Untuk memastikan bahwa sumber (input) sudah digunakan secara
efektif dan efisien dalam rangka mencapai tujuan perusahaan, maka
diperlukan pengukuran kinerja manajemen. Menurut Stout (1993: 33) yang
dikutip dari LAN dan BPKP (2000) mengatakan bahwa pengukuran kinerja
merupakan suatu proses mencatat dan mengukur pencapaian pelaksanaan
kegiatan dalam arah pencapaian misi melalui hasil yang ditampilkan berupa
produk, jasa, ataupun suatu proses. Pengukuran kinerja diperlukan untuk
mengetahui pencapaian target yang telah ditetapkan. Pengukuran kinerja
merefleksikan filosofi dan kultur dari suatu organisasi serta menggambarkan
seberapa baik suatu kinerja telah diselesaikan dengan biaya, waktu, dan
kualitas yang optimal (Tatikonda dan Tatikonda, 1998: 67).
Untuk mengetahui kinerja yang dicapai maka dilakukan penilaian
kinerja. Ada berbagai metode penilaian kinerja yang digunakan selama ini,
sesuai dengan tujuan perusahaan yaitu mencari laba, maka hampir semua
perusahaan mengukur kinerjanya dengan ukuran keuangan. Disini, pihak
manajemen perusahaan cenderung hanya ingin memuaskan shareholders,
dan kurang memperhatikan ukuran kinerja yang lebih luas yaitu kepentingan
stakeholders.
Atkinson, et. al. (1995: 57) menyatakan pengukuran kinerja sebagai
berikut: “Performance measurement is perhaps the most important,
mostmisunderstood, and most difficult task in management accounting.
Aneffective system of performance measurement containts
criticalperformance indicator (performance measures) that (1) consider
eachactivity and the organization it self from the customer’s perspective,
(2)evaluate each activity using customer –validated measure
ofperformance, (3) consider all facets of activity performance that
affectcustomers and, therefore, are comprehensive, and (4) provide feedbackto help organization members identity problems and opportunities
forimprovement”.
Pernyataan di atas mengandung makna bahwa penilaian kinerja sangat
penting, kemungkinan memiliki salah pengertian, dan merupakan tugas
yang paling sulit dalam akuntansi manajemen. Sistem penilaian kinerja yang
efektif sebaiknya mengandung beberapa indikator kinerja, di antaranya
yaitu: (1) memperhatikan setiap aktivitas organisasi dan menekankan pada
perspektif pelanggan, (2) menilai setiap aktivitas dengan menggunakan alat
ukur kinerja yang mengesahkan pelanggan, (3) memperhatikan semua aspek
aktivitas kinerja secara komprehensif yang mempengaruhi pelanggan, dan
(4) menyediakan informasi berupa umpan balik untuk membantu anggota
organisasi mengenali permasalahan dan peluang untuk melakukan
perbaikan.
Dalam usaha mewujudkan pemerintahan yang baik (good
governance), maka penyelenggaraan organisasi sektor publik seperti
organisasi pelayanan kesehatan yang transparan dan dapat
dipertanggungjawabkan menjadi suatu keharusan dan tuntutan reformasi di
Indonesia. Good corporate governance dapat dicapai dengan memenuhi
beberapa unsur, yaitu perencanaan dan pengarahan yang tepat, accountable,
informasi yang dihasilkan tepat waktu, partisipasi dari semua pihak yang
terkait, manajemen sumber daya yang baik, pengendalian yang tepat, dan
transparansi. Ukuran kinerja digunakan untuk memonitor apakah
manajemen dapat menggunakan input yang digunakan untuk menghasilkan
output secara baik. Scott dan Tiessen (1999: 38) beranggapan bahwa
pengukuran kinerja secara positif berhubungan langsung dengan pencapaian
kinerja organisasi, baik organisasi sektor swasta maupun organisasi nonprofit.