Dalam realitas kehidupan ada banyak faktor yang mempengaruhi perilaku seksual. Secara umum Dariyo (2004) memandang bahwa perilaku seksual itu dipengaruhi oleh faktor lingkungan sosial, situasi dan kesempatan. Perilaku yang dianggap benar akan disertai dengan sikap yang mendukung perilaku tersebut dan perilaku yang dianggap salah akan disertai dengan sikap yang tidak mendukung perilaku tersebut (Asmarayasa, 2004).
Hurlock (1980) menyatakan bahwa ada dua unsur yang mempengaruhi minat dan perilaku seksual terhadap lawan jenis (heteroseksualitas). Pertama, perkembangan pola perilaku yang melibatkan anggota kedua kelompok seks. Kedua, perkembangan sikap sehubungan dengan hubungan kedua kelompok seks. Dari pernyataan tersebut kemudian disimpulkan (Hurlock dalam Widiastuti, 2004) bahwa perilaku seksual dipengaruhi oleh:
- Faktor internal, yaitu stimulus yang berasal dari dalam diri individu yang menimbulkan dorongan seksual pada individu. Faktor internal tersebut meliputi fisik, kognitif dan kepribadian (Sarwono, 1989).
- Fisik. Stimulus fisik berupa fungsi alat-alat reproduksi, berkembangnya hormon-hormon yang berpengaruh pada seksualitas dan munculnya tanda-tanda seksual sekunder.
- Kognitif. Keseluruhan kemampuan individu untuk berfikir dan bertindak secara terarah serta mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif.
- Kepribadian. Stimulus yang timbul akibat ketegangan mental dan kebingungan peran dalam mewujudkan jati diri atau identitas dirinya.
- Faktor eksternal, yakni stimulus yang berasal dari luar diri individu yang mendorong untuk memunculkan perilaku seksualnya.
- Sosial. Konflik peran yang terjadi pada diri remaja dimana secara fisik remaja telah mencapai penampilan orang dewasa dan mengharapkan penerimaan akan peranannya sebagai orang dewasa (Berk, 2006).
- Pendidikan seks dari orang tua. Cara pengajaran atau pendidikan yang dapat menolong remaja untuk menghadapi masalah hidup yang bersumber pada dorongan seksual (Mu’tadin, 2002).
- Pola asuh orang tua. Pola interaksi orang tua dan anak yang meliputi cara pemenuhan kebutuhan, penanaman disiplin dan komunikasi, terlebih saat orang tua masih bersikap mentabukan pembicaraan mengenai seks dengan anak (Sarwono, 1989).