Kurs (skripsi dan tesis)

Nilai tukar mata uang atau yang biasa disebut kurs adalah harga satu unit mata uang asing dalam mata uang domestik atau dapat juga disebut sebagai harga mata uang domestik terhadap mata uang asing (Wulansari, Yulianto, dan Pangestuti, 2016). Nilai Tukar Rupiah adalah perbandingan nilai atau harga mata uang Rupiah dengan mata uang lain. Perdagangan antar negara di mana masingmasing negara mempunyai alat tukarnya sendiri mengharuskan adanya angka perbandingan nilai suatu mata uang dengan mata uang lainnya yang disebut nilai tukar valuta asing atau nilai tukar (Salvatore, 2014). Nilai tukar dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti tingkat suku bunga dalam negeri, tingkat inflasi, dan intervensi bank central terhadap pasar uang. Nilai tukar yang lazim disebut nilai tukar, mempunyai peran penting dalam rangka stabilitas moneter dan dalam mendukung kegiatan ekonomi. Nilai tukar yang stabil diperlukan untuk tercapainya iklim usaha yang kondusif bagi peningkatan dunia usaha. Untuk menjaga stabilitas nilai tukar, bank central pada waktu-waktu tertentu melakukan intervensi di pasar-pasar valuta asing, khususnya pada saat terjadi gejolak yang berlebihan. Para ekonom membedakan antara dua kurs: kurs nominal dan kurs riil. kurs nominal (nominal exchange rate) adalah harga relatif dari mata uang dua negara. Sedangkan kurs riil (real exchange rate) adalah harga relatif dari barang-barang kedua negara. Kurs riil menyatakan tingkat di mana kita bisa memperdagangkan barang-barang dari suatu negara untuk barangbarang dari negara lain. Kurs riil terkadang disebut term of trade (Mankiw, 2009). Kurs riil diantara kedua negara dihitung dari kurs nominal dan tingkat harga di kedua negara. Jika kurs riil meningkat mengakibatkan barangbarang luar negeri relatif murah, dan barang-barang domestik relatif mahal sehingga konsumen akan memilih membeli lebih banyak barang impor dan jumlah ekspor bersih menjadi rendah, sebaliknya jika kurs riil rendah mengakibatkan barang-barang luar negeri relatif mahal, dan barang-barang domestik relatif murah, sehingga konsumen domestik akan membeli sedikit barang impor dan jumlah ekspor bersih akan tinggi (Mankiw, 2009).