Desain Kemasan menguraikan mulai dari mendesain suatu kemasan sampai maksud yang terkandung didalamnya agar tercapai sasaran. Ada tiga kategori untuk menentukan desain kemasan. Pertama,, soal makna kemasan. Kemasan sebaiknya bermakna personal, sosial, dan publik. Berdasarkan sifat komunikasi antara pengirim ke penerima pesan atau dari produsen ke konsumen, kemasan harus punya nilai intimacy. Maksudnya produk tersebut hanya ingin diketahui oleh pelakunya, tidak ingin orang lain tahu apa isi produk dalam kemasan itu. Sedang kemasan yang bermakna sosial, biasanya untuk penghargaan atau penghormatan atas prestasi atau hasil yang dicapai. Sementara kemasan yang bernilai publik, biasanya untuk produk untuk komersial, jadi pesan kemasannya harus dapat dimengerti oleh semua orang yang membacanya. (Sawitri, 2006)
Kedua, kemasan dalam bentuk fisik. Terdiri dari kemasan primer (melekat pada produknya), kemasan sekunder (melindungi produk), kemasan tersier (fungsi kemudahan dan praktis pembawaannya), kemudian kemasan transport dan sebagainya. Ketiga, mendesain kemasan yang baik harus mencakup 5 fungsi yaitu fungsi protektif, fungsi praktis, fungsi informasi, fungsi komunikasi dan fungsi lingkungan.
Seiring dengan kemajuan teknologi dan kesadaran konsumen terhadap dampak lingkungan, fungsi kemasan mulai bergeser. Jika dulu kemasan dibuat sebagai fungsi melindungi dan melayani kepraktisan produk. Namun sekarang, kemasan telah menjadi media informasi, dan komunikasi gaya hidup(makna, citra dan nilai). Kemasan yang baik adalah yang mampu memenuhi aspirasi gaya hidup. Oleh karena itu,masalah desain kemasan ini harus diserahkan kepada ahlinya,karena tidak setiap orang bisa melakukan. Setiap produsen yang menitipkan barangnya di swalayan berusaha membuat kemasannya dapat mempengaruhi perhatian konsumen, sehingga tertarik dan membeli.
Kejelian produsen dalam menangkap selera konsumen membeli atau tidak, waktunya sangat singkat, waktunya saat pertama kali melihat. Tampilan kemasan tidak lepas dari perkembangan jaman. Misalnya kemasan untuk individu, disesuaikan dengan jumlah suatu keluarga yang makin sedikit. Bahkan orang-orang kota lebih menyukai kemasan yang praktis, mudah dibuka, disimpan dan gampang dihangatkan dengan microwave. (Sawitri, 2006)
Sedang bahan kemasan yang lazim digunakan adalah kertas, gelas, plastik, metal/logam, dan monomer (karet, kayu, keramik, sutra, dan lain-lain). Dengan berkembangnya teknologi, kini telah ditemukan jenis-jenis kemasan yang baru, dan kemasan plastik yang paling mendominasi. Namun bahan plastik ternyata banyak menimbulkan kendala pada lingkungan. Untuk itu, para ahli bahan kemasan berusaha mencari bahan-bahan baru yang lebih ramah lingkungan.
Sementara soal desain grafis kemasan, harus ada komunikasi visualnya atas tampilan kemasan tersebut. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam desain kemasan yaitu soal warna, teks atau tipografi, komposisi terutama barcode, lay-out untuk ingredient, target konsumen, pencantuman expired date (batas kadaluwarsa), logografi (cetakan logo), logoteks (urutan perhatian mata atau eye-tracking), dan urutan reaksi gerakan (action-tracking).
Sedangkan packaging design (desain kemasan), berfungsi melindungi produk atau produk di luar produk. Untuk produk di luar produk, dari sifatnya yang membungkus sesuatu yang umum menjadi lebih khusus terdiri dari beberapa jenis; desain wadah untuk membungkus aneka barang (container desain), desain kemasan (packaging design) untuk mengemas aneka komoditi, desain luaran produk (casing design) untuk menutup rangkaian mekanisme dan komponen produk, desain bungkusan (wrapping design) untuk sesuatu yang berharga, dan desain pelapis sesuatu (liners design) untuk melapisi dan melindungi sesuatu.
Desain kemasan mempunyai 5 prinsip fungsional, yaitu: (Sawitri, 2006)
- Kemasan (packaging).
Pada kemasan ini harus disampaikan tentang jenis produk, dan kegunaannya. Disini kejujuran jadi hal penting.
- Kemasan secara fisik.
Fungsinya sebagai pelindung produk dari benturan, gesekan, guncangan, hentakan dan lain-lain. Disini kekuatan menjadi prinsip utama.
- Kemasan yang nyaman dipakai.
Maksudnya kemasan disini memberikan rasa nyaman jika disentuh, permukaannya tidak melukai, lentur saat digenggam, mudah dibersihkan, disimpan, stabil bila diletakkan. Kemasan yang dapat didaur ulang sangat diutamakan.
- Kemasan yang mampu menampilkan citra produk dan segmentasi
pasar pemakainya.
Disini melibatkan banyak unsur terutama yang berkaitan dengan imajinasi, selera, dan fantasi sipemakai. Kemasan disini harus mampu menerjemahkan siapa pemakainya, status sosial, dimana dan jenis perilaku seperti apa produk mainan tersebut dipakai. Keunikan menjadi nilai penting.
- Kemasan yang berprinsip mendukung keselarasan lingkungan.
Kemasan yang baik adalah yang; mudah didaur ulang (recycle) ke produk baru dan tidak terkontaminasi, bisa dilebur dan dibuat kembali
ke produk (re-use) asal.
Saat ini konsumen cenderung tidak mau membeli barang yang kemasannya buruk dan kurang meyakinkan, harga produk mahal bisa diimbangi dengan desain kemasan yang indah. Sesuai dengan kaidah teknologi bahwa kemasan yang baik tidak hanya indah, cantik namun harus mudah diterapkan dan dioperasionalkan dalam produksi. Kadang produsen hanya berpaku pada hasil rancangan yang dianggap bagus di atas kertas, sehingga pada waktu aplikasinya sangat tidak efisien bahkan menjadikan beban biaya baru yang tidak dapat dihindarkan. Oleh karena itu semua bagian atau unit yang terkait dalam produksi maupun distribusi produk harus dilibatkan pula mulai dari perancangan sampai pada aktualisasi perubahan kemasan yang telah direncanakan tersebut, sehingga perubahan yang terjadi dapat secara mulus diterapkan sehingga akan memberikan penambahan nilai (value) sesuai yang diharapkan.(Sawitri, 2006)