Hubungan antara nilai tukar dengan inflasi dapat dianalisis melalui pass throught effect (dampak lintasan langsung) pada umumnya adalah untuk mengetahui efek perubahan nilai tukar terhadap perubahan harga barang impor dan ekspor dan harga konsumen. Namun dapat dikembangkan lebih lanjut untuk melihat dampaknya terhadap investasi dan volume perdagangan. Fokus di berikan terhadap harga karena perubahan harga, misalnya harga ekspor dan harga impor, merupakan fenomena mendasar dalam pembentukkan harga produk, yang selanjutnya akan ber-pengaruh terhadap perubahan harga konsumen, dan pada gilirannya pada investasi dan volume perdagangan (Sunariyah, 2006). Model tersebut serupa dengan model yang dekembangkan oleh Svensson (2000), dimana pengaruh lintasan langsung kurs terhadap perekonomian dapat melalui efek langsung (direct pass through) maupun tidak langsung (indirect pass through).
Efek Langsung (Direct Pass Through) Pada efek langsung perubahan nilai tukar akan mempengaruhi melalui jalur output, yaitu melalui perubahan permintaan agregat dan penawaran agregat. Dampak langsung perubahan nilai tukar mempengaruhi inflasi melalui perubahan indeks barang domestik yang berasal dari impor barang-barang konsumsi. Dimana jika terjadi fluktuasi nilai tukar (depresiasi rupiah) maka harga-harga barang dari luar negeri akan menjadi mahal.
b. Efek Tidak Langsung (Indirect Pass Through)
Dampak tidak langsung lintasan kurs, dapat dilihat dari pergerakan nilai tukar yang akan mempengaruhi tingkat harga domestik melalui goncangan permintaan dan penawaran agregat. Secara teoritis, jalur tidak langsung biasanya melalui transmisi demand pull, dimana kenaikan harga luar negeri ataupun kenaikan pendapatan eksportir dalam negeri, pada gilirannya akan meningkatkan permintaan mereka terhadap barang dan jasa di dalam negeri (Menon, 1995).