Seseorang yang memiliki kecenderungan narsisme merasa sulit memahami orang lain. Individu dengan kecenderungan narsisme hanya mau mendengarkan hal-hal positif yang meningkatkan harga dirinya, dan sebaliknya selalu menolak masukan yang menunjukkan kekurangannya. Tidak jarang individu dengan kecenderungan narsisme memamerkan bagaimana komentar orang lain yang mengakui keunikan atau idealisme yang dijunjung tinggi olehnya. Hal itu dilakukannya ketika individu dengan kecenderungan narsisme merasa harga dirinya terancam saat menerima masukan yang mengoreksi kebiasaan atau pola pikirnya. Tampak bahwa individu dengan kecenderungan narsisme sangat bangga dan mengagumi dirinya sendiri. Individu dengan kecenderungan narsisme cenderung suka menyalahkan orang lain, bila ada hal yang tidak memuaskan narsisme-nya.
Dalam pernyataan lain juga disebutkan bahwa orang yang mengalami gangguan narsisme ini dari luar tampak memiliki perasaan luar biasa akan pentingnya dirinya, sepenuhnya terserap ke dalam dirinya sendiri, dan fantasi tentang keberhasilan tanpa batas, namun demikian telah diteorikan bahwa karakteristik tersebut merupakan topeng bagi harga dirinya yang sangat rapuh (Davisond dkk., 2006;67).
Pernyataan lain menambahkan bahwa orang dengan narsistik akan cenderung untuk memberitahu orang lain tentang keberhasilan, kecerdasan dan kecantikan yang ia yakini melebihi orang lain. Menurut Vazire, dkk (2008;27), narsistik dapat bermanifestasi pada penampilan fisik seseorang, seperti kepentingan tentang penampilan mereka, keinginan untuk menjadi pusat perhatian dan perubahan penampilan fisik dalam usaha pencarian status sosial. Tidak hanya dalam hal kecantikan fisik, Campbell, dkk (Campbell & Miller, 2011; 36) juga menemukan bahwa orang dengan kepribadian narsistik merasa diri mereka lebih tinggi dibanding orang lain, menilai diri mereka lebih pintar dan berpengalaman, namun tidak lebih mudah dipahami, disbanding orang kebanyakan. Dikutip dari Robin & Beer (Campbell & Miller, 2011; 48), narsistik juga lebih sering menanamkan ekspektasi yang tinggi terhadap tugas-tugas kinerja dan mereka sangat percaya bahwa kesuksesan mereka berdasarkan kualitas dari kemampuan intelektual mereka sendiri. Sehubungan dengan aspek ini, beberapa contoh jenis foto yang ditampilkan pengguna media social adalah foto tentang penampilan, pakaian atau aksesoris yang mereka kenakan, foto tentang hasil/nilai tes terbaik yang mereka dapatkan, foto buku-buku ensiklopedia yang sedang dibaca, maupun foto mengenai penghargaan atas keberhasilan yang ditujukan untuk mendapatkan pujian dan pengakuan dari orang lain.