Prosedur Pelaksanaan Dalam Pengukuran dan Pengolahan Data Dengan Jam Henti (skripsi dan tesis)

Untuk memeperoleh hasil study yang baik dan bisa dipercaya maka langkah-langkah yang harus ditempuh dalam perhitungan waktu baku berdasarkan stop watch time study sebagai berikut:

1.. Pengukuran Pendahuluan

Dalam pengukuran hal ini kita harus mengetahui apa maksud dan tujuan pengukuran kerja ini. Setelah itu kita melihat proses produksinya dan membagi operasi kerja ke dalam elemen-elemen kerja sedetail-detailnya, tetapi masih dalam kemudahan untuk diamati atau diukur. Kemudian dilakukan pengukuran pendahuluan yaitu mencatat waktu kerja dari setiap elemen kerja tersebut. Secara umum, ada tiga metode yang digunakan untuk mengukur waktu dari elemen-elemen kerja dengan metode ini, yaitu pengukuran waktu secara terus-menerus (continuous timing), pengukuran waktu secara berulang-ulang (repetitive timing) dan pengukuran waktu secara penjumlahan (accumulative timing).

  1. Pengujian Kenormalan Data

Data sebelum diolah, terlebih dahulu diuji apakah data berdistribusi normal atau tidak. Sehingga bila ada data yang tidak berdistribusi normal maka data tersebut tidak diikutsertakan dalam perhitungan. Uji kenormalan dapat dilakukan dengan bantuan menggunakan software minitab (Statistics → Basic Statistics → Normality Test).

Dengan :

H: Data berdistribusi normal

H1 : Data tidak berdistribusi normal.

Apabila p-value yang diperoleh lebih besar dari a maka gagal tolak H0, tapi bila p-value nilainya lebih kecil dari a maka tolak H0­ dan terima H1.

  1. Pengujian Keseragaman Data

Data sebelum diolah, terlebih dahulu diuji apakah data sudah seragam atau tidak. Sehingga bila ada data yang berada di luar batas UCL (Upper Control Limit) dan LCL (Lawer Control Limit), data-data tersebut tidak diikutsertakan dalam perhitungan selanjutnya. Uji keseragaman dapat dilakukan dengan menggunakan bantuan software minitab (Statistics → Control Charts → Xbar).

Apabila terdapat data yang keluar dari batas kendali, maka data tersebut harus diulang dan diganti dengan data yang baru. Data ekstrim dapat terjadi karena beberapa hal, misalnya karena pengamatan saat membaca stopwatch maupun juga adanya kondisi kerja yang diluar kewajaran.

.4. Pengujian Kecukupan Data

Pada dasarnya, semakin kecil variasi atau perbedaan data waktu yang ada, maka jumlah pengukuran/pengamatan yang harus dilakukan juga akan cukup kecil dan sebaliknya jika semakin besar variabilitas dari data waktu pengukuran akan menyebabkan jumlah siklus kerja yang diamati juga kana semakin besar agar bisa diperoleh ketelitian yang dikehendaki.

.5. Perhitungan Waktu Siklus

Waktu siklus merupakan waktu rata-rata  dari operasi, yang diperoleh dengan cara membagi membagi waktu dengan banyaknya data. Waktu siklus (Ws) juga dapat diperoleh dari hasil pengelolahan software minitab, yaitu sama dengan nilai mean.

.6. Penentuan Penyesuaian Performance Rantig (p)

Penyesuaian/penentuan performance rating perlu diperhatikan karena adanya ketidakwajaran yang dapat terjadi selama proses kerja berlangsung. Contoh ketidakwajaran, misalnya operator bekerja tanpa kesungguhan, operator menjumpai kesulitan-kesulitan, dan lain-lain. Ketidakwajaran yang terjadi ini dapat mempengaruhi kecepatan kerja (lama waktu sebuah proses kerja). Hal ini jelas tidak diinginkan, karena untuk perhitungan waktu baku yang dicari adalah waktu yang diperoleh dari kondisi dan cara kerja yang diselesaikan secara wajar.

Dengan adanya perhitungan penyesuaian, diharapkan waktu kerja yang tidak wajar tersebut dapat dinormalkan kembali. Penyesuaian yang telah ditentukan akan diakali dengan waktu siklusyang telah diperoleh. Adapun kondisi-kondisi yang dapat dijumpai adakag sebagai berikut (Sritomo, 1995,p.196):

  • Apabila operator dinyatakan terlalu cepat yaitu bekerja diatas kewajaran (normal) maka rating factor penyesuaian akan lebih kecil daripada satu (p>100%).
  • Apabila operator dinyatakan terlalu lambat yaitu bekerja di bawah batas kewajaran (normal) maka rating factor penyesuaian akan lebih kecil daripada satu (p<1 atau p<100%).
  • Apabila operator bekerja secara normal atau wajar maka rating factor penyesuaian akan sama dengan satu (p=1 atau p=100%).

 Ada beberapa metode yang dapat digunakan di dalam menentukan besarnya penyesuaian. Salah satu metode yang umum digunakan adalah metode Westinghouse.

 Table 2.1. Penyesuaian Menurut Westinghouse

Faktor Kelas Lambang Penyesuaian
 

 

 

 

 

Skill

Super Skill A1 + 0,15
A2 + 0,13
Excellent B1 + 0,11
B2 + 0,08
Good C1 + 0,06
C2 + 0,03
Average D 0,00
Fair E1 – 0,05
E2 – 0,10
Poor F1 – 0,16
F2 – 0,22
 

 

 

 

 

Effort

Super Skill A1 + 0,13
A2 + 0,12
Excellent B1 + 0,10
B2 + 0,08
Good C1 + 0,05
C2 + 0,02
Average D 0,00
Fair E1 – 0,04
E2 – 0,08
Poor F1 – 0,12
F2 – – 0,17
 

 

 

Condition

  A + 0,06
  B + 0,04
  C + 0,02
  D 0,00
  E – 0,03
  F – 0,07
 

 

 

Consistency

  A + 0,04
  B + 0,03
  C + 0.01
  D 0,00
  E – 0,02
  F – 0,04

Adapun penjelasan lebih lanjut dari masing-masing kelas diatas untuk kelas yang tepat untuk masing-masing kategori adalah sebagai berikut:

Ketrampilan (Skill)

Superskill

  1. Secara bawaan cocok sekali dengan pekerjaannya.
  2. Bekerja secara sempurna.
  3. Tampak seperti telah terlatih dengan baik.
  4. Gerak-geraknya halus tetapi sangat cepat sehingga sulit untuk diikuti.
  5. Kadang-kadang terkesan tidak berbeda dengan gerakan-gerakan mesin.
  6. Perpindahan dari satu elemen pekerjaan ke elemen lainnya tidak terlampau terlihat karena lancarnya.
  7. Tidak terkesan adanya gerakan-gerakan berpikir dan merencanakan tentang apa yang dikerjakan (sudah sangat otomatis).
  8. Secara umum dapat dikatakan bahwa pekerja yang bersangkutan adalah pekerja yang baik.

Excellent Skill

  1. Percaya pada diri sendiri
  2. Tanpak cocok dengan pekerjaannya
  3. Terlihat telah terlatih dengan baik
  4. Bekerjanya teliti dengan tidak banyak melakukan pengukuran-pengukuran atau pemeriksaan-pemeriksaan.
  5. Gerakan-gerakan kerjanya beserta urutan-urutannya dijalankan tanpa kesalahan
  6. Menggunakan peralatan dengan baik
  7. Bekerjanya cepat tanpa mengorbankan mutu
  8. Bekerjanya cepat tetapi halus
  9. Bekerjanya berirama dan terkoordinasi

Good Skill

  1. Kualitas hasil baik
  2. Bekerjanya tanpa lebih baik daripada kebanyakan pekerjaan pada umumnya
  3. Dapat memberi petunjuk-petunjuk pada pekerja lain yang ketrampilannya lebih rendah
  4. Tanpak jelas sebagai pekerja yang cakap
  5. Tidak memerlukan banyak pengawasan
  6. Tiada keragu-raguan
  7. Bekerjanya “stabil”
  8. Gerakan-gerakannya terkoordinasi dengan baik
  9. Gerakan-gerakannya cepat

Average Skill

  1. Tampak adanya kepercayaan pada diri sendiri
  2. Gerakannya cepat tetapi tidak lambat
  3. Terlihat adanya pekerjaan-pekerjaan yang perencanaan
  4. Tampak sebagai pekerja yang cakap
  5.  Gerakan-gerakannya cukup menunjukkan tiada keragu-raguan
  6. Mengkoordinasi tangan dan pikiran dengan cukup baik.
  7. Tampak cukup terlatih dan karenanya mengetahui seluk beluk pekerjaannya
  8. Bekerjanya cukup teliti
  9. Secara keseluruhan cukup memuaskan

Fair Skill

  1. tampak terlatih tetapi belum cukup baik
  2. Mengenal peralatan dan lingkungan secukupnya
  3. Terlihat adanya perencanaan sebelum melakukan gerakan-gerakan
  4. Tiada mempunyai kepercayaan diri yang cukup
  5. Tampak seperti tidak cocok dengan pekerjaannya tetapi telah ditempatkan di pekerjaan itu sejak lama
  6. Mengetahui apa yang dilakukan dan harus dilakukan tetapi tampak tidak selalu yakin
  7. Sebagian waktu terbuang karena kesalahan-kesalahan sendiri
  8.  Jika tidak bekerja sunguh-sunguh output-nya akan sangat rendah
  9. Biasanya tidak ragu-ragu dalam menjalankan gerak-gerakannya

Poor Skill

  1. Tidak bisa mengkoordinasikan tangan dan pikiran
  2. Gerakan-gerakannya kaku
  3. Kelihatan ketidakyakinannya pada urutan-urutan gerakan
  4. Seperti tidak terlatih untuk pekerjaan yang bersangkutan
  5. Tidak terlihat adanya kecocokan dengan pekerjaannya
  6. Ragu-ragu dalam menjalankan gerakan-gerakan kerja
  7. Sering melakukan kesalahan-kesalahan
  8. Tidak adanya kepercayaan pada diri sendiri
  9. Tidak bisa mengambil inisiatif sendiri

Usaha (Effort)

Excessive Effort

  1. Kecepatan sangat berlebihan
  2. Usahannya tampak sungguh-sungguh tetapi dapat membahayakan kesehatannya
  3. Kecepatan yang ditimbulkannya tidak dapat dipertahankan sepanjang hari kerja

Excellent Effort

  1. Jelas terlihat kecepatan kerjanya yang tinggi
  2. Gerakan-gerakan lebih “ekonomis” daripada operator biasa
  3. Penuh perhatian pada pekerjaannya
  4. Banyak memberi saran-saran
  5. Menerima saran-saran dan petunjuk dengan senang
  6. Percaya pada kebaikan maksud pengukuran waktu
  7. Tidak dapat bertahan lebih dari beberapa hari
  8. Bangga atas kelebihannya
  9. Gerakan-gerakan yang salah sangat terjadi jarang sekali
  10. Bekerjanya sistematis
  11. Karena lancarnya, perpindahan dari suatu elemen ke elemen lain tidak terlihat

Good Effort

  1. Bekerjanya seirama
  2. Saat-saat menganggur sangat sedikit, bahkan kadang-kadang tidak ada
  3. Penuh perhatian pada pekerjaannya
  4. Senang pada pekerjaannya
  5. Kecepatannya baik dan dapat dipertahankan sepanjang hari
  6. Percaya pada kebaikan maksud pengukuran waktu
  7. Menerima saran-saran dan petunjuk dengan senang
  8. Dapat memberikan saran-saran untuk perbaikan kerja
  9. Tempat kerjanya diatur baik dan rapi
  10. Menggunakan alat-alat yang tepat dengan baik
  11. Memelihara dengan baik kondisi peralatan

Avwrage Effort

  1. Tidak sebaik dood, tetapi lebih baik dari poor
  2. Bekerja dengan stabil
  3. Menerima saran-saran tetapi tidak melaksanakannya
  4. Set uo dilaksanakan dengan baik
  5. Melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan

Fair Effort

  1. Saran-saran perbaikan diterima dengan pasti
  2. Kadang-kadang perhatian tidak ditujukan pada pekerjaannya
  3. Kurang sungguh-sungguh
  4. Tidak mengeluarkan tenaga dengan secukupnya
  5. Terjadi sedikit penyimpangan dari cara kerja baku
  6. Alat-alat yang dipakainya tidak selalu yang terbaik
  7. Terlihat adanya kecenderungan kurang perhatian pada pekerjaannya
  8. Tidak peduli pada cocok/baik tidaknya peralatan yang dipakai
  9. Mengubah-ubah tata letak tempat kerja yang telah diatur
  10. Set up kerjanya terlihat tidak baik

Kondisi (Condition)

Kondisi yang ideal suatu kondisi tempat kerja yang cocok dengan pekerjaan yang akan dijalankan, dimana kondisi tersebut memungkinkan operator untuk dapat melakukan pekerjaannya dengan performance yang terbaik. Kondisi ideal berlawanan dengan kondisi kerja poor. Kondisi kerja poor secara umum dapat dilakukan sebagai kondisi kerja yang tidak membantu dan mendukung pekerjaan yang akan dilakukan oleh operator, bahkan dengan kondisi semacam itu pekerjaan akan sering terlambat, sehingga waktu penyelesaian suatu pekerjaan dapat lebih lama

Konsistensi (Consistency)

Seorang pekerja dapat dikatakan memiliki konsistensi yang perfect apabila waktu penyelesaian pekerjaan yang sama dalam beberapa waktu cenderung tetap. Konsistensi perfect berlawanan denga poor, dimana waktu penyelesaian pekerjaan memiliki selisih yang jauh dengan nilai rata-ratanya secara acak. Sedangkan konsistensi dikatakan average apabila selisih waktu penyelesaian dengan rata-rata tidak terlalu jauh, walaupun ada satu atau dua waktu penyelesaian yang agak melenceng jauh.

Dari table Westinghouse di atas maka nilai p dapat ditemukan dengan caraa;

                  p = 1 + total nilai performance dari empat factor

 .7. Perhitungan Waktu Normal

Waktu normal untuk suatu elemen operasi menunjukkan bahwa operator yang berkualifikasi baik akan bekerja menghasilkan pekerjaan pada kecepatan/tempo kerja yang normal.

Untuk menghitung waktu normal, digunakan rumus:

               Waktu normal (Wn) = Ws x p

Hasil perkalian antara waktu siklus dan performance rating merupakan waktu normal.

  1. Penentuan Allowance rating (p), untuk mencari waktubakujuga dibutuhkan allowance (kelonggaran). Pada umumnya kelonggaran meliputi tiga hal (Sritomo, 2003, p.201):
  2. Istirahat untuk kebutuhan perorangan (personal needs)

Kelonggaran waktu ini ditunjukan untuk kebutuhan yang  bersifat pribadi, seperti untuk makan, minum, dan lain-lain. Nilai kelonggaran ini berkisar antara 0 – 5% untuk wanita.

  1. Kelelahan (fatique)

Kelonggaran ini diberikan karena kelelahan fisik ataupun mental setelah bekerja beberapa waktu. Berikut ini beberapa factor yang mengakibatkan kelelahan ini adalah:

  • Kondisi kerja
  • Sifat dari pekerjaan
  • Kesehatan pekerja, fisik dan mental
  1. Keterlambatan yang tak terhindarkan (unavoidable delay)

Kelonggaran ini diberikan untuk elemen-elemen pekerjaan yang berhenti karena hal yang tidak dapat dihindarkan, seperti interupsi oleh supervisor, analisis, ketersediaan material, gangguan mesin, mengasah peralatan, dan lain-lain.

  1. Penentuan Waktu Baku

Waktu baku merupakan waktu yang diperlukan pekerja yang memiliki tingkat kemampuan rata-rata untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan diberikan kelonggaran (allowance) untuk hal-hal yang diperlukan (Wignjosoebroto, Sritomo, 1995).

Untuk menghitung waktu baku digunakan rumus:

Waktu baku (Wb) = Wn x