Menurut Papacostas (1987), taksi, persewaan mobil dan pelayanan individual lainnya termasuk dalam kategori angkutan umum dengan kontrak. Taksi merupakan kendaraan milik operator atau pribadi yang disediakan untuk masyarakat umum dengan sifat pelayanan yang pribadi sehingga pengguna dapat menggunakannya kapan saja dan kemana saja. Selain itu moda angkutan ini tidak memerlukan tempat parkir khusus, dan memiliki bagasi yang cukup nyaman. Namun demikian, biaya atau tarif yang harus dikeluarkan oleh penumpang cukup tinggi dan tingkat kehandalannya rendah (tidak tersedia pada jam dan tempat tertentu) dibandingkan moda angkutan lainnya..
Menurut Dephub (2002), taksi digolongkan ke dalam angkutan tidak dalam trayek dengan pelayanan angkutan dari pintu ke pintu dalam wilayah operasi terbatas meliputi daerah kota atau perkotaan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa pelayanan angkutan taksi diselenggarakan dengan ciri-ciri sebagai berikut :
- tidak berjadwal
- dilayanai dengan mobil penumpang umum jenis sedan atau station wagon dan van yang memiliki konstruksi seperti sedan, sesuai standar teknis yang ditetapkan Direktur Jenderal
- tarif angkutan berdasarkan argometer
- pelayanan dari pintu ke pintu.
Kendaraan yang digunakan pun harus dilengkapi dengan beberapa kelengkapan sebagai berikut :
- tulisan “TAKSI” yang ditempatkan di atas atap bagian luar kendaran dan harus menyala dengan warna lampu kuning atau putih apabila dalam keadaan kosong dan padam apabila argometer dihidupkan
- alat pendingin udara
- logo dan nama perusahaan yang ditempatkan pada pintu depan bagian tengah, dengan susunan sebelah atas adalah logo perusahaan dan sebelah bawah adalah nama perusahaan
- lampu bahaya berwarna kuning yang ditempatkan di samping kanan tanda taksi
- tanda jati diri pengemudi yang ditempatkan pada dashboard kendaraan, yang dikeluarkan oleh masing-masing perusahaan angkutan taksi
- radio komunikasi yang bergungsi sebagai alat komunikasi antara pengemudi dengan pusat pengendali operasi dan atau sebaliknya
- keterangan tentang biaya awal, kilometer, waktu dan biaya tambahan yang ditempatkan pada sisi bagian dalam pintu belakang
- nomor urut kendaraan dari setiap perusahaan angkutan yang ditempatkan pada bagian depan, belakang, kanan dan kiri kendaraan dan bagian dalam kendaraan
- argometer yang disegel oleh instansi yang berwenang dan dapat berfungsi dengan baik serta ditera ulang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Karakteristik pengguna jasa taksi pun sangat bervariasi jika dilihat dari kondisi sosial ekonominya. Secara garis besar mereka dapat dikelompokkan menjadi 2 (Levinson & Weant, 1982), yaitu :
- Mereka yang tidak punya pilihan lain kecuali taksi, misal orang tua, orang cacat, ibu rumah tangga dan sebagainya
- Mereka yang memilih taksi untuk mendapatkan kualitas pelayanan yang tinggi, misal pebisnis, eksekutif dan penduduk berpenghasilan tinggi.
Menurut Black (1995) ada 3 cara dalam menentukan tarif taksi, yaitu :
- dihitung dengan meter (argometer). Ada tarif awal saat buka pintu/argo dinyalakan, lalu tarif bertambah sejalan dengan bertambahnya jarak perjalanan. Di kota-kota besar yang sering terjadi kemacetan, tarif juga akan bertambah pada saat kendaraan terhambat (tidak bergerak) akibat kemacetan yang terjadi
- cara kedua adalah dengan sistem zona. Tarif didasarkan pada zona tertentu dan akan bertambah pada saat taksi memasuki zona baru. Peta yang menunjukkan batas zona-zona tersebut dipasang di dalam taksi sehingga penumpang dapat mengetahui ongkos yang harus dibayar. Keuntungan dari sistem ini adalah pengemudi tidak bisa mengambil rute yang jauh untuk mencapai tujuan
- Ongkos rata-rata (flat rate), dimana harga tidak berubah sejalan dengan jarak perjalanan yang bertambah. Cara ini biasanya digunakan daerah-daerah kecil yang sebagaian besar perjalanannya berjarak pendek. Sistem ini dapat kita temui pada perjalanan dari bandara udara ke pusat kota.
Dalam PP No 41 tahun 1993, dijelaskan bahwa struktur taksi terdiri atas :
- tarif awal yaitu tarif yang dikenakan saat penumpang mulai membuka pintu taksi (flag fall) atau angka awal saat pengaktifan argo. Angka yang tertera di argo meter menunjukkan biaya awal sebagai biaya minimum yang tidak berubah untuk jangka waktu atau jarak tertentu
- tarif dasar yaitu tarif yang dikenakan kepada penumpang tiap satu kilometer perjalanan taksi
iii. tarif waktu yaitu besarnya biaya tambahan tarif yang dikenakan atas dasar penggunan waktu, misal taksi harus menunggu atau terjebak dalam kemacetan lalu lintas
- tarif jarak yaitu tarif yang tertera dalam argometer yang harus dibayar penumpang dengan berdasarkan tarif awal ditambah tarif dasar dikalikan jarak tempuh dan tarif waktu.
Semua tarif tersebut ditunjukkan dengan argometer. Besarnya tarif taksi itu sendiri ditetapkan oleh Gubernur dengan persetujuan Menteri perhubungan. Sehingga dengan demikian, persaingan antar perusahaan taksi yang terjadi dalam meraih penumpang sebanyak-banyaknya diutamakan pada sisi pelyanan kepada konsumen.
Sistem penetapan tarif yang digunakan di Yogyakarta adalah sistem pertama yakni menggunakan argometer. Namun dalam kenyataannya sering dijumpai taksi yang tidak mau menggunakan sistem ini tetapi menggunakan sistem borongan. Hal ini dilakukan oleh pengemudi taksi dalam upaya memperoleh setoran dan pendapatan sebanyak-banyaknya, sehingga melupakan pelayanan yang baik, yang seharusnya dilakukan oleh pengemudi taksi selaku penyedia jasa kepada penumpang sebagai pengguna jasa.