maka bentuk distribusi waktu kerusakan biasanya mengikuti suatu pola tertentu, dimana distribusi tersebut dapat memperlihatkan frekuensi kemampuan (performansi) mesin terhadap waktu operasinya. Distribusi waktu kerusakan dikembangkan dari suatu distribusi waktu berjalan (running time) sebelum mengalami kerusakan (break down) dan ini tergantung dari keadaan peralatan tersebut.

Distribusi weibull digunakan untuk menggambarkan kelelahan dari peralatan (mesin) dalam suatu lingkungan operasi yang sama dari mesin, distribusi Weibull merupakan distribusi yang paling umum karena mempunyai beberapa kelebihan diantaranya, distribusi ekuivalen dengan bentuk distribusi lainnya dimana harga parameter bentuk sesuai bila (Walpole dan Myers, 2011):

 < 1 Distribusi Weibull menyerupai distribusi hiper ekponensial

   > 1 Di dapat fungsi kehandalan dengan laju kerusakan yang meningkat

=  1 Distribusi Weibull menyerupai distribusi raylight

= 2 Distribusi Weibull menyerupai distribusi log-normal dengan fase operasi

 = 3 Distribusi Weibull menyerupai distribusi normal

Fungsi-fungsi kegagalan (kelelahan) dari distribusi Weibull meliputi:

  1. Fungsi Kepadatan Kemungkinan Kerusakan f(t)

Probabilitas besarnya terjadinya kerusakan waktu t, sehingga fungsi kemungkinan kerusakan :

F (t) =   e …………………………………………………………….. (2.3)

  1. Fungsi Distribusi Kumulatif  F(t)

Distribusi kumulatif merupakan fungsi kemungkinan terjadinya sebelum waktu t tertentu yang telah ditetapkan.

Fungsi distribusi kumulatif dinyatakan sebagai F(t) dengan :

F(t) = 1-e                                                                                   F (t) =   I- e  …………………………………………………………………………. (2.4)

  1. Fungsi Kehandalan R(t)

Fungsi kehandalan menyatakan hubungan kehandalan dengan waktu t yaitu lamanya komponen melaksanakan fungsinya. Fungsi kehandalan adalah suatu komponen melaksanakan fungsinya. Fungsi kehandalan suatu komponen dinotasikan dengan R(t), dengan :

R(t) =  …………………………………………………………………………….. (2.5)

  1. Fungsi Laju Kegagalan r(t)

Fungsi laju kegagalan dinotasikan dengan r(t) yang merupakan probabilitas gagal pada interval (t,t+h). Fungsi ini sebenarnya merupakan probabilitas terjadinya kerusakan sesaat setelah melampaui waktu dan kondisi tertentu, Maka persamaannya yaitu :

r(t) = e  ………………………………………………………………………………. (2.6)

Tingkat Kehandalan (Reliability) (skripsi dan tesis)

Availibilitas adalah probabilitas suatu peralatan dapat melakukan operasi secara memuaskan pada kondisi tertentu untuk suatu periode waktu (Basya dan Samadhi, 1993). Dari definisi ini dapat diketahui bahwa availibilitas selalu dikaitkan dengan selang waktu pada suatu mesin, tanpa mengalami kerusakan dalam kondisi lingkungan tertentu.

Oleh karena itu variabel yang penting yang berkaitan dengan availibilitas adalah waktu. Secara matematis pengertian availibilitas dinyatakan sebagai perbandingan antara selang waktu efektif berfungsinya mesin peralatan terhadap selang waktu total pemakaian alat. Untuk memperoleh availibilitas mesin  diesel yang maksimal, maka perlu dilakukan inspeksi yang bertujuan untuk mendeteksi terlebih dahulu keadaan alat atau mesin sebelum alat mengalami kegagalan atau kerusakan. Secara spesifikasi asumsi-asumsi yang digunakan (Lerch, 1987) :

  1. Sistem kerusakan mesin diketahui terlebih dahulu.
  2. Inspeksi dapat menghindarkan, menurunkan waktu lamanya perbaikan jika terjadi kerusakan.
  3. Sistem mesin pada saat inspeksi tidak sedang mengalami kerusakan.
  4. Waktu antar kerusakan dengan waktu inspeksi, membutuhkan ongkos tersendiri untuk tiap satuan unit waktu.

Fungsi Pemeriksaan dan Perawatan(skripsi dan tesis)

Menurut pendapat Agus Ahyari, (2002) fungsi pemeliharaan adalah agar dapat memperpanjang umur ekonomis dari mesin dan peralatan produksi yang ada serta mengusahakan agar mesin dan peralatan produksi tersebut selalu dalam keadaan optimal dan siap pakai untuk pelaksanaan proses produksi. Keuntungan-keuntungan yang akan diperoleh dengan adanya pemeliharaan yang baik terhadap mesin, adalah sebagai berikut :

  1. Mesin dan peralatan produksi yang ada dalam perusahaan yang bersangkutan akan dapat dipergunakan dalam jangka waktu panjang,
  2. Pelaksanaan proses produksi dalam perusahaan yang bersangkutan berjalan dengan lancar,
  3. Dapat menghindarkan diri atau dapat menekan sekecil mungkin terdapatnya kemungkinan kerusakan-kerusakan berat dari mesin dan peralatan produksi selama proses produksi berjalan,
  4. Peralatan produksi yang digunakan dapat berjalan stabil dan baik, maka proses dan pengendalian kualitas proses harus dilaksanakan dengan baik pula,
  5. Dapat dihindarkannya kerusakan-kerusakan total dari mesin dan peralatan produksi yang digunakan,
  6. Apabila mesin dan peralatan produksi berjalan dengan baik, maka penyerapan bahan baku dapat berjalan normal,
  7. Dengan adanya kelancaran penggunaan mesin dan peralatan produksi dalam perusahaan, maka pembebanan mesin dan peralatan produksi yang ada semakin baik.

Faktor  yang diperlukan untuk melakukan analisis suatu mesin adalah laju kerusakan atau kegagalan (failure rate) alat pada setiap saat selama masa operasinya. Analisa kerusakan mesin dapat dibagi dalam dua cara, yaitu :

  1. Cara Teknikal

Analisis kerusakan dengan teknikal adalah dengan menentukan sebab-sebab     kerusakan berdasarkan aspek-aspek teknik dari peralatan.

  1. Cara Statistikal

Analisis kerusakan dengan cara statistikal adalah menekankan pada ketergantungan mekanisme kerusakan terhadap waktu tanpa memperhatikan sebab-sebab kerusakan peralatan.

Dari pengalaman maupun percobaan diketahui analisis laju kerusakan suatu produk mengikuti suatu pola dasar atau Bath Up Curve, yaitu kurva yang membagi masa pakai suatu produk menjadi tiga periode waktu atau fase.

 Dalam bukunya Mulyadi (2002) disebutkan bahwa masa pemakaian produk dapat dibagi dalam tiga bagian (daerah) yaitu:

  1. Daerah A : Periode kegagalan awal (Early Failures)

Periode  awal (Burn-in) ini ditandai dengan fungsi kegagalan yang tinggi, yang mempunyai arti bahwa laju kerusakan tersebut menurun sejalan dengan bertambahnya waktu operasi. Hal tersebut disebabkan antara lain karena :

1)        Teknik pengendalian kualitas yang tidak baik

2)        Beragamnya produk

3)        Pemasangan komponen yang tidak baik atau tepat

4)        Kesalahan set-up

5)        Performansi kerja yang kurang cermat

6)        Metode inspeksi yang kurang baik

Kegagalan awal dapat dihitung dengan melakukan pengujian meliputi pengawasan terhadap karakteristik dari suatu sistem selama beberapa waktu dengan mensimulasi kondisi dari penggunaan yang sebenarnya.

  1. Daerah B : Periode kegagalan acak atau umur pakai yang berguna

Periode ini menunjukkan dengan fungsi kegagalan yang rendah, ini    suatu pertanda bahwa laju kerusakan relatif konstan (antara T B & T w) walaupun umur pakai peralatan bertambah dan mungkin kerusakan peralatan pada setiap saat adalah sama. Kerusakan pada fase ini dikenal dengan kerusakan acak yang dikarenakan oleh:

1)        Kesalahan pemakaian, diantaranya pembebanan di luar  kemampuannya.

2)        Kerusakan yang tidak dapat terdeteksi oleh teknik pemeriksaan yang ada dari penyebab-penyebab yang tidak dapat dicari alasannya.

  1. Daerah C : Fase pengoprasian alat melebihi umur pakai (wear out)

Fase ini ditandai dengan meningkatkan fungsi kegagalan yang berarti bahwa laju kerusakan bertambah sesuai dengan pertambahan umur pemakaian peralatan. Kegagalan terjadi apabila sistem tidak dipelihara dengan baik dan frekuensi kegagalan menjadi meningkat dengan pesat.

Secara umum kegagalan ini tidak  dapat dihilangkan secara keseluruhan tetapi dapat ditunda selama beberapa waktu dengan melaksanakan kegiatan preventif pada jangka waktu tertentu. Apabila suatu alat telah memasuki fase ini, maka harus dilakukan perawatan pencegahan untuk mengurangi kemungkinan kerusakan yang lebih fatal di masa yang akan datang.

Beberapa penyebab kerusakan selama fase ini diantaranya :

1)        Perawatan yang tidak memadai

2)        Kelelahan akibat gesekan sehingga menimbulkan aus

3)        Umur pakai sudah lama

4)        Korosi

Faktor-faktor yang mempengaruhi peramalan produksi (skripsi dan tesis)

Suatu perusahaan memerlukan sumber daya yang akan digunakan untuk memproduksi barang. Sumber daya tersebut berupa bahan mentah, bahan pendukung, mesin-mesin, tenaga kerja, peralatan pendukung dan lain-lain. Tiap-tiap perusahaan tentu saja akan mempunyai jumlah dan jenis sumber-sumber produksi yang berbeda satu sama lain.

Faktor yang menjadi kendala dalam proses produksi yang mempengaruhi penentuan volume produksi dan tingkat kombinasi produksi optimal antara lain (Reksohadiprodjo dan Gitosudarmo, 2008):

  1. Kapasitas bahan baku

Dengan tersedianya bahan baku dalam perusahaan, maka perusahaan dapat melakukan produksi dan besarnya jumlah kapasitas bahan baku dapat mempengaruhi tingkat produksi yang optimal. Apabila kapasitas bahan baku yang tersedia cukup besar, maka perusahaan dapat memperoleh luas produksi yang lebih besar pula. Sebaliknya apabila jumlah kapasitas bahan baku yang tersedia relatif kecil maka perusahaan akan memperoleh luas produksi yang lebih kecil pula.

  1. Kapasitas mesin

Kapasitas mesin yang dimiliki oleh perusahaan dapat mempengaruhi jumlah output yang dihasilkan selama produksi. Meskipun bahan baku yang tersedia cukup besar jumlahnya, namun apabila kapasitas mesin yang tersedia kurang mencukupi untuk memproses bahan baku tersebut, maka tingkat output yang dihasilkannya pun relatif kecil.

  1. Jumlah tenaga kerja

Tersedianya tenaga kerja dalam perusahaan sangat diperlukan guna pelaksanaan produksi, karena tenaga kerja yang tersedia baik jumlah maupun mutunya sangat menentukan luas perusahaan dalam suatu perusahaan. Perusahaan tidak mungkin melakukan proses produksi melebihi dari kemampuan jumlah tenaga kerja yang dimilikinya.

  1. Batasan permintaan

Batasan permintaan merupakan dasar pedoman bagi  perusahaan untuk menentukan luas produksi. Dalam hal ini, batasan permintaan ditentukan melalui peramalan dengan menggunakan data produksi sebelumnya yang diolah dengan bantuan program. Dalam melakukan perhitungan peramalan tersebut , terdapat sepuluh metode yang dapat digunakan kemudian akan dicari MAD terkecil. Peramalan adalah suatu perkiraan atau dugaan suatu peristiwa/kejadian pada masa yang akan datang sebagai bagian dari integral aktivitas pengambilan keputusan. Dalam melakukan peramalan dapat dilakukan dengan dua teknik, yaitu metode kuantitatif dan metode kualitatif.

Metode kuantitatif meliputi metode deret berkala ( time series ) dan metode kausal. Yang mana metode time series memprediksi masa yang akan datang berdasarkan data masa lalu untuk menentukan pola masa lalu dan mengekstrapolasi pola tersebut untuk masa yang akan datang. Sedangkan metode kausal mengasumsikan faktor yang diramal memiliki hubungan sebab akibat terhadap beberapa variable independent, sehingga pada akhirnya dapat menentukan hubungan antar faktor dan menggunakan hubungan tersebut untuk meramal nilai-nilai variable independent.

Metode time series menggambarkan berbagai gerakan yang terjadi pada sederetan data pada waktu tertentu. Langkah penting dalam memilih metode time series adalah dengan mempertimbangkan jenis pola data. Pola data dapat dibedakan menjadi empat jenis siklus dan trend (Makridarkis dan Wheelwrightd dalam Yamit, 2007), yaitu :

  1. Pola horizontal, terjadi bilamana nilai data berfluktuasi disekitar nilai rata-rata konstan. Contoh, suatu produk yang permintaannya tidak meningkat atau menurun selama waktu tertentu.
  2. Pola musiman, terjadi bilamana suatu deret dipengaruhi oleh faktor musiman. Contoh permintaan es krim, jas hujan, dan lain sebagainya.
  3. Pola silkus, terjadi bilamana datanya dipengaruhi oleh fluktuasi ekonomi jangka panjang seperti siklus bisnis.
  4. Pola trend, terjadi bilaman terdapat kenaikan atau penurunan sekuler jangka panjang dalam data.

Definisi Peramalan Produksi (skripsi dan tesis)

 

Peramalan adalah seni dan ilmu untuk memperkirakan kejadian di masa depan (Heizer dan Render, 2004). Menurut Kusuma (1999), peramalan adalah tingkat permintaan satu atau lebih produk selama beberapa periode mendatang. Peramalan produksi penting dan perlu karena beberapa hal, sebagai berikut :

  1. Ada ketidakpastian aktivitas produksi di masa yang akan datang
  2. Kemampuan & sumber daya perusahaan yang terbatas
  3. Untuk dapat melayani konsumen lebih baik, melalui tersedianya hasil produksi yang baik.

Tujuan peramalan dalam manajemen operasional adalah untuk mengurangi ketidakpastian produksi, agar langkah proaktif/antisipatif dapat dilakukan, dan untuk keperluan penjadwalan produksi. Peramalan dapat dipengaruhi oleh lingkungan eksternal dan lingkungan internal perusahaan. Lingkungan eksternal dapat berupa pendapatan konsumen, promosi pesaing,  harga pesaing, ketersedian produk, efektifitas kompetitif, efesiensi saluran yang digunakan, karakteristik pelanggan, dan lain sebagainya. Sedangkan lingkungan internal adalah kebijakan-kebijakan yang dilakukan dalam perusahaan, berupa kebijakan promosi, biaya dan saluran perusahaan (Makridakis et al., 1995).

Beberapa langkah yang perlu diperhatikan untuk memastikan bahwa peramalan permintaan yang dilakukan dapat mencapai taraf ketepatan yang optimal (Baroto, 2002) adalah sebagai berikut :

  1. Penentuan tujuan. Tujuan peramalan tergantung pada kebutuhan informasi para manajer. Analisis peramalan membicarakan dengan cara „decision maker‟ untuk mengetahui apa kebutuhan mereka dan selanjutnya menentukan:
  2. Variabel apa yang diramalkan,
  3. Siapa yang menggunakan hasil peramalan,
  4. Untuk tujuan apa hasil peramalan digunakan,
  5. Peramalan jangka panjang atau jangka pendek yang diperlukan,
  6. Derajat ketepatan peramalan yang diinginkan,
  7. Kapan peramalan diperlukan,
  8. Bagian-bagian peramalan yang diinginkan, seperti peramalan untuk kelompok pembeli, kelompok produk, atau daerah geografis.
  9. Pengembangan model. Model mempermudah pengolahan dan penyajian data untuk dianalisis, bila dimasukkan data input akan menghasilkan output berupa ramalan di masa yang akan datang. Validitas dan reliabilitas ramalan sangat ditentukan oleh model yang digunakan.
  10. Pengujian Model. Pengujian model bertujuan untuk melihat tingkat akurasi, validitasi, dan reliabiltas yang diharapkan. Bila model telah memenuhi tingkat akurasi, validitas, dan reliabilitas yang telah ditetapkan (langkah 1), maka model ini dapat diterima. Perlu dipahami model yang dipilih belum tentu merupakan model yang terbaik.
  11. Penerapan model. Penerapan model dengan cara memasukkan data historis (data masa lalu) untuk menghasikan suatu ramalan.
  12. Revisi dan evaluasi. Hasil ramalan yang telah dibuat harus senantiasa ditinjau ulang untuk diperbaiki. Perbaikan perlu bila terdapat perubahan berarti pada variabel input-an. Hasil peramalan harus dibandingkan dengan kondisi nyata untuk menentukan apakah model peramalan yang digunakan masih memiliki tingkat akurasi yang ditetapkan. Bila tidak, maka model peramalan harus dikembangkan ulang.

Umumnya jumlah yang diproduksi sangat ditentukan oleh besarnya permintaan akan produk. Berdasarkan jumlah permintaan yang diramalkan operasi, maka sub sistem operasi merencanakan dan merancang sistem, dan menjadwalkan sistem serta mengendalikan sistem tersebut. Dalam merencanakan dan merancang sistem tercakup perancangan produk, perancangan proses, investasi dan penggantian peralatan, serta perencanaan kapasitas. Sedangkan dalam penjadwalan sistem tercakup perencanan produksi menyeluruh dan penjadwalan operasi.

Dalam pengendalian sistem (controlling the system) mencakup pengendalian produksi, pengendalian persediaan, pengendalian tenaga kerja dan pengendalian biaya. Ketiga kegiatan tersebut, yaitu perencanaan sistem, penjadwalan sistem, dan pengendalian sistem menentukan hasil keluaran berupa barang atau jasa.

Manajemen SDM (skripsi dan tesis)

Dalam konteks pembangunan nasional, pembangunan manusia yang seutuhnya, kemampuan profesional dan kemampuan kepribadian saling memperkuat satu sama lain. Profesionalisme dapat turut membentuk sikap dan perilaku serta kepribadian yang tangguh merupakan prasyarat dalam membentuk profesionalisme. (Suyatno, 2010: 24-25)

Kebijaksanaan pokok dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia (SDM) adalah sebagai berikut:(Destiltya, 2015: 21-24)

  1. Peningkatan kualitas hidup yang meliputi baik kualitas manusianya seperti jasmani, rohani dan keuangan, maupun kualitas kehidupan seperti perumahan dan pemukiman yang sehat.
  2. Peningkatan kualitas SDM yang produktif dan upaya pemerataan nya.
  3. Peningkatan kualitas SDM yang berkemampuan dalam memanfaatkan, mengembangkan dan menguasai iptek yang berwawasan lingkungan.
  4. Pengembangan pranata yang meliputi kelembagaan dan perangkat hukum yang mendukung upaya peningkatan kualitas SDM.

Manajemen sumber daya manusia (MSDM) merupakan bagian dari manajemen keorganisasian yang memfokuskan diri pada sumber daya manusia. Tugas MSDM adalah untuk mengelola unsur manusia secara baik agar diperoleh tenaga kerja yang puas akan pekerjaannya. (Ditjen Perkeretaapian, 2011: 56-60)

 Dengan demikian kita dapat mengelompokkan tugas MSDM atas tiga fungsi manajerial: perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian; fungsi operasional: pengadaan. kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemutus hubungan kerja;fungsi ketiga adalah kedudukan MSDM dalam pencapaian tujuan organisasi perusahaan secara terpadu. Definisi MSDM menurut Husein Umar adalah sebagai suatu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan atas pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemutus hubungan kerja dengan maksud untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan secara terpadu. (Hadiyanto, 2014: 31-33)

Perencanaan tenaga kerja adalah sebagai suata cara untuk mencoba menetapkan keperluan tenaga kerja untuk suatu periode tertentu baik secara kualitatif maupun kuantitas dengan cara-cara tertentu. Perencanaan ini dimaksudkan agar perusahaan dapat terhindar dari kelangkaan sumber daya manusia saat dibutuhkan maupun kelebihan sumber daya manusia pada saat kurang dibutuhkan. (Hadiyanto, 2014: 12-16)

Cara yang jelas untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja adalah dengan meningkatkan pendayagunaan orang-orang yang sekarang ada. Masalahnya sekarang adalah bahwa persediaan tenaga kerja itu tidak pernah statis, tetap akan dipengaruhi oleh arus masuk (seperti: rekrutmen dan transfer masuk) dan arus keluar (seperti: penyusutan dan arus keluar), serta penumpukan pegawai dengan kualitas kerja yang juga tidak statis. Untuk mengetahui catatan akurat tentang tenaga kerja yang ada maka perlu diketahui satatus pegawai yang akan pensiun atau mengundurkan diri, yang akan dipromosikan, yang akan melahirkan, yang akan cuti panjang dan sebagainya. (Kuswati, 2010: 24-26)

Angkutan Kereta Api (skripsi dan tesis)

Sarana angkutan kereta api merupakan salah satu bentuk jasa angkutan yang mempunyai peranan penting dalam melakukan hubungan antar daerah, mempercepat proses pemindahan manusia maupun barang dalam jumlah besar dari tempat-tempat yang jaraknya relatif berjauhan. (Biro Riset LM-FEUI, 2014: 42-44)

Kereta api sebagai salah satu moda transportasi darat mampu memberikan sumbangan yang besar bagi perkembangan ekonomi dan masyarakat. Kereta apilah yang memulai angkutan barang dalam jumlah yang besar dengan biaya yang rendah sehingga dapat merangsang pertumbuhan industri, pertambangan, perdagangan, dan kegiatan lainnya di masyarakat. Banyak kota-kota tumbuh dan berkembang setelah adanya jaringan kereta api. (Purbasari, 2014: 12)

Beberapa keunggulan-keunggulan angkutan kereta api dibandingkan moda transportasi lainnya adalah sebagai berikut: (Biro Riset LM-FEUI, 2014: 22-23)

  1. Mampu mengangkut muatan dalam jumlah yang besar. Lokomotif sebagai tenaga penggerak mampu menarik serangkaian gerbong, yang setiap gerbongnya berkapasitas 15 ton. Jika dalam satu rangkaian terdapat 30 gerbong, maka volume berat barang yang diangkut mencapai kurang lebih 450 ton atau sama dengan 30 kendaraan truk.
  2. Mampu menempuh jarak yang jauh. Semakin bertambah jauh jarak yang ditempuh kereta api maka semakin efisien dan biayanya semakin rendah.
  3. Jadwal perjalanan dengan frekuensi tinggi dapat dilaksanakan.
  4. Jarang sekali terjadi kongesti karena semua fasilitas dimiliki oleh satu perusahaan dalam hal ini PT. Kereta Api Indonesia (KAI) sehingga penyediaan jasa lebih terjamin kelancarannya.
  5. Dapat memberikan tingkat pelayanan yang lebih baik daripada bus.

Perusahaan angkutan rel umumnya berbentuk monopoli yang dikuasai oleh pemerintah. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. (Prakarsa, 2010: 27-30)

  1. Bersifat public utility, yaitu jasa angkutan ini dibutuhkan oleh masyarakat banyak dan merupakan angkutan massa.
  2. Bersifat strategis karana mengangkut barang-barang kebutuhan pokok masyarakat, seperti beras,pupuk, semen, minyak dan sebagainya.
  3. Membutuhkan modal/investasi yang sangat besar karena seluruh peralatan basis (rel, bantalan, jembatan, sinyal, dan lain-lain) dan seluruh peralatan operasi (lokomotif, gerbong,dan peralatan penunjang) dimiliki, dipelihara, dan dioperasikan sendiri oleh perusahaan .

Semakin meningkatnya pendapatan masyarakat dan tersedianya berbagai jenis moda transportasi, diperlukan peningkatan kualitas pelayanan yang meliputi: keselamatan, keandalan, ketepatan waktu, kemudahan pelayanan, kenyamanan, kecepatan, energi, dan produktivitas. (Santosa, 2010: 1-2)

  1. Keselamatan Perjalanan

Semakin diperkecilnya gangguan bagi penumpang dan barang yang dimulai sejak awal pejalanan sampai dengan tibanya sampai di tempat tujuan. Dalam istilah perkereta apiandisebut PLH (Peristiwa Luar biasa Hebat), yaitu suatu gangguan perjalanan yang mungkin disebabkan oleh anjloknya kereta api(derail ment), kecelakaan pada pintu perlintasan sebidang (antara kereta api dengan kendaraan jalan kereta api), tabrakan antar kereta api, ataupun kecelakaan yang dibebabkan hal-hal lain. (Munawar, 2007: 3-4)

  1. Keandalan ( reliability)

Keandalan banyak didasari atas sistem pemeliharaan dan tingkat teknologi dalam hal ini kemampuan personel kereta api untuk menanganinya. (Kuswati, 2010: 24-27)

  1. Ketepatan Waktu

Persyaratan masyarakat pengguna jasa yang memungkinkan mereka mampu merencanakan kegiatan yang berkaitan dengan kegiatan yang berada pada lokasi tujuan. Pengaturan yang terencana sangat dibutuhkan masyarakat. Hal ini dimulai dengan sadar waktu (time consciousness), sebagai salah satu ciri masyarakat maju. (Kuswati, 2010: 45-48)

  1. Kemudahan Pelayanan

Kemudahan pelayanan adalah sebagai suatu kepastian pelayanan yang memungkinkan untuk dapat dilayani, baik dari penumpang maupun barang. Bagi penumpang, kepastian dalam mendapatkan pelayanan ditingkat manapun yang dipilihnya ataupun dalam memperoleh karcis perjalanan sangat didambakan, juga kemudahan dalam mendapatkan ruang kendaraan angkut untuk mengirimkan suatu barang, sebagai pencerminan memperoleh kemudahan pelayanan. (Budi Utomo dkk, 2015: 2-4)

  1. Kenyamanan

Perubahan tingkat kualitas hidup masyarakat Indonesia, menuntut pula suatu pelayanan yang lebih baik daripada keadaan yang sekarang. Tingkat kebersihan, kebisingan, geronjalan, goyangan (vertikal maupun horizontal), adalah beberapa persyaratan umum yang perlu diperhatikan. Beberapa elemen yang mendukung kenyamanan adalah sebagai berikut: (Kuswati, 2010: 22-23)

1)      kapasitas penumpang kereta api,

2)      akomodasi dan ergonomi tempat duduk,

3)      temperatur dan eliminasi,

4)      kenyamanan perjalanan (riding comfort, train vibration),

5)      penampilan (appearance),dan

6)      kebersihan (terhadap kotoran, debu, sampah, dan sebagainya).

  1. Kecepatan

Seiring dengan perubahan tata nilai dan mobilitas masyarakat, tingkat kecepatan perkeretaapian untuk kurun waktu 15 tahun mendatang harus dapat dicapai 150 km per jam. Hal ini sesuai dengan tingkat pendapatan masyarakat saat itu dan disesuaikan dengan kekuatan ekonominya. Jenis angkutan untukmeningkatkan kecepatan sangat terkait dengan biaya energi, keselamatan perjalanan, biaya perawatan, dan pendapatan masyarakatnya. Perubahan nilai kebutuhan masyarakat tersebut didasari atas prakiraan pertumbuhan ekonomi sosial, yang dalam jangka panjang mampu mengubah struktur ekonomi masyarakat. (Sulistyawati, 2014: 6-8)

  1. Energi

Energi merupakan suatu sarana untuk mengembangkan kesejahteraan dan kemajuan bagi kemanusiaan. Perkembangan teknologi telah membuktikan bahwa tidak ada suatu kemajuan tanpa melibatkan energi sebagai sarana penggeraksetiap aktivitas usaha. Jadi penggunaan energi harus seefisien mungkin. (Destiltya, 2015: 6)

  1. Peningkatan Produktivitas

Peningkatan produktivitas merupakan upaya dalam memperbaiki efisiensi dan efektivitas usaha. Sejalan dengan pencanangan efisiensi maka harus mampu menyumbang pangsa yang dipikulnya. (Budi Utomo dkk, 2015: 12)

Beberapa aspek penting yang dapat mempengaruhi tingkat pelayanan yaitu: (Kuswati, 2010: 17-18)

1)      waktu perjalanan atau kecepatan,

2)      keterandalan (reliability),

3)      kenyamanan (comfort),

4)      keamanan,

5)      biaya.

Dibandingkan dengan angkutan jalan kereta api, keunggulan lain dari angkutan kereta api adalah keteraturan dalam pelayanan operasinya, artinya kereta api dapat menyelenggarakan rencana-rencana perjalanan segera teratur dan dapat diandalkan, mempunyai jalur atau jaringan sendiri, tidak mengalami antrian, tundaan, dan kemacetan di jalan seperti halnya angkutan jalan kereta api pada umumnya. (Sulistyawati, 2014: 35-36)

Adapun kerugian-kerugian angkutan kereta api yaitu angkutan kereta api tidak dapat dipakai sefelksibel angkutan darat lainnya karena kegiatan terbatas pada jaringan rel yang ada dan pelayanannya terikat oleh jadwal yang ketat. (Nikmah, 2008: 48-50)

Salah satu tolok ukur pertimbangan pembangunan dan peningkatan sarana dan prasarana kereta api adalah harus mempertimbangkan kondisi dan kepentingan ekonomi berkaitan dengan kegiatan masyarakat yang menggunakan jasa kereta api maupun kegiatan perekonomian lainnya mengingat pengadaannya memerlukan biaya yang cukup besar. (Pribadi, 2012: 2-6)

Proyek transportasi, terutama proyek pembangunan jalan kereta api bukanlah sesuatu yang baru, apa yang berubah dan merupakan hal baru adalah dimensi dari proyek tersebut, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Sejalan dengan perubahan tersebut timbul persaingan yang ketat, hal ini mendorong para pengusaha/praktisi mencari dan menggunakan cara-cara pengelolaan, metode serta teknik yang paling baik, sehingga penggunaan sumber daya benar-benar efektif dan efisien. (Nikmah, 2008: 16-17)

Kebutuhan Transportasi (skripsi dan tesis)

Kebutuhan transportasi timbul dari kebutuhan manusia. Transportasi dapat diartikan sebagai kegiatan yang memungkinkan perpindahan barang dan atau manusia dari satu tempat ke tempat lain. Dari pengertian tersebut maka setiap transportasi mengakibatkan terjadinya perpindahan dan pergerakan yang berarti terjadi lalu lintas. (Hadiyanto, 2014: 36-40)

Sedikitnya ada tiga faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan dalam pemilihan moda. (Purbasari, 2014: 16-18)

  1. Ciri pengguna jalan.
  2. Ciri pergerakan: tujuan, waktu, dan jarak
  3. Ciri fasilitas moda transportasi:waktu perjalanan, biaya, ruang dan tarif parkir

Model pemilihan moda yang baik akan memasukkan hal-hal yang penting tersebut. Manusia dapat memilih moda transportasi yang paling menguntungkan baik dari segi ekonomi, efisiensi, maupun tingkat pelayanan yang diinginkan. Pada kondisi tertentu pemakai alat transportasi dalam melakukan perjalanan dapat memilih antara beberapa macam alat transportasi yang tersedia. Pemilihan ini ditentukan oleh tipe dari perjalanan, karakteristik pelaku perjalanan, maupun tingkat pelayanan dari sistem transportasi. (Zafar, 2010: 32-34)

Klasifikasi Model Simulasi (skripsi dan tesis)

Klasifikasi sistem berdasarkan perilaku dibagi menjadi:

  1. Sistem statis dan Dinamis.

Sistem statis merupakan sistem yang direncanakan, dibangun dan diimplementasikan hanya pada satu tahap saja. Sistem dinamis merupakan sistem yang mempunyai perilaku dasar steady state dan  growth state yang dinamis.  Steady state  merupakan perilaku pada sistem yang terus melakukan perubahan sampai titik tertentu.  Growth satate yaitu kondisi yang melakukan perubahan untuk tumbuh baik secara negative atau positif. Kedua model merupakan jenis model yang mewakili situasi yang berhubungan terhadap waktu. Model statis menjelaskan sebuah hubungan yang tidak berubah terhadap waktu, sementara model dinamais berhubungan dengan interaksi yang berubah terhadap waktu.

  1. Sistem deterministik dan stokastik

Sistem deterministik merupakan sistem yang terbentuk dari sumber data masukan yang tertentu dan dalam proses serta outputnya juga menghasilkan keluaran tertentu yang sedikit atau tidak mengandung nilai random atau probabilistik. Probabilitas atau dapat pula dilakukan bahwa dalam sistem ini setidaknya ada beberapa komponen random terutama pada input datanya.

  1. Sistem Diskrit dan Kontinyu

Sistem diskrit merupakan sistem dengan variabel yang mengalami perubahan langsung pada titik terpisah dalam rentang waktu tertentu. Sistem kontinyu merupakan suatu sistem dimana aktivitas-aktivitas predominan menyebabkan perubahan yang halus pada atribut dari entitas sistem.

Simulasi (skripsi dan tesis)

Simulasi merupakan teknik meniru operasi-operasi atau proses-proses yang terjadi dalam suatu sistem dengan bantuan perangkat komputer dan dilandasi oleh beberapa asumsi tertentu sehingga sistem tersebut bisa dipelajari secara ilmiah (Law dan Kelton, 1991).

Simulasi merupakan alat yang tepat untuk digunakan terutama jika diharuskan untuk melakukan eksperimen dalam rangka mencari komentar terbaik dari komponen-komponen sistem. Hal ini dikarenakan sangat mahal dan memerlukan waktu yang lama jika eksperimen dicoba secara riil. Dengan melakukan studi simulasi maka dalam waktu singkat dapat ditentukan keputusan yang tepat serta dengan biaya yang tidak terlalu besar karena semuanya cukup dilakukan dengan komputer.

Pendekatan simulasi diawali dengan pembangunan model sistem nyata. Model tersebut harus dapat menunjukkan bagaimana berbagai komponen dalam sistem saling berinteraksi sehingga benar-benar menggambarkan perilaku sistem setelah model dibuat maka model tersebut ditransformasikan ke dalam program komputer sehingga memungkinkan untuk disimulasikan.

Model Sistem Antrian (skripsi dan tesis)

Model sistem antrian analitik merupakan model sistem antrian dimana model matematis sistem antrian dapat diselesaikan secara analitik. Penyelesain ini melibatkan dua asumsi utama, yaitu asumsi data interval kedatangan memiliki distribusi poisson dan waktu pelayanan memiliki distribusi exponensial. Penyelesaian analitik memiliki notasi matematis yang menterjemahkan pencarian solusi untuk utilitas sistem maupun waktu tunggu pelanggan baik model single channel single phase ataupun single channel multiple phase. Sedangkan untuk model multiple channel single phase dan multiple channel multiple phase sangat sulit diselesaikan dengan model sistem antrian analitik.

Sehingga untuk menyelesaikan permasalahan dengan keterbatasan permasalahan tersebut, yaitu jika bentuk distribusi baik interval kedatangan maupun distribusi pelayanan tidak berdistribusi poisson maupun exponensial dan jika model antrian adalah multiple channel single phase dan multiple channel multiple phase dapat diselesaikan dengan menggunakan simulasi. Untuk menyelesaikan model sistem antrian dengan simulasi, maka diperlukan untuk mengetahui pola distribusi bentukan dari data pengamatan. Pencairan pola distribusi data disebut dengan fitting data. Setelah diketahui pola distribusi bentukan maka selanjutnya adalah mencari variabel random sesuai dengan bentuk distribusi hasil fitting data. Pembentukan variabel random tersebut sesuai dengan algoritma variat distribusi yang ada.

Model (skripsi dan tesis)

Model adalah suatu representasi atau formulasi dalam bahasa tertentu dari suatu sistem nyata. Model berdasarkan Murthy, dkk (1990) adalah representasi dari sistem, dimana model juga yang memenuhi syarat adalah model yang memenuhi tujuan dari pembuat model.

Model adalah perwakilian dari dunia maya yang disederhanakan. Proses atau cara operasi yang dimodelkan tidak harus persis sama karena yang penting dari sebuah model adalah bagaimana proses berdampak pada sistem, bukan pada kesalahan karena terlalu detail daripada model terlalu sederhana. Model yang detail selain suah untuk dibangun juga akan susahuntuk mengecek dan memperbaiki kesalahan dari model. Model cenderung melupakan isu penting yang harusnya dimodelkan dan melemahkan model itu sendiri. Klasifikasi model menurut Murthy, dkk (1990) adalah:

  1. Model material atau model fisik

Model fisik mempresentasikan sistem secara fisik, materi, yang ada secara langsung di dunia nyata. Model ini dapat berupa replika atau model dengan skla tertentu

  1. Model non-material

Model non-material mempresentasikan secara abstrak. Model ini tidak memiliki kesamaan secara langsung dengan dunia nyata. model matematis sendiri mewakilkan sistem dengan rumus matematis, yang menghubungkan karakter sistem ke dalam rumus matematis.

Kapasitas Sistem (skripsi dan tesis)

Kapasitas sistem adalah jumlah maksimum pengantri, mencakup yang sedang dilayani dan yang berada dalam antrian, yang ditampung oleh fasilitas pelayanan pada saat yang sama. Banyak sistem antrian yang dapat menampung jumlah individu-individu yang relatif besar, tetapi ada beberapa sistem yang mempunyai kapasitas yang terbatas.Bila kapasitas antrian menjadi faktor pembatas besarnya jumlah individu yang dapat dilayani dalam sistem secara nyata, berarti sistem mempunyai kepanjangan antrian yang terbatas.

Kedatangan Dalam Teori Antrian (skripsi dan tesis)

Pola kedatangan adalah cara dimana individu-individu dari populasi dimasuki sistem, yang biasanya dicirikan oleh waktu antar kedatangan yaitu waktu antara kedatangan dua pengantri yang berurutan yang pada suatu fasilitas pelayanan. Individu-individu mungkin datang dengan tingkat kedatangan yang konstan atau acak.

Distribusi probabilitas poisson adalah salah satu pola kedatangan yang paling sering (umum) bila data kedatangan didistribusikan secara random. Hal ini terjadi karena distribusi poisson menggambarkan jumlah kedatangan per unit waktu bila sejumlah besar variabel-variabel random mempengaruhi tingkat kedatangan. Bila pola kedatangan individu mengikuti suatu distribusi poisson maka waktu antar kedatangan atau interrival time (yaitu waktu antar kedatangan setiap individu) adalah random dan mengikuti distribusi eksponensial.

Tipe Antrian (skripsi dan tesis)

Tipe antrian menunjukkan pedoman keputusan yang digunakan untuk menyeleksi individu-individu yang memasuki antrian untuk dilayani terlebih dahulu. Aturan-aturan ini didasar pada yang pertama masuk, pertama keluar, yang terakhir masuk, dan seterusnya. Menurut Taha(2007:548) pada baris antrian terdapat lima jenis tipe antrian yaitu :

  1. First Come First Served adalah disiplin antrian yang menerangkan bahwa penumpang yang datang pertama akan dilayani terlebih dahulu.
  2. Last Come First Served adalah disiplin antrian yang menyebutkan bahwa penumpang yang terakhir datang dalam antrian akan dilayani terlebih dahulu.
  3. Service In Random Order adalah pemberian pelayanan didasarkan pada pemilihan secara sembarang atau berdasarkan pada peluang secara acak, tidak penting siapa yang datang terlebih dahulu.
  4. Emergency First yaitu pelayanan yang diberikan kepada penumpang yang menghadapi keadaan darurat yang perlu ditangani secepatnya. Dalam hal ini tentunya tidak melihat siapa yang datang terlebih dahulu atau yang datang belakangan.

Teori Antrian (skripsi dan tesis)

Antrian adalah kondisi kejadian yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya antrian penumpang pesawat di Bandara Adisutjipto. Menurut Taha (2007:546), fenomena menunggu atau mengantri merupakan hasil langsung dari keacakan dalam operasional pelayanan fasilitas. Secara umum, kedatangan pengantri kedalam suatu sistem dan waktu pelayanan untuk pengantri tersebut tidakdapat diatur dan diketahui waktunya secara tepat, namun sebaliknya fasilitas operasional dapat diatur sehingga dapat mengurangi antrian.Pada sistem antrian terdapat tiga komponen dasar yaitu:

  1. Kedatangan atau input sistem

Kedatangan memiliki karakteristik seperti ukuran populasi, perilaku, dan sebuah distribusi statistik.

  1. Tipe antrian, atau antrian itu sendiri

Karakteristik antrian mencakup apakah jumlah antrian terbatas atau tidak terbatas panjangnya dan materi atau orang­-orang yang ada didalamnya.

  1. Fasilitas pelayanan

Karakteristiknya meliputi desain dan distribusi statistik untuk pelayanan.

Tingkat Kehandalan (Reliability) (skripsi dan tesis)

Availibilitas adalah probabilitas suatu peralatan dapat melakukan operasi secara memuaskan pada kondisi tertentu untuk suatu periode waktu. (Basya dan Samadhi, 1993 :45). Dari definisi ini dapat diketahui bahwa availibilitas selalu dikaitkan dengan selang waktu pada suatu mesin, tanpa mengalami kerusakan dalam kondisi lingkungan tertentu.

Oleh karena itu variabel yang penting yang berkaitan dengan availibilitas adalah waktu. Secara matematis pengertian availibilitas dinyatakan sebagai perbandingan antara selang waktu efektif berfungsinya mesin peralatan terhadap selang waktu total pemakaian alat. Untuk memperoleh availibilitas mesin  diesel yang maksimal, maka perlu dilakukan inspeksi yang bertujuan untuk mendeteksi terlebih dahulu keadaan alat atau mesin sebelum alat mengalami kegagalan atau kerusakan. Secara spesifikasi asumsi-asumsi yang digunakan (Lerch, 1987) :

  1. Sistem kerusakan mesin diesel diketahui terlebih dahulu.
  2. Inspeksi dapat menghindarkan, menurunkan waktu lamanya perbaikan jika terjadi kerusakan.
  3. Sistem mesin pada saat inspeksi tidak sedang mengalami kerusakan.
  4. Waktu antar kerusakan dengan waktu inspeksi, membutuhkan ongkos tersendiri untuk tiap satuan unit waktu.

.Fungsi Pemeriksaan dan Perawatan (skripsi dan tesis)

Menurut pendapat Agus Ahyari, (2002) fungsi pemeliharaan adalah agar dapat memperpanjang umur ekonomis dari mesin dan peralatan produksi yang ada serta mengusahakan agar mesin dan peralatan produksi tersebut selalu dalam keadaan optimal dan siap pakai untuk pelaksanaan proses produksi. Keuntungan-keuntungan yang akan diperoleh dengan adanya pemeliharaan yang baik terhadap mesin, adalah sebagai berikut :

  1. Mesin dan peralatan produksi yang ada dalam perusahaan yang bersangkutan akan dapat dipergunakan dalam jangka waktu panjang,
  2. Pelaksanaan proses produksi dalam perusahaan yang bersangkutan berjalan dengan lancar,
  3. Dapat menghindarkan diri atau dapat menekan sekecil mungkin terdapatnya kemungkinan kerusakan-kerusakan berat dari mesin dan peralatan produksi selama proses produksi berjalan,
  4. Peralatan produksi yang digunakan dapat berjalan stabil dan baik, maka proses dan pengendalian kualitas proses harus dilaksanakan dengan baik pula,
  5. Dapat dihindarkannya kerusakan-kerusakan total dari mesin dan peralatan produksi yang digunakan,
  6. Apabila mesin dan peralatan produksi berjalan dengan baik, maka penyerapan bahan baku dapat berjalan normal,
  7. Dengan adanya kelancaran penggunaan mesin dan peralatan produksi dalam perusahaan, maka pembebanan mesin dan peralatan produksi yang ada semakin baik.

Faktor  yang diperlukan untuk melakukan analisis suatu mesin adalah laju kerusakan atau kegagalan (failure rate) alat pada setiap saat selama masa operasinya. Analisa kerusakan mesin dapat dibagi dalam dua cara, yaitu (Boediono 19) :

  1. Cara Teknikal

Analisis kerusakan dengan teknikal adalah dengan menentukan sebab-sebab     kerusakan berdasarkan aspek-aspek teknik dari peralatan.

  1. Cara Statistikal

Analisis kerusakan dengan cara statistikal adalah menekankan pada ketergantungan mekanisme kerusakan terhadap waktu tanpa memperhatikan sebab-sebab kerusakan peralatan.

Dari pengalaman maupun percobaan diketahui analisis laju kerusakan suatu produk mengikuti suatu pola dasar atau Bath Up Curve, yaitu kurva yang membagi masa pakai suatu produk menjadi tiga periode waktu atau fase

 Dalam bukunya Mulyadi (2002 : 3) disebutkan bahwa masa pemakaian produk dapat dibagi dalam tiga bagian (daerah) yaitu:

  1. Daerah A : Periode kegagalan awal (Early Failures)

Periode  awal (Burn-in) ini ditandai dengan fungsi kegagalan yang tinggi, yang mempunyai arti bahwa laju kerusakan tersebut menurun sejalan dengan bertambahnya waktu operasi. Hal tersebut disebabkan antara lain karena :

  1. Teknik pengendalian kualitas yang tidak baik
  2. Beragamnya produk
  3. Pemasangan komponen yang tidak baik atau tepat
  4. Kesalahan set-up
  5. Performansi kerja yang kurang cermat
  6. Metode inspeksi yang kurang baik

Kegagalan awal dapat dihitung dengan melakukan pengujian meliputi pengawasan terhadap karakteristik dari suatu sistem selama beberapa waktu dengan mensimulasi kondisi dari penggunaan yang sebenarnya.

  1. Daerah B : Periode kegagalan acak atau umur pakai yang berguna

Periode ini menunjukkan dengan fungsi kegagalan yang rendah, ini    suatu pertanda bahwa laju kerusakan relatif konstan (antara T B & T w) walaupun umur pakai peralatan bertambah dan mungkin kerusakan peralatan pada setiap saat adalah sama. Kerusakan pada fase ini dikenal dengan kerusakan acak yang dikarenakan oleh:

  1. Kesalahan pemakaian,diantaranya pembebanan di luar  kemampuannya.
  2. Kerusakan yang tidak dapat terdeteksi oleh teknik pemeriksaan yang ada dari penyebab-penyebab yang tidak dapat dicari alasannya.
  3. Daerah C : Fase pengoprasian alat melebihi umur pakai (wear out)

Fase ini ditandai dengan meningkatkan fungsi kegagalan yang berarti bahwa laju kerusakan bertambah sesuai dengan pertambahan umur pemakaian peralatan. Kegagalan terjadi apabila sistem tidak dipelihara dengan baik dan frekuensi kegagalan menjadi meningkat dengan pesat.

Secara umum kegagalan ini tidak  dapat dihilangkan secara keseluruhan tetapi dapat ditunda selama beberapa waktu dengan melaksanakan kegiatan preventif pada jangka waktu tertentu. Apabila suatu alat telah memasuki fase ini, maka harus dilakukan perawatan pencegahan untuk mengurangi kemungkinan kerusakan yang lebih fatal di masa yang akan datang.

                        beberapa penyebab kerusakan selama fase ini diantaranya :

  1. Perawatan yang tidak memadai
  2. Kelelahan akibat gesekan sehingga menimbulkan aus
  3. Umur pakai sudah lama
  4. Korosi

Menurut Vincent Gaspers (2006), laju kerusakan adalah kecepatan perpindahan dimana kerusakan terjadi pada suatu saat kemudian atau interval waktu kemudian dapat juga diistilahkan sebagai kerusakan per-jam.

Untuk TTF yang berdistribusi eksponensial, rerata waktu menuju kegagalan atau mean time to failure (MTTF) sistem dapat diperoleh dari  melalui rumus berikut :

Tujuan Perawatan (skripsi dan tesis)

Suatu kalimat yang perlu diketahui oleh orang pemeliharaan dan bagian lainnya bagi suatu pabrik adalah pemeliharaan (maintenance) murah sedangkan perbaikan (repair) mahal. (Setiawan, 2008). Menurut Daryus (2007), tujuan pemeliharaan yang utama dapat didefenisikan sebagai berikut:

  1. Untuk memperpanjang kegunaan asset,
  2. Untuk menjamin ketersediaan optimum peralatan yang dipasang untuk produksi dan mendapatkan laba investasi maksimum yang mungkin,
  3. Untuk menjamin kesiapan operasional dari seluruh peralatan yang diperlukan dalam keadaan darurat setiap waktu,
  4. Untuk menjamin keselamatan orang yang menggunakan sarana tersebut.

Sedangkan menurut Assauri (2004), tujuan pemeliharaan yaitu :

  1. Kemampuan produksi dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan rencana produksi,
  2. Menjaga kualitas pada tingkat yang tepat untuk memenuhi apa yang dibutuhkan oleh produk itu sendiri dan kegiatan produksi yang tidak terganggu,
  3. Untuk membantu mengurangi pemakaian dan penyimpangan yang di luar batas dan menjaga modal yang di investasikan tersebut,
  4. Untuk mencapai tingkat biaya pemeliharaan serendah mungkin, dengan melaksanakan kegiatan pemeliharaan secara efektif dan efisien,
  5. Menghindari kegiatan pemeliharaan yang dapat membahayakan keselamatan para pekerja,
  6. Mengadakan suatu kerja sama yang erat dengan fungsi-fungsi utama lainnya dari suatu perusahaan dalam rangka untuk mencapai tujuan utama perusahaan yaitu tingkat keuntungan (return on investment) yang sebaik mungkin dan total biaya yang terendah

secara garis besar maintenance dapat di klasifikasikan dalam Planned maintenance (pemeliharaa terencana), unplanned maintenace (tidak terencana) dan autonomous maintenace (pemeliharaan mandiri). Planned maintenance adalah pemeliharaan yang terorganisir yang dilakukan dengan pemikiran ke masa depan, pengendalian dan pencatatan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Oleh karena itu program maintenace yang dilakukan harus dinamis dan memerlukan pengawasan dan pengendalian secara aktif dari bagian maintenance melalui informasi di dengan catatan riwayat mesin atau peralatan.

Planned mantenance terbagi menjadi tiga bentuk pelaksanaan, yaitu: (Wijaya dan Sensuse, 2011)

1)               Preventive maintenance (pemeliharaan pencegahan)

Prenventive maintenance adalah suatu kegiatan pemeriksaan secara periodik terhadap mesin dan perelatan dengan tujuan untuk mengetahui  kondisi yang menyebabkan kerusakan, serta untuk menjaga mesin dan peralatan yang telah rusak dengan cara memperbaiki dan menyetel ulang sebelum menjadi kerusakan yang lebih parah.

2)               Corrective maintenance (pemeliharaan perbaikan)

Corrective maintenance adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengatasi kegagalan atau kerusakan yang ditemukan selama masa waktu preventive maintenance. Pada umumnya corrective maintenance bukanlah aktifitas perawatan yang terjadwal, karena dilakukan setelah sebuah komponen mengalami kerusakan dan bertujuan untuk mengembalikan kehandalan sebuah mesin atau peralatan.

Corrective maintenance biasanya dikenal sebagai breakdown atau run to failure maintenance. Pemeliharaan hanya dilakukan setelah atau mesin rusak. Sehingga apabila strategi ini digunakan sebagai strategi utama akan menimbulkan dampak yang sangat tinggi terhadap suatu produksi.

3)                  Predictive maintenace

Predictive maintenace adalah kegiatan maintenance yang dilakukan pada tanggal yang telah ditetapkan berdasarakan hasil prediksi analisa dan evaluasi data operasi yang diambil untuk melakukan predictive maintenance itu dapat berupa data getaran, temperature, vibrasi flow rate dan lain-lain. Perencanaan preciktive dapat dilakukan berdasarkan data dari operator dan lapangan yang diajukan melalui work order ke departemen maintenance untuk dilakukan tindakan tepat sehingga tidak akan merugikan perusahaan.

Unplanned maintenance (pemeliharaan tak terencana) biasanya berupa breakdown/emergency maintenance. Breakdown /emergency maintenance  (pemeliharaan darurat)  adalah tindakan maintenance yang tidak dilakukan pada mesin peralatan yang masih dapat beroperasi, sampai mesin/peralatan tersebut rusak dan tidak dapat berfungsi lagi. Melalui bentuk pelaksanaan pemeliharaan tak terencana ini, diharapkan penerapan pemeliharaan tersebut akan dapat memperpanjang umur dari mesin/peralatan, dan dapat memperkecil frekuensi kerusakan.

Autonomous maintenance (pemeliharaan mandiri) adalah suatu kegiatan untuk dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi mesin/peralatan melalui kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh operator untuk memelihara mesin/peralatan yang mereka tangani sendiri. Prinsip-prinsi yang terdapat pada lima S, merupakan prinsip yang mendasari kegiatan autonomous maintenance yaitu : (Vankatesh,2007)

1)         Seiri (clearing up): Menyingkirkan benda-benda yang tidak diperlukan.

2)         Seiton (organizing): Menempatkan benda-benda yang diperlukan dengan rapi.

3)         Seiso (cleaning): Membersikan peralatan dan tempat kerja.

4)         Seikatsu(standarizing): Membuat standar kebersihan, pelumasan dan inspeksi.

5)         Shitsuke (training and dicipline): Meningkatkan skill dan moral.

Autonomous maintenance diimplementasikan melalui 7 langkah yang akan membangun keahlian yang dibutuhkan operator agar mereka mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan. Seperti yang diungkapkan Sartono(2001). Tujuh langkah kegiatan yang terdapat dalam autonomous main-tenance adalah  Membersihkan dan memeriksa (clean and inspect).

1)      Membuat standar pembersihan dan pelumasan.

2)      Menghilangkan  sumber  masalah  dan  area  yang  tidak  terjangka (eliminete problem and anaccesible area).

3)      Pemeliharaan mandiri (conduct autonomous maintenance).

4)      Pemeliharaan menyeluruh (conduct general inspection).

5)      Pemeliharaan mandiri secara penuh (fully autonomous maintenanc)

Pengorganisasian dan kerapian (organization and tidines).

Parameter yang Dibutuhkan untuk Perhitungan Kapasitas Runway (skripsi dan tesis)

Untuk menetukan kapasitas sistem runway per jam adalah perlu memastika parameter-parameter yang akan mempengaruhi kapaistas. Karena adanya kenyataan bahwa aturan pemisahan pesawat adalah berbeda dalam kondisi VFR dan IFR, yang pertama-tama diperlukan adalah menetukan kondisi tinggi awan dan jarak penglihatan, atau lebih tepatnya, aturan-aturan pemisahan yang berlaku untuk kondisi-kondisi penerbangan apabila tinggi awan paling rendah 1000 kaki dan jarak penglihatan paling dekat 3 mil. Kondisi ini menghasilkan kondisi VFR. Apabila salah satu atau kedua hal itu tidak dipenuhi, maka berlaku kondisi IFR. Tentu saja semuabandar udara mempunyai jangka waktu di mana kondisi IFR berlaku. Oleh karena itu, kapasitas runway per jam pada umumnya ditentukan untuk setiap kondisi tersebut.

          Permukaan runway fisis di suatu bandar udara dapat digunakan dalam berbagai cara. Sebagai contoh, dua runway sejajar dapat digunakan pada waktu yang bersamaan untuk operasi yang berlainan, yang satu untuk kedatangan dan yang lain untuk keberangkatan. Juga dua runway itu dapat digunakan untuk melayani kedatangan dan keberangkatan pada satu runway dan yang lainnya untuk melayani kedatangan saja. Konfigurasi pemakaian runway merupakan strategi pemakaian runway yang tergantung pada kondisi cuaca, tipe pesawat terbang, dan jarak di antara runway. Adalah perlu untuk menentukan strategi penggunaan runway dan persentase waktu setiap strategi yang digunakan. Juga perlu untuk menentukan tipe pesawat terbang yang dapat menggunakan runway yang tersedia, karena seringkali dibuat perkerasan yang lebih pendek untuk digunakan oleh pesawat penerbangan umum saja. Pesawat terbang yang dapat menggunakan permukaan runway  didefinisikan dalam istilah suatu indeks campuran. Indeks merupakan petunjuk dari tingkat operasi tipe angkutan udara pada runway tersebut. Untuk prosedur ini, pesawat terbang digolongkan seperti dalam tabel. Indeks campuran, MI, diberikan persamaan:

                           MI = C + 3D

Dimana:

C =     persentase pesawat terbang tipe C dalam campuran pesawat yang menggunakan runway

D =     persentase pesawat terbang tipe D dalam campuran pesawat yang menggunakan runway

          Persentase operasi kedatangan yang terjadi di runway juga harus diketahui. Hal ini disebabkan oleh aturan pemisahan jarak untuk kedatangan dan keberangkatan adalah berbeda. Terdapat terdapat tiga tipe operasi yang dapat terjadi yaitu, kedatangan, kebarangkatan dan tak menentu. Operasi tak menentu (touch-and-go) paling banyak dilakukan oleh para penerbang penerbangan umum yang mempraktekan pendekatan ke runway, pendaratan dan lepas landas. Operasi-operasi itu jarang dilakukan dalam cuaca buruk. Untuk keperluan penentuan kapasitas, parameter yang disebut persentase kedatangan (percent arrivals) digunakan untuk menentukan perbandingan dari settiap tipe operasi yang terjadipada runway. Dalam kondisi VFR, juga perlu untuk menetukan persentase operasi tak menentu. Di bandar udara penerbangan umum yang kecil, seringkali operasi-operasi tak menentu dapat mencapai 30% dari seluruh operasi.

          Letak jalan keluar dari runway untuk pesawat yang datang juga harus diketahui karena hal ini mempengaruhi waktu pemakain runway. Berdasarkan sifat dari pesawat yang  menggunakan runway, jalan keluar harus ditempatkan pada posisi yang akan menghasilkan waktu pemakaian runway minimum. Apabila hal ini tidak dilakukan, kapasitas akan berkurang karena adanya waktu pemakaian runway yang berlebihan.

          Sebagai hasil penelitian yang seksama yang dilakukan untuk menentukan kapasitas sistem runway, FAA telah menerbitkan sekumpulan bagan untuk menentukan runway. Bagan-bagan tersebut digunakan untuk menentukan kapasitas runway melalui persamaan:

                                       C = CbET

Dimana :

C       = kapasitas per jam konfigurasi pemakaian runway dalam operasi-operasi per jam

Cb       =   kapasitas ideal atau dasar konfigurasi pemakain landasn pacu

E       =   faktor penyesuaian jalan keluar untuk jumlah dan lokasi darri jalan keluar runway

T      =   faktor penyesuaian tak menentu

                           Tabel 2.2 Kapasitas Runway

Kelas campuran pesawat Kelas menurut turbulensi gelombang Jumlah mesin Bobot lepas landas maksimum yang diperbolehkan
A

B

C

D

Kecil

Kecil

Besar

Besar

Tunggal

Banyak

Banyak

Banyak

< 12.500

< 12.500

12.500 – 300.000

> 300.000

Penerapan Cara-Cara Untuk Kapasitas Per Jam Ultimit (skripsi dan tesis)

 

Kapasitas per jam sistem runway didefinisikan sebagai jumlah operasi pesawat maksimum yang dapat dilakukan pada runway itu dalam satu jam. Jumlah operasi pesawat maksimum tergantung pada yang berikut ini:

  1. Kondisi tinggi awan dan jarak penglihatan
  2. Konfigurasi fisis sistem runway
  3. Strategi pemakaian runway
  4. Campuran pesawat yang memakai sistem runway
  5. Rasio kedatangan terhadap keberangkatan
  6. Jumlah operasi tak menentu (touch-and-go) oleh pesawat penerbangan umum
  7. Jumlah dan letak jalan keluar dari sistem runway

          Penting untuk diperhatikan bahwa definisi kapasitas runway per jam dalam pasal ini berbeda dengan pembahasan sebelumnya karena definisi kapasitas di sini tidak mencakup tingkat penundaan yang diperbolehkan.

Pengembangan Model-Model Untuk Operasi Campuran (skripsi dan tesis)

Model ini didasarkan pada empat aturan pengoperasian yang sama seperti halnya model-model yang dikembangkan oleh AIL (Airborn Instruments Laboratory). Aturan-aturan itu sebagai berikut:

  1. Kedatangan mempunyai prioritas daripada keberangkatan
  2. Hanya satu pesawat dapat berada di runway pada sembarang waktu
  3. Keberangkatan tidak dapat dilaksanakan apabila pesawat yang datang berikutnya berada pada jarak yang kurang dari suatu jarak tertentu dari ambang runway, biasnya 2 nmi dalam kondisi IFR
  4. Keberangkatan yang berturutan diatur sehingga pemisahan waktu minimumnya sama dengan waktu pelayanan keberangkatan

          Tdan Tjadalah waktu-waktu di mana pesawat di depan i dan di belakang j melewati ambang kedatangan, δij adalah pemisahan minimum di antara kedatangan, T1 adalah waktu di mana pesawat yang datang meninggalkan runwayTd adalah waktu di mana pesawat yang berangkat mulai akan takeoffδd adalah jarak minimum pada jarak di mana pesawat yang datang harus berada (dari ambang runway) supaya keberangkatan dapat dilakukan, T2 adalah waktu yang menyatakan saat terakhir di mana keberangkatan dapat dilakukan, Ri adalah waktu pemakaian runway untuk suatu kedatangan, G adalah perbedaan waktu di mana keberangkatan dapat dilakukan, dan td adalah waktu pelayanan yang dibutuhkan untuk keberangkatan.

          Karena kedatangan diberikan prioritas, pesawat yang datang diurutkan dengan pemisahan minimum dan keberangatan tidak dapat dilakukan kecuali terdapat perbedaan waktu G di antara kedatangan yang berurutan.

          Harus diingat bahwa suku terakhir dalam persamaan di atas adalah nol apabila hanya satu keberangkatan yang akan disisipkan di antara dua kedatangan. Suatu faktor kesalahan σGqudapat ditambahkan pada persamaan di atas untuk memperhitungkan pelanggaran terhadap perbedaan jarak.

Kapasitas Runway Yang Tidak Dikaitkan Dengan Penundaan (skripsi dan tesis)

  

          Kapasitas seperti didefinisikan disini menyatakan kemampuan fisis maksimum suatu sistem runway untuk mengelola pesawat terbang. Kapasitas ini adalah laju operasi pesawat terbang maksimum atau ultimit untuk sekumpulan kondisi tertentu, dan bebas dari tingkat penundaan pesawat terbang rata-rata. Kenyataanya, telah ditunjukan bahwa apabila volume lalu lintas mencapai kapasitas per jam, penundaan pesawat terbang rata-rata dapat berkisar dari 2 menit sampai 10 menit. Oleh sebab itu, untuk kondisi-kondisi tertentu yang sama, nilai-nilai kapasitas dalam cara ini cenderung sedikit lebih tinggi daripada yang didapatkan dengan cara sebelumnya.

          Penundaan tergantung pada kapasitas maupun pada besar, sifat, dan pola permintaan. Penundaan dapat terjadi sekalipun pada permintaan yang dirata-ratakan selama satu jam kurang dari kapasitas per jam. Penundaan seperti itu terjadi karena permintaan berfluktuasi dalam satu jam sehingga, selama jangka waktu yang lebih singkat, permintaan adalah lebih besar dari kapasitas.

          Apabila besar, sifat dan pola permintaan adalah tetap, maka penundaan hanya dapat dikurangi dengan peningkatan kapasitas. Sebaliknya, apabila permintaan dapat diubah untuk menghasilkan pola permintaan yanglebih seragam, maka penundaan dapat dikurangi tanpa meningkatkan kapasitas. Jadi, pendugaan kapasitas merupakan suatu langkah terpadu dalam menentukan penundaan pesawat terbang.

  1. Perumusan Matematis Kapasitas Jenuh Atau Ultimit

Tipe-tipe model ini menentukan jumlah operasi pesawat terbang maksimum yang dapat ditampung oleh suatu sistem runway dalam jangka waktu tertentu ketika terdapat permintaan pelayanan yang berkesinambungan. Dalam model-model tersebut, kapasitas adalah sama dengan kebalikan waktu pelayanan rata-rata terboboti dari seluruh pesawat terbang yang dilayani. Sebagai contoh, apabila waktu pelayanan rata-rata terboboti adalah 90 detik, kapasitas landasan pacu adalah 1 operasi setiap 90 detik atau 40 operasi setiap 1 jam. Model tersebut memperlakukan jalur pendekatan umum menuju runway bersama-sama dengan runway sebagai sistem runway. Waktu pelayanan runway didefinisikan sebagai pemisahan di udara yang dinyatakan dengan waktu ataupun waktu pemakaian runway, di ambil yang lebih besar.

  1. Pengembangan Model Untuk Kedatangan Saja

Kapasitas suatu sistem runway yang hanya digunakan  untuk melayani pesawat yang datang dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:

  1. Campuran pesawat terbang, yang biasanya diberik karakter oleh golongan pesawat ke dalam beberapa kelas menurut kecepatan mendekati runway (approach speed)
  2. Kecepatan mendekati runway dari berbagai kelas pesawat terbang
  3. Panjang jalur pendekatan ke landasan dari jalur masuk (entry) atau gerbang ILS ke ambang runway
  4. Aturan-atursn jarak pisah lalu lintas udara minimum atau jarak pisah yang diamati praktis apabila tidak ada peraturan
  5. Besarnya kesalahan dalam waktu kedatangan di gerbang dan kesalahan kecepatan pada jalur pendeketan umum ke runway
  6. Probabilitas tertentu dari pelanggaran terhadap jarak pisah lalu lintas udara minimum yang dapat diterima
  7. Waktu pemakaian runway purata (mean) berbagai kelas pesawat dalam campuran dan besarnya pencaran (dispersion) dalam waktu purata tersebut
  8. Keadaan Bebas Kesalahan

Dengan ketepatan yang sedikit berkurang dan untuk membuat perhitungan lebih mudah, pesawat terbang dikelompokan ke dalam beberapa kelas kecepatan(speed) yang berbedaVi , Vj dan seterusnya. Untuk mendapatkan waktu pelayanan terboboti untuk kedatangan adalah perlu untuk merumuskan matriks selang waktu di antara kedatangan pesawat di ambang runway. Dengan memperoleh matriks ini dan persentase berbagai kelas dalam campuran pesawat, waktu pelayanan terboboti dapat dihitung. Kebalikan waktu pelayanan terboboti adalah kapasitas runway. Misalkan matriks bebas kesalahan adalah [Mij], selang waktu minimum di ambang runway untuk pesawat terbang dengan kelas kecepatani yang diikuti pesawat kelas j, dan misalkan persentase pesawat kelas i dalam campuran adalah pi , dan pesawat kelas j adalah pj,

     Untuk mendapatkan antar kedatangan di ambang runway, adalah perlu untuk mengetahui apakah kecepatan pesawat yang di depan Vi, adalah lebih besar atau lebih kecil dari kecepatanVj pesawat di belakangnya, karena pemisahan di ambang runway akan berbeda dalam setiap keadaan.

γ      =     panjang jalur pendekatan umum ke runway

δij     =     jarak pisah minimum yang diperbolehkan di antara dua pesawat yang datang, pesawat i di depan dan pesawat j di belakang, disembarang tempat di sepanjang jalur pendekatan umum ini

Vi    =     kecepatan saat mendekati runway dari pesawat di depan dari kelas i

Vj    =     kecepatan saat mendekati runway dari pesawat di depan dari kelas j

R1   =     waktu pemakaian runway dari pesawat di depan dari kelas i

 

  1. Keadaan Merapat (Vi< Vj)

Ambil keadaan dimana kecepatanmendekati runway dari pesawat yang berada didepan adalah lebih besar daripada kecepatan dibelakangnya. Pemisahan waktu minimum di ambang runway dapat dinyatakan dalam jarak δij dan kecepatan pesawat yang berada dibelakang, Vj. Meskipun demikian apabila waktu pemakaian runway dari kedatangan Ri adalah lebih besar dari pemisahan di udara, maka ia menjadi pemisahan minimum di ambang runway.

  1. Keadaan merenggang (Vi< Vj)

Untuk keadaan dimana kecepatan pada saat mendekati landasan dari pesawat yang berada di depan adalah lebih besar daripada kecepatan pesawat di belakangnya, pemisahan waktu minimum di ambang runway dapat dinyatakan dalam jarak δij. Panjang jalur pendekatan umum ke runwayγ dan kecepatan pada saat mendekati runway Vdan Vdari pesawat di depan dan belakang. Hal ini bersesuaian dengan jarak pemisahan jarak minimum δijdi sepanjang jalur pendekatan umum ke runway, yang sekarang terjadi di jalur masuk (entry gate) dan bukannya di ambang landasan.

Harus diperhatikan benar-benar bahwa satu-satunya perbedaan di antara persamaan di atas adalah terletak pada suku pertama persamaan tersebut, dimanaVi dan Vj saling dipertukarkan.

Kapasitas Runway (skripsi dan tesis)

          Istilah kapasitas digunakan untuk menetukan kemampuan pengelolahan suatu fasilitas pelayanan selama jangka waktu tertentu. Akan tetapi, untuk mengetahui kapasitas maksimum dari suatu fasilitas pelayanan, harus terdapat permintaan yang berkesinambungan  terhadap pelayanan tersebut. Dalam dunia penerbangan adalah tidak mungkin untuk mempunyai permintaan yang berkesinambungan sepanjang waktu beroperasinya sistem itu. Bahkan walaupun suatu permintaan yang berkesinambungan sengaja dibuat dengan menyebabkan penumpukan pada fasilitas-fasiliatas pelayanan dengan membatasi waktu operasinya atau mengurangi staf operasi, penundaan pada fasilitas-fasilitas tersebut akan mengakibatkan kemerosotan mutu pelayanan sehingga terjadi keadaan yang tidak diinginkan. Oleh karena itu, perancang fasilitas bandar udara dihadapkan pada masalah penyediaan fasilitas dengan kapasitas yang cukup untuk menampung permintaan yang terfluktuasi dengan tingkat pelayanan yang wajar.

Tingkat Pelayanan Lalu-Lintas Udara (skripsi dan tesis)

            Untuk mempermudah dalam menangani dan melaksankan tugas ATC (Air Traffic ControlPeraturan Keselamtan Penerbangan Sipil (P.K.P.S) Bagian 170 Peraturan lalu Lintas Udara memberikan batasan dan/atau tingkatan ruang pengendalian lalu lintas udara dapat di kategorikan seperti tabel 2.1 berikut ini:

Tabel: 2.1 Air Traffic Control

Aerodrome Service Level
Uncontrolled Aerodrome Controlled Aerodrome
Unattaded Aerodrome Aerodrome flight Information Service (AFIS) Aerodrome Control Service (ADC) Approach Control Service (APP) Areal Control Center (ACC)

  1. Unattaded Aerodrome

               Pada tingkat ini bandar udara tidak memberikan layanan panduan atau informasi pesawat terbang yang datang maupun berangkat. Penetapan untuk take off dan landing sepenuhnya ditentukan oleh Pilot. Tingkat pelayanan ini biasanya pada Bandar Udara yang tidak melayani penerbangan terjadwal (schedulle slight) pada kondisi ini bandar udara belum memerlukan ATC.

  1. Aerodrome flight Information Service (AFIS)

              Pelayanan yang diberikan pada tingkat ini hanya pemberi informasi secara otomatis kepada pesawat terbang yang datang maupun berangkat. Informasi yang diberikan meliputi: kondisi cuaca, fasilitas navigasi, kondisi Bandar Udara, dan lain-lain yang termasuk menunjang aktifitas pesawat di sekitar Bandar Udara. Pada kondisi ini Bandar Udara belum memerlukan ATC.

  1. Aerodrome Control Service (ADC)

               Aerodrome Control Service (ADC) adalah sebuah fasilitas terminal yang menggunakan komunikasi radio, dengan syarat visual, dan peralatan lainnya yang digunakan untuk menyediakan jasa ATC bagi pesawat terbang yang beroperasi di sekitar Bandar Udara atau landasan pacu dan area pergerakan lainnya dengan batasan tertentu. Pengawasan lalu lintas udara ADC mempunyai kewenangan untuk memandu pesawat terbang yang beroperasi di kawasan Bandar Udara, dan panduan ini dilakukan dari ATC Tower, pemanduan hanya diberikan dari Bandar Udara yang bersangkutan.

  1. Approach Aerodrome Office (APP)

               Pembagian pelayanan unit APP ini tidak terbatas pada Bandar Udara di mana unit APP itu berada tetapi meliputi Bandar Udara lain sekitarnya yang masih termasuk kawasan TMA (Terminal Control Area) unit APP tersebut. Tingkat pelayanan APP ini diadakan bila Bandar Udara memnuhi kriteria sebagai berikut:

1)             Pergerakan pesawat terbang di Bandar Udara tersebut maupun Bandar Udara sekitarnya dinilai cukup padat.

2)             Kondisi cuaca sering jelek Instrumen Meteorologikal Condition (IMC) sehingga pesawat terbang yang landing maupun take off menggunakan Prosedur Penerbangan Instrumen (Instrument Flight Procedure). Untuk mendukung kinerja APP diperlukan fasilitas Software dalam bentuk Standar Instrument Departure (SID) dan Standart Instrument Arival (STAR).

  1. Aerodrome Control Center (ACC)

               Pemanduan ini dilakukan pada pesawat terbang yang telah berada dalam keadaan terbang jelajah di dalam kawasan Control Area (CTA) sehingga area control ini dapat dikatakan memandu pesawat yang sedang terbang diluar unit ADC maupun APP.

Pengertian Air Traffic Service (ATS) (skripsi dan tesis)

               Air Traffic Service atau pelayanan lalu lintas udara adalah suatu pelayanan pemanduan dan pengaturan pesawat terbang yang diberikan ATC dengan jalur khusus. Tujuan dari pelayanan lalu lintas udara adalah untuk menghindarkan terjadinya tabrakan antar pesawat terbang, menghindarkan pesawat terbang yang berada di daerah pergerakan pesawat dengan penghalang lainnya dan tercapainya kelancaran serta keteraturan lalu lintas udara. Annex 11 (Air Traffic Service) Konvensi Chicago 1944. Tujuan dari pelayanan lalu lintas udara adalah sebagai berikut:

  1. Mencegah tabrakan antar pesawat.
  2. Mencegah tabrakan antar pesawat di area pergerakan rintangan di area tersebut.
  3. Mempercepat dan mempertahankan pergerakan Lalu Lintas Udara.
  4. Memberikan saran dan informasi yang berguna untuk keselamatan dan efisiensi pengaturan lalu lintas udara.
  5. Memberitahukan kepada organisasi yang berwenang dalam pencarian pesawat yang memerlukan pencarian dan pertolongan sesuai dengan organisasi yang dipersyaratkan.

              Pelayanan lalu lintas udara di wilayah Indonesia telah dibentuk ruang udara yang terbagi dalam beberapa zona pengawasan dan batas-batas yang telah ditentukan sesuai dengan kondisi dan kompleksitas lalu lintas udara seperti zona pelayanan Aeronautikal Flight Information Service (AFIS), Area Aerodrome Control (ADC), Approach Control (APP), Area Control Center (ACC), Flight Information Center, dan Flight Service Station sesuai persyaratan-persyaratan ICAO.

Sistem Operasi Air Traffic Control(ATC) (skripsi dan tesis)

Sistem operasi Air Traffic Control(ATC)mencakup pemberian petunjuk serta pengawasan terhadap pesawat terbang yang akan melakukan take off dan landing, ATC juga bertugas mengawasi keadaan runwaytaxiway dan apron, tidak ada seorang pun yang boleh melintasi kawasan tersebut tanpas seizin dari ATC. Disamping itu juga Air Traffic Control(ATC) untuk mencegah pesawat terlalu dekat satu sama lain dan tabrakan dan layanan yang disediakan untuk Pilot untuk membantu mereka dalam mengoperasikan pesawat mereka dengan cara yang aman, tertib dan efisien. ATC adalah rekan dekat seorang Pilot disamping unit lainnya, peran ATC sangat besar dalam tercapainya tujuan penerbangan. Semua aktifitas pesawat terbang di dalam area pergerakan diharuskan mendapat izin terlebih dahulu melalui ATC, yang nantinya ATC akan memberikan informasi, instruksi, clearance/izin kepada Pilot sehingga tercapai tujuan keselamatan penerbangan, semua komunikasi itu dilakukan dengan peralatan yang sesuai dan memenuhi aturan.

Pengertian Air Traffic Control (ATC) (skripsi dan tesis)

Air Traffic Control adalah suatu fasilitas terminal yang menggunakan komunikasi radio, visual signaling, dan perlengkapan lainnya untuk pelayanan ATC kepada pesawat terbang di sekitar Bandar Udara, runway, taxiway, dan area pergerakan lainnya. Menara kontrol memberikan hak kepada pesawat terbang untuk landing dan take off di Bandar Udara yang dikontrol oleh tower. Tower juga memberikan Approach control services.

Karakteristik Pesawat Terbang (skripsi dan tesis)

Untuk melaksanakan perencanaan bandar udara diperlukan data-data dari pesawat terbang (karakteristik) yang harus diketahui (Achmad Zainuddin:1983).

Karakteristik tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Size (Ukuran):
  2. Wing Span (panjang rentang pesawat)

Panjang  rentang pesawat diukur dari ujung kiri sayap sampai kanan sayap pesawat terbang. Ukuran ini mempengaruhi untuk perencanaan dimensi apron.

  1. Fuselage length (panjang badan pesawat):

Panjang badan pesawat diukur dari ujung nose sampai ujung ekor pesawat terbang. Ukuran ini mempengaruhi perencanaan dimensi apron.

  1. Height (tinggi pesawat terbang):

Tinggi pesawat terbang diukur dari muka lapis keras tempat pesawat berdiri sampai bagian tertinggi  dari pesawat terbang (ekor), ukuran ini mempengaruhi jarak apron sampai runway.

  1. Wheel base (jarak roda utama sampai roda depan):

Jarak antara as roda utama depan sampai as roda depan (nose wheel) ukuran ini mempengaruhi lebar taxiway.

  1. Komponen berat pesawat

Berat pesawat penting untuk merencanakan kekutan dari perkerasan (pavements) yang akan dibuat sehingga ditentukan tebal dari pada perkerasan runway, taxiway, dan apron. Beratnya pesawat terbang terdiri dari:

  1. Maximum Ramp Weight (MRW):

Bobot pesawat terbang pada saat start up (menghidupkan mesin) di apron sebelum lepas landas = MTOW + fuel taxing keujung landas pacu.

  1. Maximum Landing Weight (MLW):

Bobot pesawat terbang maximum yang diperkenankan untuk pendaratan (landing) = OWE + reservefuel + payloads

  1. Maximum Take-off Weight (MTOW):

Bobot pesawat terbang maximum yang diperkenankan saat lepas landas  (take-off) = OEW + fuel + reserve fuel + payloads

  1. Operating Empty Weight

Berat pesawat terbang kosong (termasuk air crew)

  1. Maximum Zero Fuel Weight ( MZFW) :

Berat pesawat tanpa bahan bakar = OEW + payloads

  1. Payloads

Payload adalah berat penumpang, bagasi dan cargo. Max payload adalah muatan max yang boleh diangkut oleh pesawat.

Max payload = ZFW – OEW

  1. Berat fuel untuk terbang (haul fuel)
  2. Berat bahan bakar cadangan (reserve fuel)

  1. Capacity (kapasitas)

Dengan mengetahui kapasitas penumpang pesawat kita dapat menentukan terminal building (tempat tunggu para penumpang dan pengantar).

  1. Runway Length (panjang runway)

Panjang runway agar pesawat dapat tinggal landas mempunyai pengaruh besar pada bagian luas daerah yang harus dipenuhi oleh bandar udara.

Komponen –Komponen Lapangan Terbang (skripsi dan tesis)

Lapangan terbang (airport) adalah area daratan atau air yang secara regular digunakan untuk kegitan take off atau landing pesawat udara. Diperlengkapi dengan fasilitas untuk pendaratan, parkir pesawat, perbaikan pesawat,bongkar muat penumpang dan barang, dilengkapi dengan fasilitas keamanan dan terminal building untuk mengakomodasi keperluan penumpang dan barang, dan sebagai tempat perpindahan antar moda transportasi.

Lapangan terbang berfungsi bukan hanya sebagai tempat tinggal landas pesawat namun dalam sistem transportasi udara meliputi kegiatan-kegiatan yang luas dimana didalamnya terdapat arus penumpang dan barang, untuk mendukung semua kegiatan-kegiatan yang berlangsung dalam lapangan terbang tersebut, sangatlah dibutuhkan komponen-komponen lapangan terbang yang sangat memadai dalam arti berfungsi dengan baik. Sistem lapangan terbang terbagi atas dua yaitu sisi udara (Air side) dan sisi darat (Land Side), kedua sistem ini dibatasi oleh terminal. Komponen-komponen dari kedua system lapangan terbang diatas adalah:

  1. Runway (R/W) atau landas pacu
  2. Taxiway (T/W) atau landas hubung
  3. Apron
  4. Terminal building atau gedung terminal
  5. Gudang
  6. Tower atau menara pengontrol
  7. Fasilitas keselamatan (Pemadam Kebakaran)
  8. Utility (Fasilitas listrik, Telepon, dan bahan bakar.

Parameter Kesuksesan Produk (skripsi dan tesis)

Kesuksesan maupun kegagalan produk dapat diketahui melalui berbagai parameter, yang juga manjadi ukuran kinerja perusahaan yang menghasilkan produk tersebut. Griffin dan Page (1993) mengklasifikasikan parameter yang menjadi ukuran kesuksesan dari suatu produk menjadi empat kelompok, antara lain:

  1. Ukuran kepercayaan pelanggan
  2. Tingkat kepercayaan pelanggan
  3. Tingkat kepuasan pelanggan
  4. Memenuhi target market share
  5. Memenuhi target jumlah penjualan
  6. Performa financial
  7. Break-even time
  8. Mencapai target margin
  9. Mencapai target profit
  10. IRR/ROI
  11. Ukuran level produk
  12. Biayapengembangan
  13. Diluncurkan tepat waktu
  14. Memenuhi standar kualitas
  15. Kecepatan untuk memasarkan
  16. Ukuran level perusahaan

Presentase penjualan produk baru

Komponen –Komponen Lapangan Terbang (skripsi dan tesis)

Lapangan terbang (airport) adalah area daratan atau air yang secara regular digunakan untuk kegitan take off atau landing pesawat udara. Diperlengkapi dengan fasilitas untuk pendaratan, parkir pesawat, perbaikan pesawat,bongkar muat penumpang dan barang, dilengkapi dengan fasilitas keamanan dan terminal building untuk mengakomodasi keperluan penumpang dan barang, dan sebagai tempat perpindahan antar moda transportasi.

Lapangan terbang berfungsi bukan hanya sebagai tempat tinggal landas pesawat namun dalam sistem transportasi udara meliputi kegiatan-kegiatan yang luas dimana didalamnya terdapat arus penumpang dan barang, untuk mendukung semua kegiatan-kegiatan yang berlangsung dalam lapangan terbang tersebut, sangatlah dibutuhkan komponen-komponen lapangan terbang yang sangat memadai dalam arti berfungsi dengan baik. Sistem lapangan terbang terbagi atas dua yaitu sisi udara (Air side) dan sisi darat (Land Side), kedua sistem ini dibatasi oleh terminal. Komponen-komponen dari kedua system lapangan terbang diatas adalah:

  1. Runway (R/W) atau landas pacu
  2. Taxiway (T/W) atau landas hubung
  3. Apron
  4. Terminal building atau gedung terminal
  5. Gudang
  6. Tower atau menara pengontrol
  7. Fasilitas keselamatan (Pemadam Kebakaran)
  8. Utility (Fasilitas listrik, Telepon, dan bahan bakar.

Analisis Linier Programing (skripsi dan tesis)

            Linier Programing (LP) merupakan suatu cara untuk menyelesaikan persoalan pengalokasian sumber-sumber yang terbatas diantara beberapa aktivitas yang bersaing dengan cara yang terbaik yang mungkin dilakukan. Satu hal yang menjadi ciri situasi diatas adalah adanya keharusan untuk mengalokasian sumber terhadap aktivitas. Sifat “linier” memberi arti bahwa seluruh fungsi matematis dalam model ini merupakan fungsi yang linier, sedangkan kata “programa” merupakan sinonim untuk perencanaan. Maka Linier Programing juga merupakan perencanaan aktivitas-aktivitas untuk memperoleh suatu hasil yang optimal, yaitu suatu hasil yang mencapai tujuan terbaik diantara seluruh alternatif yang fisibel (Ali Parkhan dan Zainal Mustafa, 2000).

  1. Formulasi dan bentuk umum linier programming

            Dalam model LP dikenal dua macam fungsi, yaitu: fungsi tujuan dan fungsi batasan. Fungsi tujuan adalah fungsi yang menggambarkan tujuan/sasaran yang berkaitan dengan pengaturan secara optimal sumber daya-sumber daya, untuk memperoleh keuntungan maksimal atau biaya minimal. Sedangkan fungsi batasan merupakan bentuk penyajian secara matematis batasan-batasan kapasitas yang tersedia yang akan dialokasikan secara optimal ke berbagai kegiatan.

            Masalah keputusan yang sering dihadapi adalah alokasi optimum sumber daya terbatas yang ditunjukkan sebagai maksimasi keuntungan atau minimasi biaya. Setelah masalah diidentifikasi, tujuan/sasaran yang ingin dicapai ditetapkan, langkah selanjutnya adalah formulasi model matematis yang meliputi tiga tahap berikut :

  1.  Menentukan variabel keputusan (unsur-unsur dalam persoalan yang dapat dikendalikan)
  2. Membentuk fungsi tujuan yang ditunjukkan sebagai suatu hubungan linier dari variabel keputusan.
  3.  Menentukan batasan masalah

            Dalam pembahasan model Linier Programing digunakan simbol-simbol sebagai berikut:

m      : macam batasan-batasan sumber atau fasilitas yang tersedia

n       : macam kegiatan yang menggunakan sumber atau fasilitas tersebut

i        : nomor setiap macam sumber atau fasilitas yang tersedia (i: 1,2,3,…n)

j        : nomor setiap macam kegiatan yang menggunakan sumber atau fasilitas yang tersedia (j: 1,2,…n)

Xj     : tingkat kegiatan ke j (j: 1,2,…n)

aij      : banyak sumber i yang diperlukan untuk menghasilkan setiap unit keluaran atau output kegiatan (i: 1,2,3,…m) dan (j: 1,2,…n)

bi      : banyak sumber i yang tersedia untuk dialokasikan kesetiap unit kegiatan (i: 1,2,3,…m)

Z       : nilai yang dioptimalkan (maksimum atau minimum)

Ci      : kenaikan nilai Z apabila ada pertambahan tingkat kegiatan (Xj)

            Dengan satu satuan (unit) atau merupakan sumbangan setiap satuan keluaran kegiatan terhadap nilai Z. Keseluruhan simbol-simbol diatas saelanjutnya disusun kedalam bentuk tabel standart LP seperti pada table dibawah ini :

Kegiatan Sumber Pemakaian sumber per unit kegiatan

1         2         3         4      .    .    .     n

Kapasitas sumber
1

2

3

.

.

.

M

   a11      a12      a13     a14     .    .    .    n1n

a21         a22      a23     a24     .    .    .    n2n

    a31      a32      a33     a34     .    .    .    a3n

.          .         .        .       .     .    .      .

.         .          .        .       .      .    .      .

.         .          .        .       .      .     .     .

am1   am2   am3    am4   .      .     . amn  

 

b1

b2

b3

.

.

.

bm

Z pertambahan tiap

unit tingkat kegiatan

 

C1      C2      C3     C4    .       .    .    Cn

 

X1      X2       X3      X4    .     .     .     Xn

 

Tabel 2.1. Tabel data untuk model linier Programing

            Atas dasar tabel diatas kemudian dapat disusun model matematis yang dapat digunakan untuk mengemukakan suatu permasalahan LP sebagai berikut :

Ø   Fungsi Tujuan

Maksimum (minimum) Z = C1X1+C2X2+C3X3+C4X4+…+CnXn

Ø   Batasan-batasan

a11X1+a12X2+a13X3+a14X4+……+a1nXn  (  ) b1

a21X1+a22X2+a23X3+a24X4+…   +a2nXn   (  )  b2

.

.

.

Am1X1+am2X2+am3X3+am4X4+…..+amnXn  ( )  bm

            Asumsi-asumsi dalam linier programming

  1. 1.  Propotionality

                           Asumsi ini berarti bahwa naik turunnya nilai Z dan penggunaan sumber daya yang tersedia akan berubah secara sebanding  (proporsional) dengan perubahan tingkat kegiatan.

  1.  Addivity

                           Asumsi ini berarti bahwa nilai tujuan tiap kegiatan tidak saling mempengaruhi atau dianggap bahwa kenaikan dari fungsi tujuan (Z) yang diakibatkan oleh kenaikan suatu kegiatan dapat ditambah tanpa mempengaruhi bagian nilai Z yang diperoleh dari kegiatan lain.

  1. 3.  Divisibility

                           Asumsi ini menyatakan bahwa keluaran (output) yang dihasilkan oleh setiap kegiatan dapat berupa bilangan pecahan.

  1. 4.  Deternimistic (Certainty)

                           Asumsi ini menyatakan  bahwa semua parameter yang terdapat dalam model LP dapat diperkirakan dengan pasti meskipun jarang dengan tepat.

  1. Metode penyelesaian linier programming
  2.   Metode Grafis

               Metode ini digunakan apabila variable model LP yang ada tidak melebihi dua variabel atau yang berdimensi 2 x n atau m x 2.

  1.   Metode Simpleks

               Apabila suatu masalah LP melibatkan lebih dari dua kegiatan maka metode grafik tidak dapat digunakan dalam menentukan kombinasi optimal. Untuk itu digunakan metode simpleks.

               Metode simpleks digunakan untuk menyelesaikan permasalahan optimasi kombinasi dalam perusahaan yang mempunyai lebih dari dua variabel. Penyelesaian optimasi kombinasi disini akan dilakukan secara bertahap, yaitu dengan melihat kemungkinan penyelesaian pada masing-masing kombinasi yang berada pada daerah yang memenuhi syarat, sehingga sampai dengan didapatkannya posisi kombinasi yang paling optimal.

  1. Analisis sensitivitas

            Analisis sensifitas bertujuan untuk menghindari perhitungan-perhitungan ulang bila terjadi perubahan satu atau beberapa koefisien model LP pada saat penyelesaian optimal telah tercapai dan bagaimana pengaruh perubahan tersebut terhadap kondisi optimal.

            Secara umum, perubahan-perubahan tersebut akan mengakibatkan salah satu diantaranya ;

  1. Penyelesaian optimal tidak berubah, artinya baik variabel-variabel dasar maupun nilai-nilainya tidak mengalami perubahan.
  2. Variabel-variabel dasar mengalami perubahan, tetapi nilai-nilainya tidak berubah.
  3. Penyelesaian optimal sama sekali tidak berubah.

Tujuan dan segenap keterbatasannya harus dapat dinyatakan sebagai persamaan atau ketidaksamaan matematika dan harus ada kesamaan atau ketidaksamaan linier.

Penggolongan biaya (skripsi dan tesis)

           Penggolongan adalah proses pengelompokan secara sistematis atas keseluruhan elemen yang ada ke dalam golongan-golongan tertentu yang lebih ringkas untuk dapat memberikan informasi yang lebih punya arti atau lebih penting. Berikut ini merupakan penggolongan biaya yang sering dilakukan, antara lain :

  1. Penggolongan biaya berdasarkan fungsi pokok dari kegiatan/aktivitas perusahaan.
  2. Biaya produksi, yaitu semua biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi atau kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk selesai. Biaya produksi dapat digolongkan kedalam :
  3. Biaya bahan baku, yaitu harga perolehan dari bahan   baku yang dipakai dalam pengolahan produk.
  4. Biaya tenaga kerja langsung, yaitu balas jasa yang  diberikan oleh perusahaan kepada semua karyawan.
  5. Biaya overhead pabrik, yaitu biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, yang elemennya dapat digolongkan kedalam:

Ø  Biaya bahan penolong

Ø  Biaya tenaga kerja tidak langsung

Ø  Penyusutan aktiva tetap pabrik

Ø  Biaya listrik dan air

Ø  Biaya asuransi pabrik

Ø  Biaya overhead lain-lain

  1. Biaya pemasaran, yaitu biaya dalam rangka penjualan produk selesai sampai dengan pengumpulan piutang kas. Biaya ini meliputi: fungsi penjualan, fungsi penggudangan produk selesai dan lain-lain.
  2. Biaya administrasi dan umum, yaitu semua biaya yang berhubungan dengan fungsi administrasi dan umum, meliputi : gaji pimpinan, personalia, sekertariat, akuntansi, hubungan masyarakat, keamanan dan sebagainya.
  3. Biaya keuangan, yaitu biaya yang terjadi dalam melaksanakan fungsi keuangan, misalnya biaya bunga.
  4.  Penggolongan biaya berdasarkan aktivitas atau kegiatan atau volume
  5. Variable cost

      Variable cost merupakan jenis biaya yang selalu berubah sesuai dengan volume kegiatan, semakin besar volume kegiatan maka semakin tinggi jumlah total biaya variable dan semakin rendah volume kegiatan maka semakin rendah jumlah total biaya variabel.

  1. Fixed cost

      Fixed cost merupakan biaya yang jumlah totalnya tetap konstan tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan atau aktivitas sampai dengan tingkatan tertentu.

  1. Semi variable cost

      Semi variable cost merupakan jenis biaya yang sebagian variabel dan sebagian fixed, yang terkadang disebut semi fixed cost. Biaya semi variable merupakan biaya yang jumlah totalnya akan berubah sesuai dengan perubahan volume kegiatan, akan tetapi sifat perubahannya tidak sebanding.

2.2.2. Hubungan antara produksi dan biaya

            Untuk mengetahui adanya hubungan antara produksi dan biaya diperlukan suatu metode analisa biaya. Analisa biaya dimaksudkan untuk mencari berapa besarnya margin kontribusi dari masing-masing jenis produk yang diteliti. Data yang diperlukan yaitu mengenai biaya variabel produk, seperti : biaya bahan baku, upah tenaga kerja dan biaya-biaya overhead pabrik (Johannes Supranto, 1998).

            Dari analisa biaya ini dihasilkan harga pokok produksi tiap produk sehingga dapat diketahui margin kontribusi per satuan produk, yaitu dengan mengurangkan harga jual per satuan unit produk dengan harga pokok produksi per satuan unit produk.

Manajemen produksi dan operasi (skripsi dan tesis)

            Produksi sering digunakan dalam suatu operasi yang menghasilkan output, baik barang maupun jasa. Produksi adalah kegiatan atau proses yang mentransformasikan masukan (input) menjadi hasil (output). Jadi didalam pengertian produksi dan operasi tercakup proses yang merubah masukan (input) dan menggunakan sumber-sumber daya untuk menghasilkan keluaran (output) baik barang maupun jasa (Assuari, 1993).

            Menurut (Assauri, 1993) pengertian produksi dan operasi dalam ekonomi adalah kegiatan yang berhubungan dengan usaha untuk menciptakan dan menambah kegunaan suatu barang atau jasa. Kegunaan/utilitas dibedakan karena bentuk, tempat, waktu dan pemilikan, sehingga produksi dan operasi adalah penambahan atau penciptaan kegunaan karena bentuk dan tempat, sehingga perlu faktor-faktor produksi. Faktor produksi terdiri dari tanah, modal, tenaga kerja, ketrampilan manajerial, ketrampilan teknis dan teknologi. Faktor produksi sebagai input dalam proses produksi terdiri dari bahan, peralatan mesin, manusia (tenaga kerja dan skill) metode kerja dan dana.

            Pendapat Bambang Tri Cahyono (1996) manajemen adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan dengan menggunakan atau mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan orang lain. Disini ada tiga unsur penting yaitu adanya orang yang lebih dari satu dan adanya tujuan yang ingin dicapai dan orang yang bertanggung jawab akan tercapainya tujuan tersebut.

            Pengertian manajemen ada kaitannya dengan pengertian organisasi. Organisasi adalah alat untuk mencapai tujuan dalam manajemen. Manajemen produksi adalah suatu proses manajemen yang diterapkan dalam bidang produksi di dalam produksi. Manajemen produksi merupakan suatu kegiatan untuk mengadakan pengorganisasian, perencanaan, pengarahan, pengkoordinasian, pengawasan dan pengendalian produksi. Kegiatan produksi saling berkaitan satu dengan yang lainnya, baik pada bagian pemasaran, bagian pengadaan bahan baku, bagian personalia, bagian keuangan, maupun bagian-bagian lainnya (Agus Ahyari, 1995).

Akurasi dan kontrol peramalan (skripsi dan tesis)

            Jika beberapa model cocok untuk kondisi tertentu maka perlu ditentukan model terbaik (tidak bebas) atau jika hanya terdapat satu model yang cocok, maka perlu model lain sebagai pembanding untuk melihat keefektifan model tersebut. Proses ini disebut dengan kesalahan peramalan. Kesalahan peramalan pada periode t adalah selisih dari data aktual dan hasil perhitungan

            Kualitas hasil peramalan yang disusun sangat ditentukan oleh proses pelaksanaan penyusunannya. Peramalan yang baik adalah peramalan yang dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah atau prosedur penyusunan yang baik. Pada dasarnya ada empat langkah yang penting, yaitu :

  1. Mengumpulkan data, tahap ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data masa lalu sesuai kebutuhan.
  2. Memplotkan data, tahap ini dilakukan  apabila data yang dibutuhkan sudah lengkap, kemudian diplotkan dengan maksud untuk mengetahui pola data masa lalu untuk peramalan periode berikutnya.
  3. Menentukan beberapa metode peramalan, tahap ini dilakukan alternatif metode peramalan yang akan digunakan sesuai pola data masa lalu.
  4. Menentukan metode peramalan data yang representatif, tahap ini dilakukan penentuan metode yang representatif dari beberapa metode peramalan yang dipilih sesuai dengan pola data dari peramalan masa lalu. Parameter yang digunakan yaitu dengan cara mencari nilai kesalahan yang terkecil. Metode peramalan yang baik adalah metode yang memberikan penyimpangan antara hasil peramalan dengan nilai kenyataan sekecil mungkin.

Teknik-teknik peramalan data deret berkala (skripsi dan tesis)

            Model-model peramalan yang digunakan dalam peramalan time series sebagai berikut :

  1. Rata-rata (simple average )

  Metode rata-rata secara sederhana menghitung rataan dari data yang tersedia ( sejumlah T).

Metode sederhana ini cocok jika data-datanya tidak memiliki  trend dan tidak mengandung faktor musiman.

  1. Weighted moving average

Istilah moving average menggambarkan prosedur jika ada data baru, rata-rata baru dapat dihitung dan data yang baru dihapus. Karakteristik moving average yaitu peramalan dipengaruhi T periode masa lalu dan jumlah data tiap waktu tetap

        Nilai default dari setiap weight 1/m

  1. Moving average with linier trend

Metode ini akan efektif jika trend linier dan faktor random error tidak besar, persamaan dari metode tersebut adalah

  1. Single exponential smooting

Peramalan single exponential smooting dihitung berdasar hasil peramalan ditambah dengan peramalan periode sebelumnya.

Kesalahan peramalan sebelumnya digunakan untuk mengoreksi peramalan berikutnya.

Semakin besar , smooting yang dilakukan semakin kecil, sebaliknya semakin kecil , smooting yang dilakukan semakin besar. Masalah yang dihadapi dalam melakukan peramalan dengan metode ini adalah mencari a optimum, karena akan memberi MSE, MAPE atau pengukuran lainnya minimum.

  1. Single exponential smooting with linier trend
  2. Double exponential smooting

Untuk linier regresi, TESC mengandung solusi untuk model linier sebagai berikut :

       Dimana Y adalah parameter dependen, X adalah variable independent, bo,….adalah parameter regresi dan e adalah random

  1. Winter’s model

                Dalam metode ini, jika tidak diberikan input faktor seasonal, maka default dari faktor seasonal akan melakukan setting  inisialisasi dengan mengikuti nilai :

               Kesalahan peramalan pada periode t adalah selisis dari data aktual  A (t) hasil peramalan f (t).

Faktor-faktor yang mempengaruhi volume produksi (skripsi dan tesis)

Suatu perusahaan memerlukan sumber daya yang akan digunakan untuk memproduksi barang. Sumber daya tersebut berupa bahan mentah, bahan pendukung, mesin-mesin, tenaga kerja, peralatan pendukung dan lain-lain. Tiap-tiap perusahaan tentu saja akan mempunyai jumlah dan jenis sumber-sumber produksi yang berbeda satu sama lain.

Faktor yang menjadi kendala dalam proses produksi yang mempengaruhi penentuan volume produksi dan tingkat kombinasi produksi optimal antara lain :

  1. Kapasitas bahan baku

Dengan tersedianya bahan baku dalam perusahaan, maka perusahaan dapat melakukan produksi dan besarnya jumlah kapasitas bahan baku dapat mempengaruhi tingkat produksi yang optimal. Apabila kapasitas bahan baku yang tersedia cukup besar, maka perusahaan dapat memperoleh luas produksi yang lebih besar pula. Sebaliknya apabila jumlah kapasitas bahan baku yang tersedia relatif kecil maka perusahaan akan memperoleh luas produksi yang lebih kecil pula.

  1. Kapasitas mesin

Kapasitas mesin yang dimiliki oleh perusahaan dapat mempengaruhi jumlah output yang dihasilkan selama produksi. Meskipun bahan baku yang tersedia cukup besar jumlahnya, namun apabila kapasitas mesin yang tersedia kurang mencukupi untuk memproses bahan baku tersebut, maka tingkat output yang dihasilkannya pun relatif kecil.

  1. Jumlah tenaga kerja

Tersedianya tenaga kerja dalam perusahaan sangat diperlukan guna pelaksanaan produksi, karena tenaga kerja yang tersedia baik jumlah maupun mutunya sangat menentukan luas perusahaan dalam suatu perusahaan. Perusahaan tidak mungkin melakukan proses produksi melebihi dari kemampuan jumlah tenaga kerja yang dimilikinya.

  1.  Batasan permintaan

Batasan permintaan merupakan dasar pedoman bagi  perusahaan untuk menentukan luas produksi. Dalam hal ini, batasan permintaan ditentukan melalui peramalan dengan menggunakan data produksi sebelumnya yang diolah dengan bantuan program Q.S 3.0. Dalam melakukan perhitungan peramalan tersebut , terdapat sepuluh metode yang dapat digunakan kemudian akan dicari MAD terkecil. Peramalan adalah suatu perkiraan atau dugaan suatu peristiwa/kejadian pada masa yang akan datang sebagai bagian dari integral aktivitas pengambilan keputusan. Dalam melakukan peramalan dapat dilakukan dengan dua teknik, yaitu metode kuantitatif dan metode kualitatif.

Metode kuantitatif meliputi metode deret berkala ( time series ) dan metode kausal. Yang mana metode time series memprediksi masa yang akan datang berdasarkan data masa lalu untuk menentukan pola masa lalu dan mengekstrapolasi pola tersebut untuk masa yang akan datang. Sedangkan metode kausal mengasumsikan faktor yang diramal memiliki hubungan sebab akibat terhadap beberapa variable independent, sehingga pada akhirnya dapat menentukan hubungan antar faktor dan menggunakan hubungan tersebut untuk meramal nilai-nilai variable independent.

Metode time series menggambarkan berbagai gerakan yang terjadi pada sederetan data pada waktu tertentu. Langkah penting dalam memilih metode time series adalah dengan mempertimbangkan jenis pola data. Pola data dapat dibedakan menjadi empat jenis siklus dan trend (Makridarkis dan Wheelwright, 1983), yaitu :

  1. Pola horizontal, terjadi bilamana nilai data berfluktuasi disekitar nilai rata-rata konstan. Contoh, suatu produk yang permintaannya tidak meningkat atau menurun selama waktu tertentu.
  2. Pola musiman, terjadi bilamana suatu deret dipengaruhi oleh faktor musiman. Contoh permintaan es krim, jas hujan, dan lain sebagainya.
  3. Pola silkus, terjadi bilamana datanya dipengaruhi oleh fluktuasi ekonomi jangka panjang seperti siklus bisnis.
  4. Pola trend, terjadi bilaman terdapat kenaikan atau penurunan sekuler jangka panjang dalam data.

            Dilihat dari sifat penyusunnya peramalan dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu :

  1. Peramalan subyektif, peramalan yang didasarkan pada intuisi dari orang yang menggunakannya. Dalam hal ini pandangan orang yang menyusun sangat menentukan baik tidaknya ramalan tersebut.
  2. Peramalan obyektif, terdiri dari dua sebagai berikut :
  3. Peramalan kualitatif, peramalan yang didasarkan pada data kualitatif pada masa yang lalu. Hasil peramalan sangat tergantung pada orang yang menyusunnya karena permasalahan dibuat berdasarkan pemikiran intuisi, pendapat dan pengetahuan serta pengalaman penyusun dan biasanya peramalan kualitatif didasarkan hasil penyelidikan.
  4. Peramalan kuantitatif, peramalan yang didasarkan atas data kuantitatif masa lalu. Hasil peramalan yang dibuat tergantung pada metode yang digunakan dalam peramalan tersebut. Metode yang baik adalah metode yang memberikan nilai penyimpangan terkecil.

Perencanaan produksi (skripsi dan tesis)

Pada dasarnya perencanaan produksi merupakan suatu proses penetapan kapasitas produksi secara keseluruhan guna memenuhi tingkat permintaan yang diperoleh dari peramalan dan pesanan dengan tujuan meminimalkan total biaya produksi.

Perencanaan produksi merupakan masalah apa dan berapa yang harus diproduksi serta bagaimana dan kapan produksi harus dilaksanakan. Didalam beberapa perusahaan mengenai apa yang diproduksi sudah ditentukan oleh alat produksi yang dimiliki, sehingga barang yang diproduksi itu tidaklah mudah untuk diubah-ubah selama jangka waktu tertentu.  Namun begitu ada beberapa perusahaan lain, apa yang harus diproduksi harus ditentukan lebih dahulu ( Agus Ahyari, 1995 ).

Volume produksi adalah suatu ukuran akan berapa banyak barang-barang yang diproduksi oleh suatu perusahaan. Banyaknya barang-barang yang akan diproduksi tidak hanya terhadap satu jenis barang saja, tetapi meliputi banyaknya jenis barang yang dihasilkan. Jadi pengertian volume produksi merupakan ukuran terhadap apa dan berapa banyak barang-barang yang harus diproduksi oleh suatu perusahaan. Semakin banyak barang yang diproduksi, baik jumlah maupun jenisnya, semakin besar volume produksinya (Sirod Hantoro).

Dalam manajemen modern, perencanaan produksi memegang salah satu peranan yang sangat penting. Dunia industri tidak saja dituntut untuk meningkatkan permintaan pasar melalui pemasaran semata-mata namun juga bagaimana menghasilkan produk secara efisien dengan kualitas yang memenuhi harapan konsumen.

Kombinasi Produksi

            Suatu perusahan yang telah menentukan apa yang akan diproduksi, maka perusahaan dapat menentukan mesin-mesin dan peralatan yang akan digunakan untuk proses produksi, dengan adanya berbagai macam mesin dan peralatan yang digunakan maka dapat digunakan untuk memproduksi berbagai macam produk. Perusahaan yang memproduksi barang atau produk lebih dari satu jenis dengan menggunakan mesin, tenaga kerja dan bahan baku yang sama, maka akan timbul masalah kombinasi produksi. Menentukan kombinasi produk adalah menentukan jumlah dan jenis produk yang dihasilkan oleh perusahaan, menghadapi masalah ini seharusnya pihak manajemen harus dapat menentukan jumlah masing-     masing produk sehingga dapat mempergunakan input yang ada dengan sebaik-baiknya serta memperoleh hasil yang optimal ( Akhyari, 1992 ).

Anthropometri (skripsi dan tesis)

Athropometri berasal dari kata antropos yang berarti manusia, dan metrikos yang berarti pengukuran. Sehingga Anthropometri diartikan sebagai suatu ilmu yang secara khusus berkaitan dengan pengukuran tubuh manusia yang digunakan untuk menentukan perbedaan pada individu, kelompok, dan sebagainya (Pheasant, 1988). Menurut Roebuck (1994), anthropometri adalah ilmu yang berkaitan dengan pengukuran dimensi dan cara untuk mengaplikasikan karakteristik tertentu dari tubuh manusia.Perbandingan fungsional individual orang dewasa dan anak-anak dapat diketahui dengan sistem proporsi anthromorfis didasarkan pada dimensi-dimensi tubuh manusia. Salah satu caranya adalah dengan mengukur tubuh dalam berbagai posisi standard dan tidak bergerak (static anthropometry), serta saat melakukan gerakan tertentu yang berkaitan dengan kegiatan yang harus diselesaikan (dynamic anthropometry). Misalnya, perancangan kursi mobil (gerakan mengoperasikan kemudi, pedal, tangkai pemindah gigi). Gerakan yang biasa dilakukan anggota tubuh dapat dibagi dalam bentuk range/rentangan gerakan, kekuatan, ketahanan, kecepatan, dan ketelitian.

Metode Proporsi Athmoromorfis mencari perbandingan-perbandingan yang fungsional. Bukannya perbandingan yang abstrak atau simbolis. Sebagai bukti bahwa perbandingan-perbandingan matematis tertentu menunjukkan harmoni alam (Ching, 1987).

Data anthropometri ini menyajikan informasi mengenai ukuran tubuh manusia, yang dibedakan berdasarkan usia, jenis kelamin, suku bangsa (etnis), posisi tubuh saat beraktivitas, dan sebagainya, serta diklasifikasikan dalam segmen populasi pemakai, perlu diakomodasikan dalam penetapan dimensi ukuran produk desain yang dirancang guna menghasilkan kualitas rancangan yang tailor made dan memenuhi persyaratan fittness for use (Sritomo, 2000).

Evaluasi Ergonomi dalam Perancangan Desain (skripsi dan tesis)

Esensi dasar dari evaluasi ergonomi dalam proses perancangan desain adalah sedini mungkin mencoba memikirkan kepentingan manusia agar bisa terakomodasi dalam setiap kreativitas dan inovasi sebuah ‘man made object’ (Sritomo, 2000). Fokus perhatian dari sebuah kajian ergonomis akan mengarah ke upaya pencapaian sebuah perancanganan desain suatu produk yang memenuhi persyaratan ‘fitting the task to the man’ (Granjean,1982), sehingga setiap rancangan desain harus selalu memikirkan kepentingan manusia, yakni perihal keselamatan, kesehatan, keamanan maupun kenyamanan. Sama seperti yang diungkapkan Sritomo (2000), desain sebelum dipasarkan sebaiknya terlebih dahulu dilakukan kajian/evaluasi/pengujian yang menyangkut berbagai aspek teknis fungsional, maupun kelayakan ekonomis seperti analisis nilai, reliabilitas, evaluasi ergonomis, dan marketing.

Untuk melaksanakan kajian atau evaluasi (pengujian) bahwa desain sudah memenuhi persyaratan ergonomis adalah dengan mempertimbangkan faktor manusia, dalam hal ini ada empat aturan sebagai dasar perancangan desain, yakni :

  1. Memahami bahwa manusia merupakan fokus utama perancangan desain, sehingga hal-hal yang berhubungan dengan struktur anatom (fisiologik) tubuh manusia harus diperhatikan, demikian juga dengan dimensi ukuran tubuh (anthropometri).
  2. Menggunakan prinsip-prinsip kinesiologi dalam perancangan desain (studi mengenai gerakan tubuh manusia dilihat dari aspek biomechanics), tujuannya untuk menghindarkan manusia melakukan gerakan kerja yang tidak sesuai, tidak beraturan dan tidak memenuhi persyaratan efektivitas efisiensi gerakan.
  3. Pertimbangan mengenai kelebihan maupun kekurangan (keterbatasan) yang berkaitan dengan kemampuan fisik yang dimiliki oleh manusia di dalam memberikan respon sebagai kriteria-kriteria yang perlu diperhatikan pengaruhnya dalam perancangan desain.
  4. Mengaplikasikan semua pemahaman yang terkait dengan aspek psikologik manusia sebagai prinsip-prinsip yang mampu memperbaiki motivasi, attitude, moral, kepuasan dan etos kerja.

Selain hal-hal tersebut di atas, unsur lain yang juga penting untuk diperhatikan dalam perancangan adalah hubungan antara lingkungan, manusia, alat-alat atau perangkat kerja, dengan produk fasilitas kerjanya. Satu sama lain saling berinteraksi dan memberi pengaruh signifikan terhadap peningkatan produktivitas, efisiensi, keselamatan, kesehatan, kenyamanan maupun ketenangan orang bekerja sehingga menghindarkan diri dari segala bentuk kesalahan manusiawi (human error) yang berakibat kecelakaan kerja. Lingkungan fisik tempat kerja bagi manusia dipengaruhi antara lain oleh:

1)   Cahaya

Dalam faktor cahaya, kemampuan mata untuk melihat obyek dipengaruhi oleh ukuran obyek, derajat kontras antara obyek dan sekelilingnya, luminensi (brightness), lamanya melihat, serta warna dan tekstur yang memberikan efek psikologis pada manusia. Mata diharapkan memperoleh cahaya yang cukup, pemandangan yang menyenangkan, menenangkan pikiran, tidak silau, dan nyaman. Pencahayaan yang kurang dapat mengakibatkan kelelahan pada mata.

2)   Kebisingan

Aspek yang menentukan tingkat gangguan bunyi terhadap manusia adalah lama waktu bunyi terdengar, intensitas (dalam ukuran desibel/dB, besarnya arus energi per satuan luas), dan frekuensi (dalam Hertz/Hz, jumlah getaran per detik). Usaha-usaha pengurangan kebisingan dapat dilakukan dengan pengurangan kegaduhan pada sumber, pengisolasian peralatan penyebab kebisingan, tata akustik yang baik/ memberikan bahan penyerap suara, memberikan perlengkapan pelindung.

3)   Getaran mekanis

Getaran mekanis dapat diartikan sebagai getaran-getaran yang ditimbulkan oleh alat-alat mekanis. Biasanya gangguan yang dapat ditimbulkan dapat mempengaruhi kondisi bekerja, mempercepat datangnya kelelahan dan menyebabkan timbulnya beberapa penyakit. Besaran getaran ditentukan oleh lama, intensitas, dan frekuensi getaran. Sedangkan anggota tubuh mempunyai frekuensi getaran sendiri sehingga jika frekuensi alami ini beresonansi dengan frekuensi getaran mekanis akan mempengaruhi konsentrasi kerja, mempercepat kelelahan, gangguan pada anggota tubuh seperti mata, syaraf, dan otot.

4)   Temperatur

Temperatur yang terlalu panas akan mengakibatkan cepat timbulnya kelelahan tubuh, sedangkan temperatur yang terlalu dingin membuat gairah kerja menurun. Kemampuan adaptasi manusia dengan temperatur luar adalah jika perubahan temperatur luar tersebut tidak melebihi 20 % untuk kondisi panas dan 35 % untuk kondisi dingin (dari keadaan normal tubuh). Dalam kondisi normal, temperatur tiap anggota tubuh berbeda-beda. Tubuh manusia bisa menyesuaikan diri karena kemampuannya untuk melakukan proses konveksi, radiasi dan penguapan.Produktivitas manusia paling tinggi pada suhu 24 – 27° C.

5)   Kelembaban

Kelembaban diartikan sebagai banyaknya air yang terkandung dalam udara, biasanya dinyatakan dalam persentase. Jika udara panas dan kelembaban tinggi, terjadi pengurangan panas dari tubuh secara besar-besaran dan denyut jantung makin cepat.

6)   Warna.

Permainan warna dalam desain memberi dampak psikologis bagi pengamat dan pemakainya, misalnya warna merah memberi kesan merangsang, kuning memberi kesan luas dan terang, hijau atau biru memberi suasana sejuk dan segar, gelap memberi kesan sempit, permainan warna-warna terang memberi kesan luas.

Selain hal-hal tersebut di atas, kemampuan untuk meningkatkan produktivitas kerja manusia dipengaruhi pula oleh sikap, gerakan, aktivitas, struktur fisik tubuh manusia,struktur tulang, otot rangka, sistem saraf dan proses metabolisme. Sikap yang tidak tepat menyebabkan gangguan, stress, rasa malas bekerja, ketidaknyamanan dan kelelahan (kelelahan pada seluruh tubuh, mental, urat syaraf, bahkan menyebabkan rasa sakit dan kelainan pada struktur tubuh manusia.

Aktivitas kerja manusia, baik fisik maupun mental mempunyai tingkat intensitas yang berbeda. Intensitas tinggi berarti energi tinggi, intensitas rendah berarti energi rendah. Mengeluarkan energi dalam jumlah besar untuk periode yang lama bisa menimbulkan kelelahan fisik dan mental, sedangkan kelelahan mental lebih berbahaya dan kadang-kadang menimbulkan kesalahan-kesalahan kerja yang serius. Selain itu, posisi tubuh yang tidak alami atau sikap yang dipaksakan berakibat pada pengurangan produktivitas manusia, hal ini berkaitan dengan dengan sejumlah tenaga yang harus dikeluarkan akibat beban tambahan.

Bagas (2000) mengatakan, apabila antara manusia (pemakai) dan kondisi hasil desain yang sifatnya fisik atau mekanismenya tidak aman, itu berarti terjadi ketidakmampuan pelaksanaan fungsi secara baik, sehingga berakibat pada kesalahan manusiawi (human errors), kegagalan akhir pada desain yang tidak baik, kesulitan dalam produksi, kegagalan produk, bahkan menimbulkan kecelakaan kerja. Hal yang sama diungkapkan oleh Cormick dan Sanders (1992) ‘ it is easier to bend metal than twist arms’, yang bisa diartikan merancang produk untuk mencegah terjadinya kesalahan akan jauh lebih mudah bila dibandingkan mengharapkan orang atau operator jangan sampai melakukan kesalahan pada saat mengoperasionalkan produk tersebut. Memperhatikan hal tersebut, diperlukan pengetahuan dan penyelidikan tentang ketepatan atau kepresisian, kesesuaian, kesehatan, keselamatan, keamanan dan kenyamanan manusia dalam bekerja.

Faktor perbedaan ukuran atau postur dan berat badan manusia, kebiasan, perilaku, sikap manusia dalam beraktivitas, serta kondisi lingkungan juga memerlukan penyelidikan lebih lanjut. Faktor-faktor yang mempengaruhi ukuran tubuh manusia antara lain umur, jenis kelamin (dimensi tubuh laki-laki umumnya lebih besar dari wanita), suku bangsa, dan posisi tubuh. Sedangkan dalam perancangan desain, pertimbangan ergonomi yang nyata dalam aplikasinya untuk mendapatkan data ukuran tubuh yang akurat menggunakan pengukuran anthropometri

(a)  Normal (Kelenturan normal/alami, tidak ada tekanan pada cakram tulang belakang

(b)  Kifosis (tulang punggung terlalu bengkok kebelakang, cakram terjepit),

(c)  Lordosis (tulang punggung bengkok ke depan, cakram terjepit),

(d)  Skoliosis (tulang punggung bengkok ke kiri dan kanan, cakram terjepit)