Fungsi Pemeriksaan dan Perawatan(skripsi dan tesis)

Menurut pendapat Agus Ahyari, (2002) fungsi pemeliharaan adalah agar dapat memperpanjang umur ekonomis dari mesin dan peralatan produksi yang ada serta mengusahakan agar mesin dan peralatan produksi tersebut selalu dalam keadaan optimal dan siap pakai untuk pelaksanaan proses produksi. Keuntungan-keuntungan yang akan diperoleh dengan adanya pemeliharaan yang baik terhadap mesin, adalah sebagai berikut :

  1. Mesin dan peralatan produksi yang ada dalam perusahaan yang bersangkutan akan dapat dipergunakan dalam jangka waktu panjang,
  2. Pelaksanaan proses produksi dalam perusahaan yang bersangkutan berjalan dengan lancar,
  3. Dapat menghindarkan diri atau dapat menekan sekecil mungkin terdapatnya kemungkinan kerusakan-kerusakan berat dari mesin dan peralatan produksi selama proses produksi berjalan,
  4. Peralatan produksi yang digunakan dapat berjalan stabil dan baik, maka proses dan pengendalian kualitas proses harus dilaksanakan dengan baik pula,
  5. Dapat dihindarkannya kerusakan-kerusakan total dari mesin dan peralatan produksi yang digunakan,
  6. Apabila mesin dan peralatan produksi berjalan dengan baik, maka penyerapan bahan baku dapat berjalan normal,
  7. Dengan adanya kelancaran penggunaan mesin dan peralatan produksi dalam perusahaan, maka pembebanan mesin dan peralatan produksi yang ada semakin baik.

Faktor  yang diperlukan untuk melakukan analisis suatu mesin adalah laju kerusakan atau kegagalan (failure rate) alat pada setiap saat selama masa operasinya. Analisa kerusakan mesin dapat dibagi dalam dua cara, yaitu :

  1. Cara Teknikal

Analisis kerusakan dengan teknikal adalah dengan menentukan sebab-sebab     kerusakan berdasarkan aspek-aspek teknik dari peralatan.

  1. Cara Statistikal

Analisis kerusakan dengan cara statistikal adalah menekankan pada ketergantungan mekanisme kerusakan terhadap waktu tanpa memperhatikan sebab-sebab kerusakan peralatan.

Dari pengalaman maupun percobaan diketahui analisis laju kerusakan suatu produk mengikuti suatu pola dasar atau Bath Up Curve, yaitu kurva yang membagi masa pakai suatu produk menjadi tiga periode waktu atau fase.

 Dalam bukunya Mulyadi (2002) disebutkan bahwa masa pemakaian produk dapat dibagi dalam tiga bagian (daerah) yaitu:

  1. Daerah A : Periode kegagalan awal (Early Failures)

Periode  awal (Burn-in) ini ditandai dengan fungsi kegagalan yang tinggi, yang mempunyai arti bahwa laju kerusakan tersebut menurun sejalan dengan bertambahnya waktu operasi. Hal tersebut disebabkan antara lain karena :

1)        Teknik pengendalian kualitas yang tidak baik

2)        Beragamnya produk

3)        Pemasangan komponen yang tidak baik atau tepat

4)        Kesalahan set-up

5)        Performansi kerja yang kurang cermat

6)        Metode inspeksi yang kurang baik

Kegagalan awal dapat dihitung dengan melakukan pengujian meliputi pengawasan terhadap karakteristik dari suatu sistem selama beberapa waktu dengan mensimulasi kondisi dari penggunaan yang sebenarnya.

  1. Daerah B : Periode kegagalan acak atau umur pakai yang berguna

Periode ini menunjukkan dengan fungsi kegagalan yang rendah, ini    suatu pertanda bahwa laju kerusakan relatif konstan (antara T B & T w) walaupun umur pakai peralatan bertambah dan mungkin kerusakan peralatan pada setiap saat adalah sama. Kerusakan pada fase ini dikenal dengan kerusakan acak yang dikarenakan oleh:

1)        Kesalahan pemakaian, diantaranya pembebanan di luar  kemampuannya.

2)        Kerusakan yang tidak dapat terdeteksi oleh teknik pemeriksaan yang ada dari penyebab-penyebab yang tidak dapat dicari alasannya.

  1. Daerah C : Fase pengoprasian alat melebihi umur pakai (wear out)

Fase ini ditandai dengan meningkatkan fungsi kegagalan yang berarti bahwa laju kerusakan bertambah sesuai dengan pertambahan umur pemakaian peralatan. Kegagalan terjadi apabila sistem tidak dipelihara dengan baik dan frekuensi kegagalan menjadi meningkat dengan pesat.

Secara umum kegagalan ini tidak  dapat dihilangkan secara keseluruhan tetapi dapat ditunda selama beberapa waktu dengan melaksanakan kegiatan preventif pada jangka waktu tertentu. Apabila suatu alat telah memasuki fase ini, maka harus dilakukan perawatan pencegahan untuk mengurangi kemungkinan kerusakan yang lebih fatal di masa yang akan datang.

Beberapa penyebab kerusakan selama fase ini diantaranya :

1)        Perawatan yang tidak memadai

2)        Kelelahan akibat gesekan sehingga menimbulkan aus

3)        Umur pakai sudah lama

4)        Korosi