Kepuasan kerja dan komitmen organisasional berhubungan, tetapi keduanya
merupakan sikap yang dapat dibedakan. Kepuasan kerja berhubungan dengan tanggapan efektif terhadap lingkungan kerja dengan segera, sedangkan komitmen organisasional lebih stabil dan tahan lama (Norrish dan Niebuhr, 1983). Pekerja mungkin hanya sementara tidak menyenangi pekerjaannya, tetapi tetap komitmen dengan organisasinya.
Menurut Gregson (1992), kepuasan kerja adalah sebagai pertanda awal komitmen organisasional.
Kepuasan kerja menunjukkan kesesuaian antara seseorang yang timbul dan
imbalan yang disediakan pekerjaan (Kreitner & Kinicki, 2003). Harapan-harapan yang terpenuhi tersebut dapat mengarah pada adanya suatu komitmen individu dengan organisasinya. Seseorang yang memiliki komitmen tinggi akan memiliki identifikasi terhadap organisasi, terlibat sungguh-sungguh dalam kepegawaian dan ada loyalitas serta afeksi positif terhadap organisasi. Selain itu tampil tingkah laku berusaha ke arah
tujuan organisasi dan keinginan untuk tetap bergabung dengan organisasi dalam jangka waktu lama (Luthans, 2006).
Banyak penelitian yang menemukan adanya keterkaitan antara kepuasan kerja dengan komitmen organisasi, walaupun hasilnya tidak selalu konsisten. Mathiew (1998) menyatakan kepuasan kerja mendahului variabel komitmen organisasional, sedangkan Bateman san Strsser (1984) menyatakan bahwa komitmen organisasional mendahului kepuasan kerja. William dan Hazzer (1986) menunjukkan hubungan timbal balik antara komitmen organisasional dan kepuasan kerja, sedangkan Curry et al., (1986) menunjukkan tidak ada keterkaitan sebab akibat antara kepuasan kerja dengan komitmen organisasional atau sebaliknya.
Para ahli terdahulu menyatakan dalam penelitiannya bahwa apabila seseorang
merasa telah terpenuhi semua kebutuhan dan keinginannya oleh organisasi (puas), maka secara otomatis dengan penuh kesadaran mereka akan meningkatkan tingkat komitmen yang ada dalam dirinya. Hal ini sesuai dengan pendapat Luthans (1995) dan Ganzach (1998) yang menyatakan bahwa variabel yang positif terhadap kepuasan kerja yaitu tipe pekerjaan itu sendiri, gaji dan bayaran, kesempatan dapat promosi, atasan mereka dan
rekan kerja dapat terpenuhi, maka komitmen terhadap organisasi akan timbul dengan baik. Sehingga kepuasan kerja akan berdampak pada komitmen organisasi. Dua penelitian lain yang dilakukan pada hospitality industry menemukan adanya hubungan yang kuat antara kepuasan kerja dan komitmen organisasional. Demicco dan Reid (1988) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa kepuasan kerja bukanlah merupakan penyebab langsung terjadinya kemangkiran karyawan, kinerja yang rendah
maupun turnover karyawan, tetapi kepuasan kerja merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh organisasi karena dapat berpengaruh pada komitmen organisasional, dimana jika kepuasan kerja rendah maka akan menurunkan tingkat komitmen organisasinya. Hal yang hampir sama dikemukakan Chen (2007) bahwa upaya manajemen sumber daya manusia dalam memperbaiki kepuasan kerja karyawan dapat meningkatkan komitmen organisasi karyawan tersebut. Lam and Zhang (2003) menjelaskan bahwa harapan atau keinginan karyawan yang terwujud dapat menciptakan suatu kepuasan kerja pada diri karyawan itu sendiri.
Hal tersebutlah yang merupakan faktor positif meningkatnya suatu komitmen
organisasi. Sebelumnya Bartol (1979); Riecher (1985); Johnson et al., (1990) dalam Brown and Peterson (1993) juga memberikan kesimpulan yang sama bahwa semakin tinggi kepuasan kerja yang dirasakan oleh karyawan, maka semakin tinggi pula komitmennya terhadap organisasi