Hurlock (2008: 85) “menyatakan bahwa bila kedisiplinan diharapkan mampu mendidik anak untuk berperilaku sesuai dengan standar yang ditetapkan kelompok sosial mereka, ia harus meliputi empat faktor prnting yaitu peraturan, hukuman, penghargaan dan konsistensi.” Berikut ini dijelaskan masing-masing faktor penting dalam kediplinan.
- Peraturan
Peraturan adalah pola yang ditetapkan untuk tingkah laku. Pola tersebut mungkin ditetapkan orang tua, guru atau teman bermain. Tujuannya ialah membekali anak dengan pedoman perilaku yang disetujui dalam kondisi tertentu. Dalam peraturan sekolah misalnya, peraturan ini mengatakan pada anak apa yang harus dan apa yang tidak boleh dilakukan sewaktu berada di dalam kelas, koridor sekolah. Sebaliknya mereka tidak mengatakan apa yang tidak boleh di lakukan dirumah, lingkungan sekitar rumah atau kelompok bermain yang tidak diawasi guru.
Peraturan mempunyai fungsi yang sangat penting dalam membantu anak menjadi makhluk bermoral. Pertama, peraturan mempunyai nilai pendidikan, sebab peraturan memperkenalkan anak perilaku yang disetujui anggota kelompok ersebut. Misalnya, anak belajar dari peraturan tentang memberi dan mendapat bantuan dalam tugas sekolahnya, bahwa mneyerahkan tugas yang dibuatnya sendiri merupakan satu-satunya metode yang dapat diterima di sekolah untuk menilai prestasi siswa. Kedua, peraturan membantu mengekang perilaku yang tidak diinginkan. Bila merupakan peraturan keluarga bahwa tidak seorang anak pun boleh mengambil mainan atau milik saudaranya tanpa pengetahuan dan izin si pemilik, anaka segra belajar bahwa hal ini dianggap perilaku yang tidak diterima karena mereka dimarahi atau dihukum bila melakukan tindakan terlarang ini.
Agar peraturan dapat memenuhi kedua fungsi diatas, peraturan itu harus dimengerti, diingat dan diterima oleh si anak. Bila peraturan diberikan dalam kata-kata yang tidak dimengerti atau hanya sebagian dimengerti, peraturan itu tidak berharga sebagai pedoman perilaku yang tidak dinginkan.
- Hukuman
Pokok disiplin kedua ialah hukuman. Hukuman berasal dari kata kerja latin, punir yang berarti menjatuhkan hukuman pada seorang karena kesalahan, perlawanan atau pelanggran sebagai ganjaran atau pembalasan. Walaupun tidak dikatkan secara jelas, tersirat didalamnya bahwa kesalahan , perlawanan atau pelanggaran ini disengaja, dalam arti bahwa orang itu mengetahui bahwa perbuatan itu salah tetapi tetap melakukannya.
Menurut Hurlock ( 2008 : 87 )” fungsi hukuman mempunayai tiga peranan penting dalam penerapan kedisiplian pada anak yaitu menghalangi, mendidik dan memeberi motivasi “. Fungsi pertama ialah menghalangi. Hukuman menghalangi pengulangan tindkan yang tidak diinginkan oleh mayarakat, bila anak menyadari bahwa tindakan tertentu akan dihukum, mereka biasanya urung melakukan tindakan tersebut karena tringat akan hukuman yang dirasakan di waktu lampau akibat tindakan tersebut.
Fungsi kedua dari hukuman ialah mendidik. Sebelum anak mengerti peraturan, mereka dapat belajar bahwa tindakan trtentu benar dan yang lain salah dengan mendapat hukuman karena melakukan tindkan yang salah dan tidak menerima hukuman bila mereka melakukan tindakan yang diperbolahkan.Fungsi ketiga, ialah memberi motivasi untuk menghindari perilaku yang tidak diterima masyarakat. Pengetahuan akibat-akibat tindakan yang salah perlu sebagai motivasi untuk menghindari kesalahan tersebut. Bila anak mampu mempertimbanglan tindakan alternatif dan akibat masing-masing alternative, mereka harus belajar memutuskan sendiri apakah suatu tindakan yang salah cukup menarik untuk dilakukan.
- Penghargaan
Pokok ketiga dari disiplin adalah penggunaan penghargaan. Penghargaan tidak perlu berbentuk materi, tetapi dapat berupa kata-kata pujian, senyuman atau teoukan di punggung. Penghargaan mempunyai tiga peranan yang penting dalam mengajarkan anak berperilaku sesuai dengan cara yang direstui masyarakat pertama, penghargaan mempunyai nilai mendidik. Bila suatu tindakan disetujui, anak merasa bahwa hal itu baik. Sebagaimana hukuman mengisyarakatkan pada anak bahwa perilaku mereka itu buruk, demikian juga penghargaan mengisyarakan pada mereka bahwa perilaku itu baik.
Kedua, penghargaan berfunsi sebagai motivasi untuk mengulangi perilaku yang disetujui secara sosial. Karena anak bereaksi dengan positif terhadap persetujuan yang dinyatakan dengan penghargaaan, dimasa mendatang mereka berusaha untuk berperilaku dengan cara yang akan lebih banyak memberinya penghargaan. Ketiga, penghargaan berfungsi untuk memperkuat perilaku yang disetujui secara sosial, dan tiadanya penghargaan melemahkan keinginan untuk mengulang perilaku ini. Bila anak harus belajar berperilaku dengan cara yang disetujui secara sosial, ia harus bahwa berbuat demikian cukup menguntungkan baginya. Karenanya penghargaan harus digunakan untuk membentuk asoiasi yang menyenangkan dengan perilaku yang diinginkan.
- Konsistensi
Pokok keempat disiplin adalah konsistensi. Konsistensi berarti tingkat keseragaman atau stabilitas. Konsistensi memungkinkan orang menghadapi kebutuhan perkembangan yang berubah sambil pada waktu yang bersamaan, cukup mempertahankan ragaman sehingga anak-anak tidak akan kebingungan mengenai apa yang diharapkan dari mereka.
Konsistensi dalam disiplin mempunyai tiga peran yang penting. Pertama, konsistensi memiliki nilai mendidik yang besar. Bila peraturannya konsisten, ia memacu proses belajar. Ini disebabkan karena nilai pendorongnya. Kedua, konsistensi memiliki nilai motivasi yang kuat. Anak yang menyadari bahwa penghargaan selalu mengikuti perilaku yang disetujui dan hukuman selalu mengikuti perilaku yang dilarang, ia akan mempunyai keinginan yang jauh lebih besar untuk menghindari tindakan yang dilarang, ia akan mempunyai keinginan yang jauh lebih besar untuk menghindari tindakan yang dilarang dan melakukan tindakan yang disetujui dripada anak yang merasa ragu mengeanai bagaiman reaksi terhadap tindakan tertentu. Ketiga, konsistensi mempertinggi penghargaan terhadap peraturan dan orang yang berkuasa.
Kedisiplinan diterapkan sebagai usaha untuk membimbing, melatih, mendidik, mengarahkan dan mempengaruhi kepribadian seseorang, sehingga ia dapat mencapai apa yang menjadi dan tujuan, terutama tujuan belajar. Usaha-usaha tersebut dapat tercapai apabiala guru dan orang tua mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kediplinan belajar siswa.
Tulus (2004 : 48 )“menyatakan bahwa ada empat hal yang mempengaruhi kedisiplinan belajar siswa yaitu : kesadaran diri, kepatuhan dan ketatan tetaatan terhadap peraturan, alat pendidikan, dan hukuman”. Keempat faktor ini merupakan faktor dominant yang mempengaruhi kediplinan belajar siswa. Alasannya sebagai berikut :
- Kesadaran diri sebagai pemahaman diri bahwa diplin dianggap penting bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya. Selain itu, kesadaran diri menjadi motif sangat kuat terwujudnya disiplin. Kedisiplinan belajar dapat terwujud jika masing-masing individu memiliki kesadaran pada diri.
- Kepatuhan dan ketaatan sebagai langkah penerapan dan praktik atas peraturan – peraturan yang mengatur perilaku individunya. Kepatuhan dan ketaatan merupakan faktor penting untuk terwujudnya kedisiplinan belajar.
- Alat pendidikan untuk mempengaruhi, mengubah, membina dan membentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan atau diajarkan . yang termasuk dalam alat pendidikan salah satunya adalah kondisi likngkungan belajar disekolah, seperti kondisi guru, gedung sekolah, teman-teman sekolah, tenaga administrative, media belajar, dan sebagainya.
- Hukuman sebagai upaya menyadarkan , mengoreksi dan meluruskan yang salah sehingga orang kembali kepada perilaku yang sesuai dengan harapan. Penerapan hukuman pada individu yang melanggar aturan harus bersifat mendidik, yaitu hukuman yang dapat menyadarkan individu untuk berperilaku tidak menyimpang dari aturan yang berlaku.
Sedangkan menurut Hamalik ( 2008: 105) “ faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan belajar adalah faktor internal yang terdiri dari faktor fisiologis dan psikologis ; dan faktor eksternal yang meliputi faktor kemanusiaan dan faktor kebendaan” Berdasarkan pendapat hamalik, peneliti menguraikan faktor – faktor yag mempengaruhi kedisiplinan belajar sebagai berikut :
- Faktor internal
Faktor internal yaitu faktor yang ada dalam diri si pelajar itu sendiri, yang pada dasarnya individu tersebut terdiri dari jasmani atau fisiologis dan rohani atau psikologis yang keduanya saling mempengaruhi dan tidak dipisahkan. Untuk lebih jelasnya dapat diterangkan sebagai berikut :
- Faktor fisiologis yang bersumber pada jasmani.
Faktor jasmani mempunyai hubungan yang erat dengan kedisiplinan belajar siswa. Keadaan jasmani yang kurang sehat akan mengganggu kegiatan belajar yang akhirnya akan mengganggu pelaksanaan kedisiplinan belajar siswa. Untuk menghindari hal tersebut, jika jasmani sakit maka harus segera pergi ke dokter.
- b) Faktor fisiologis yang bersumber pada rohani, meliputi : kecerdasan, daya ingat tinggi, kebutuhan yang terpuaskan, konsentrasi dan perhatian.
- Faktor eksternal.
Faktor eksternal adalah faktor yang berada di luar si pelajar atau siswa, yang berupa kemanusiaan dan kebendaan. Fakto eksternal meliputi :
- Faktor kemanusiaan
Faktor kemanusiaan merupakan suatu kancah dimana terjadi hubungan antara orang yang satu dengan yang lain, meliputi cara guru mengajar efektif, sikap guru yang mendidik dan adil sehingga menarik minat belajar.
- Faktor kebendaan , yaitu : tempat belajar yang telalu dekat dengan kebisingan, alat-alat belajar dan bahan pelajaran yang memadai.
Berdasarkan teori diatas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan belajar terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi faktor fisiologis yang bersumber pada jasmani, yang dapat dikatakan melatarbelakangi aktifitas belajar, keadaan jasmani yang segar akan lain pengaruhnya dengan keadan jasmani yang kurang segar; keadaan jasmani yang lelah lain pengaruhnya dengan keadaan jasmani yang tidak lelah. Dan faktor psikologis yang berfaktor pada rohani dimana kecerdasan, daya ingat tinggi, kebutuhan yang terpuasakan dan konsentrasi atau perhatian harus ada pada diri individu dan yang akan memunculkan minat serta disiplin belajar yang tinggi Sehingga dapat mencapai prestasi belajar yang baik pula, sedangkan faktor eksternal meliputi : faktor kemanusiaan dan kebendaan dimana faktor-faktor tersebut biasanya mengganggu konsentrasi, sehingga perhatian tidak dapat ditnjukkan padahal yang dipelajari atau aktifitas belajar itu semata-mata.