Kapasitas Runway Yang Tidak Dikaitkan Dengan Penundaan (skripsi dan tesis)

  

          Kapasitas seperti didefinisikan disini menyatakan kemampuan fisis maksimum suatu sistem runway untuk mengelola pesawat terbang. Kapasitas ini adalah laju operasi pesawat terbang maksimum atau ultimit untuk sekumpulan kondisi tertentu, dan bebas dari tingkat penundaan pesawat terbang rata-rata. Kenyataanya, telah ditunjukan bahwa apabila volume lalu lintas mencapai kapasitas per jam, penundaan pesawat terbang rata-rata dapat berkisar dari 2 menit sampai 10 menit. Oleh sebab itu, untuk kondisi-kondisi tertentu yang sama, nilai-nilai kapasitas dalam cara ini cenderung sedikit lebih tinggi daripada yang didapatkan dengan cara sebelumnya.

          Penundaan tergantung pada kapasitas maupun pada besar, sifat, dan pola permintaan. Penundaan dapat terjadi sekalipun pada permintaan yang dirata-ratakan selama satu jam kurang dari kapasitas per jam. Penundaan seperti itu terjadi karena permintaan berfluktuasi dalam satu jam sehingga, selama jangka waktu yang lebih singkat, permintaan adalah lebih besar dari kapasitas.

          Apabila besar, sifat dan pola permintaan adalah tetap, maka penundaan hanya dapat dikurangi dengan peningkatan kapasitas. Sebaliknya, apabila permintaan dapat diubah untuk menghasilkan pola permintaan yanglebih seragam, maka penundaan dapat dikurangi tanpa meningkatkan kapasitas. Jadi, pendugaan kapasitas merupakan suatu langkah terpadu dalam menentukan penundaan pesawat terbang.

  1. Perumusan Matematis Kapasitas Jenuh Atau Ultimit

Tipe-tipe model ini menentukan jumlah operasi pesawat terbang maksimum yang dapat ditampung oleh suatu sistem runway dalam jangka waktu tertentu ketika terdapat permintaan pelayanan yang berkesinambungan. Dalam model-model tersebut, kapasitas adalah sama dengan kebalikan waktu pelayanan rata-rata terboboti dari seluruh pesawat terbang yang dilayani. Sebagai contoh, apabila waktu pelayanan rata-rata terboboti adalah 90 detik, kapasitas landasan pacu adalah 1 operasi setiap 90 detik atau 40 operasi setiap 1 jam. Model tersebut memperlakukan jalur pendekatan umum menuju runway bersama-sama dengan runway sebagai sistem runway. Waktu pelayanan runway didefinisikan sebagai pemisahan di udara yang dinyatakan dengan waktu ataupun waktu pemakaian runway, di ambil yang lebih besar.

  1. Pengembangan Model Untuk Kedatangan Saja

Kapasitas suatu sistem runway yang hanya digunakan  untuk melayani pesawat yang datang dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:

  1. Campuran pesawat terbang, yang biasanya diberik karakter oleh golongan pesawat ke dalam beberapa kelas menurut kecepatan mendekati runway (approach speed)
  2. Kecepatan mendekati runway dari berbagai kelas pesawat terbang
  3. Panjang jalur pendekatan ke landasan dari jalur masuk (entry) atau gerbang ILS ke ambang runway
  4. Aturan-atursn jarak pisah lalu lintas udara minimum atau jarak pisah yang diamati praktis apabila tidak ada peraturan
  5. Besarnya kesalahan dalam waktu kedatangan di gerbang dan kesalahan kecepatan pada jalur pendeketan umum ke runway
  6. Probabilitas tertentu dari pelanggaran terhadap jarak pisah lalu lintas udara minimum yang dapat diterima
  7. Waktu pemakaian runway purata (mean) berbagai kelas pesawat dalam campuran dan besarnya pencaran (dispersion) dalam waktu purata tersebut
  8. Keadaan Bebas Kesalahan

Dengan ketepatan yang sedikit berkurang dan untuk membuat perhitungan lebih mudah, pesawat terbang dikelompokan ke dalam beberapa kelas kecepatan(speed) yang berbedaVi , Vj dan seterusnya. Untuk mendapatkan waktu pelayanan terboboti untuk kedatangan adalah perlu untuk merumuskan matriks selang waktu di antara kedatangan pesawat di ambang runway. Dengan memperoleh matriks ini dan persentase berbagai kelas dalam campuran pesawat, waktu pelayanan terboboti dapat dihitung. Kebalikan waktu pelayanan terboboti adalah kapasitas runway. Misalkan matriks bebas kesalahan adalah [Mij], selang waktu minimum di ambang runway untuk pesawat terbang dengan kelas kecepatani yang diikuti pesawat kelas j, dan misalkan persentase pesawat kelas i dalam campuran adalah pi , dan pesawat kelas j adalah pj,

     Untuk mendapatkan antar kedatangan di ambang runway, adalah perlu untuk mengetahui apakah kecepatan pesawat yang di depan Vi, adalah lebih besar atau lebih kecil dari kecepatanVj pesawat di belakangnya, karena pemisahan di ambang runway akan berbeda dalam setiap keadaan.

γ      =     panjang jalur pendekatan umum ke runway

δij     =     jarak pisah minimum yang diperbolehkan di antara dua pesawat yang datang, pesawat i di depan dan pesawat j di belakang, disembarang tempat di sepanjang jalur pendekatan umum ini

Vi    =     kecepatan saat mendekati runway dari pesawat di depan dari kelas i

Vj    =     kecepatan saat mendekati runway dari pesawat di depan dari kelas j

R1   =     waktu pemakaian runway dari pesawat di depan dari kelas i

 

  1. Keadaan Merapat (Vi< Vj)

Ambil keadaan dimana kecepatanmendekati runway dari pesawat yang berada didepan adalah lebih besar daripada kecepatan dibelakangnya. Pemisahan waktu minimum di ambang runway dapat dinyatakan dalam jarak δij dan kecepatan pesawat yang berada dibelakang, Vj. Meskipun demikian apabila waktu pemakaian runway dari kedatangan Ri adalah lebih besar dari pemisahan di udara, maka ia menjadi pemisahan minimum di ambang runway.

  1. Keadaan merenggang (Vi< Vj)

Untuk keadaan dimana kecepatan pada saat mendekati landasan dari pesawat yang berada di depan adalah lebih besar daripada kecepatan pesawat di belakangnya, pemisahan waktu minimum di ambang runway dapat dinyatakan dalam jarak δij. Panjang jalur pendekatan umum ke runwayγ dan kecepatan pada saat mendekati runway Vdan Vdari pesawat di depan dan belakang. Hal ini bersesuaian dengan jarak pemisahan jarak minimum δijdi sepanjang jalur pendekatan umum ke runway, yang sekarang terjadi di jalur masuk (entry gate) dan bukannya di ambang landasan.

Harus diperhatikan benar-benar bahwa satu-satunya perbedaan di antara persamaan di atas adalah terletak pada suku pertama persamaan tersebut, dimanaVi dan Vj saling dipertukarkan.