Teori-teori Kebahagiaan (skripsi dan tesis)

  1. Teori bottom-up

Diener (1984) membedakan antara proses top-down dan bottom-up yang mempengaruhi kebahagiaan adalah peristiwa-peristiwa luar, situasi, dan pengaruh demografis. Dengan demikian maka dalam teori ini akan melihat bahwa kebahagian dipengaruhi oleh semua peristiwa yang dialami oleh individu itu sendiri.

  1. Teori top-down

Teori top-down menerangkan variabilitas kebahagiaan dengan melihat struktur dalam diri seseorang yang menentukan bagaimana peristiwa dan lingkungan dipandang. Teori top-down menyatakan bahwa manusia agar dapat hidup puas dan bahagia harus ada tuntunan yang positif dalam diri manusia yang terwujud dalam kepuasan hidup dan perilaku yang positif seperti cara memandang atau membandingkan diri. Dalam teori ini maka kebahagiaan hidup dipandang sebagai upaya individu memandang apa yang telah dilakukan sebagai bagian dari kebahagian hidup.

  1. Teori Kegiatan (flow)

Teori ini menyatakan bahwa kebahagiaan merupakan hasil samping (by product) kegiatan menusia (Diener, 1984). Misalnya individu yang memberikan pertolongan terhadap orang yang sangat susah atau terjepit dalam peristiwa kebakaran, dapat meningkatkan kebahagiaan pada pelakunya (Haidt, 2003).

Tema yang sering muncul dalam teori kegiatan atau aktivitas adalah kesadaran diri (self awareness) akan mengurangi kebahagiaan. (Csikszentmhalyi dan Figurski dalam Diener, 1984). Menurut pendekatan ini seseorang harus berkonsentrasi pada aktivitas atau kegiatan dan kebahagiaan akan meningkat dengan sendirinya sebagai hasil samping.

Csikszentmhalyi (1999) memberi nama teori kegiatan dengan teori flow. Kegiatan akan nampak menggembirakan bila kegiatan tersebut memberikan tantangan yang sesuai atau sebanding dengan tingkat kemampuan individu. Kegiatan jika terlalu mudah maka akan muncul kebosanan, bila terlalu sulit, kecemasan akan muncul. Individu yang akan ditingkatkan kebahagiaannya perlu memperoleh kegiatan yang sesuai dengan kemampuan optimalnya.

  1. Teori Senang dan Susah

Suatu hal yang telah diketahui umum adalah bahwa orang yang ingin bahagia harus mengalami kesusahan terlebih dahulu. Peribahasa mengatakan bersusah-susah dahulu, bersenang-senang kemudian. Diener (1984) memberikan alasan mengapa keadaan bahagia dan tidak bahagia harus dikaitkan. Ia merujuk hasil penelitian yang dilakukan oleh Diener, Larsen, Levine, dan Emmons, bahwa orang yang mengalami kebahagiaan secara mendalam adalah mereka yang mengalami emosi negatif yang mendalam.

  1. Teori Perbandingan

Teori ini menyatakan bahwa kebahagiaan merupakan hasil dari suatu perbandingan antara beberapa standar dan kondisi aktual. Jika kondisi aktual melebihi standar maka akan muncul rasa senang. Bila dihubungkan dengan kepuasan hidup, perbandingan mungkin dilakukan secara sadar, sedang bila dihubungkan afek, perbandingan dengan suatu standar mungkin terjadi secara tidak sadar. Apabila ia merasa lebih baik dari orang lain ia akan bahagia. Dalam teori adaptasi, orang menggunakan masa lalu sebagai standar. Jika saat ini kondisi seseorang lebih baik dari masa lalu, orang akan bahagia (Brickman et al., 1978).